TIDAK BERDAYA

Aku menunggu Aisyah membalas pesanku, ketika tadi baru aku tahu jika dia telah pergi meninggalkan Indonesia.

Arumi, sahabat nya telah menceritakan semuanya pada ku. Apa yang menjadi rahasia hati Aisyah ?

Itu pun dengan usaha yang tidak main-main, aku meyakinkan dia bahwa aku mencintai Aisyah. Karena selama ini Aisyah telah mengecapku Sebagai pria yang hanya mencintai Amira.

Dan ku akui itu adalah kesalahan terbesar ku, menyakiti hati Aisyah dan meyakinkan dia bahwa aku hanya mencintai Amira. Tidak akan pernah aku bisa mencintai wanita lain.

" Jujur... Aku tidak ingin berpisah dengan Aisyah, aku menyesal... Dan berharap dia akan memberikan kesempatan padaku"

Ku luahkan segala isi hati ini dengan wajah tertunduk di depan Arumi.

" Tapi kata Aisyah, kamu mempertanyakan proses perceraian kalian ?" Bantah Arumi, itu tidak ku nafikan. Tapi Aisyah sudah salah paham, aku bertanya karena aku takut Aisyah benar-benar menuntut cerai.

" Aku hanya ingin memastikan bahwa dia tidak mengambil jalan cerai "

Arumi mendengus, kedua tangannya terlipat di dada.

" Aku tidak tahu apa kamu sungguh-sungguh atau hanya karena kamu diusir oleh keluarga mu? Tapi jika Aisyah tahu kamu mencintai nya, dia pasti akan sangat bahagia "

Aku tidak berani menyela ucapan Arumi, aku hanya menunggu bagaimana keputusannya.

" Mana?"

Tiba-tiba tangan Arumi menengadah, aku bingung apa maksud nya?

" Mana ponsel kamu, aku akan menulis nomor telepon Aisyah. Cobain kamu bujuk dia "

Aku tersenyum lega, gegas ku berikan benda canggih milik ku. Setelah ku dapatkan, aku menulis pesan yang beruntun. Tapi sayang hanya dibaca tanpa balasan.

Semangat ku langsung musnah, ku telan kecewa meskipun mencekat dada.

" Gimana ?" Tanya Arumi.

Lidah ku sudah kelu, aku hanya mampu menggeleng lemah.

" Susah memang untuk meyakinkan Aisyah, aku juga sangat susah untuk membujuknya supaya tidak menikah dengan mu"

Aku diam, penyesalan semakin menyiksa batinku. Aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan.

Sekitar jam sembilan malam, ponsel ku berdering. Dengan malas ku lirik layar ponsel yang menyala, terdapat nomor asing dan aku sama sekali tidak tertarik untuk mengangkat nya.

Ku abaikan, hingga berkali-kali tetap menelfon. Akhirnya dengan terpaksa ku tekan tombol hijau.

" Hallo " Sapaku malas.

" Astaghfirullah, kok lama banget sih angkat telepon nya??" Cerocos perempuan dari seberang, dan aku tidak tahu siapa dia.

" Wahyu !!! Kamu dengar aku bicara nggak ??!!" Hardik perempuan itu kesal.

" Ya" Jawab ku pendek.

" Aku Arumi teman Aisyah, kamu sudah dengar kabar di TV belum?"

Apa-apaan sih?? Nelfon cuma untuk tahu aku nonton berita di TV apa belum. Sungguh primitif sekali.

" Pesawat yang dinaiki Aisyah jatuh"

Bola mata ku reflek melebar.

" Apa??"

" Iya!!! Coba cek beritanya "

Aku langsung memutuskan talian dan mengecek berita terkini. Rupanya benar, pesawat Indonesia yang menunju ke negeri Yaman telah jatuh di perairan laut Merah.

Tangan ku gemetar, ponsel di tangan terlepas.

" Oma..." Bisik ku lirih.. " Oma.." ku tambahkan tingkat ketinggian nada bicara ku. Supaya orang rumah bisa mendengar suara ku.

Aku turun dari tempat tidur tapi tubuh ku langsung ambruk. Kedua kaki ini seakan tak mampu menopang berat badan.

"OMAAAAAAA"

Aku berteriak sekencang-kencangnya, dan terus meraung memanggil Nenekku yang sangat menyayangi Aisyah.

Setelah beberapa saat pintu kamar terbuka, Akhirnya ada juga yang mendengar suara ku.

" Wahyu !!!"

Dayat terkejut melihat keadaan ku yang tengkurap di lantai dengan nafas tersengal-sengal.

" Kamu kenapa ?" Dia menghampiri ku dan membantu aku bangun.

