GAGAL UNTUK KEDUA KALINYA

BUGH

Aku merasa nyeri dibagian sela*ngkangan, nyeri yang berdenyut-denyut hingga membuat pandangan ku gelap seketika.

Sadar-sadar sudah ada orang mengaji di depan ku, sontak aku kaget hingga bangun melompat ke atas kasur.

Aisyah mengerjapkan matanya, ia mungkin juga terkejut karena secara tiba-tiba aku bangun.

" Kakak kenapa ?"

" Kau yang kenapa ?" Nada bicara ku jauh lebih tinggi dari nya.

" Ngapain kamu ngaji-in aku? Emang kamu pikir aku sudah mati?"

Aisyah menggelengkan kepalanya.

" Kakak pingsan, Aku nggak kuat mindahin Kakak ke tempat tidur. Jadi aku biarin aja disitu cuma dikasih bantal aja"

Mataku melongo ke arah bantal yang tergeletak di lantai.

" Iya tapi jangan ngaji disitu juga kali, dimana kek" Aku tetap membenarkan diri.

Aisyah tidak menyangkal pembenaran ku.

Tapi ngomong-ngomong kenapa aku pingsan ya?? Aku berusaha mengingat apa yang terjadi ? Tapi lupa..

" Kalau boleh tahu kenapa aku pingsan ? Hah?"

" Emmm nggak tahu" Aisyah menjawab dengan kepala tertunduk.

Kok bisa dia nggak tahu? Tadi malam aku pergi minum ke Bar. Apa aku mabuk sampai nggak sadar kan diri ?? Ahhh otakku sakit