Air mata ini sudah tidak bisa dibendung lagi, Dayat nampak heran melihat ku menangis seperti anak kecil.

" Apa-apaan sih Wahyu sampai nangis gini?"

Aku ingin menjelaskan, tapi suara ku hilang. Mulut ku hanya mengap-mengap nggak jelas.

" Aneh deh " Gumam Dayat, ia beranjak keluar meninggalkan ku yang berusaha menahannya.

Ternyata dia tidak pergi, Dayat kembali datang bersama Mama, Papa dan Oma.

" Lihat tuh Wahyu... Aneh banget " Dayat menunjuk kepada ku, Mama dan Oma lebih cepat bergerak menghampiri.

" Kamu kenapa ??" Tanya Mama, dia mengusap air mata yang terus saja mengalir.

Mulut ku terbuka namun tak mampu bersuara, akhirnya aku hanya mampu menunjukkan ponsel ku yang memuat berita mengenai kecelakaan pesawat di laut Merah.

" Apa ini?" Mama bingung, iya! Dia tidak tahu tentang kepergian Aisyah.

Lalu Oma mengambil alih ponsel ku, entah apa yang dia lihat selain berita tentang kecelakaan pesawat.

" Mana Aisyah ?? " Tanya Oma, bibir ku bergetar. Tidak kuasa aku menjawab.

PLAK

Semua orang kaget karena tiba-tiba Oma men4mp4rku.

" Katakan.. Mana Aisyah !!!" Suara Oma berubah, ada getaran yang tersimpan.

" Ma... Mama kenapa ?" Papaku bersuara.

" Tanya WAHYUUUU!!! Jangan tanya Aku" Oma berteriak histeris, ku rasa Oma sudah bisa menafsirkan gestur tubuh ku.

" Wahyu... Kamu kenapa ?? Ada apa ini ?" Mama mengguncang pundak ku dengan kedua tangannya.

Aku tetap tidak berdaya, dunia ku terasa runtuh dan gelap.

Ku dengar Oma menelpon seseorang dan memberikan perintah. Suara nya sedikit keras dan tegas, untuk mencari keberadaan Aisyah.

Dan seketika itu juga, tubuh ku ambruk ke kasur. Pandanganku gelap, hanya telinga saja yang masih mendengar suara bersahutan menyebut nama ku.

Begitu aku kembali terjaga, ada seorang berpakaian serba putih dengan stetoskop menggantung di lehernya.

" Alhamdulillah, Wahyu sudah siuman " Ucap orang itu, Mama mendekat ia menggenggam tanganku erat Sembari meletakkan punggung tangannya di dahi.

" Tapi badannya masih panas Dok"

" Tidak apa-apa Nyonya,, Yang penting dia sudah siuman "

Mama mengangguk mengerti, wajahnya nampak cemas.

Ku edarkan pandangan ke sekeliling, Rupanya di kamar ku hanya ada Mama dan Dokter. Aku tidak melihat Papa dan Oma. Kemana mereka ?

" Ma..."

" Sudah jangan banyak bicara dulu, kamu istirahat ya" Mama cepat memotong kalimat yang ingin ku ucapkan.

Sebenarnya aku ingin tahu kemana Oma? Kalau Papa pasti dia ke Kantor. Aku kembali teringat pada Aisyah, dada ku berdenyut sakit. Air mata meleleh lagi.

Mama sigap mengusap buliran air yang menetes dari sudut mataku. Tapi dia sendiri menangis sesenggukan.

Perasaan ku jadi tak tenang, apa sudah ada kabar dari Aisyah ??

" Aisyah... Mana... Ma?" Suaraku hampir tak terdengar, lebih kuat dari hembusan nafas saja.

" Kamu tidak perlu banyak pikiran, Oma sudah melakukan yang terbaik untuk Aisyah. Kamu cepat sembuh dulu ya"

Aku menggeleng cepat, aku tidak bisa diam disini saja. Aku ingin ikut mencari Aisyah.

Pada saat aku ingin memaksa bangun, tubuh ku terasa tak bertenaga. Aku kembali rebah dengan nafas tersengal-sengal

" Dok... Gimana ini?" Mama auto panik, Dokter langsung menyuntikkan sesuatu ke lengan ku. Perlahan mataku terasa berat dan pandangan ku kembali gelap.

Terpopuler

Comments

Meli Anja

Meli Anja

semoga aisyah ga jadi naik pesawatnya dan selamat....

2024-03-23

3

Yuli a

Yuli a

gk knpa2 lh.. aisyah kn pemeran utama. tp sdih bngt sih..😭😭😭

2024-03-23

0

Heri Wibowo

Heri Wibowo

semoga Aisyah tidak apa-apa

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!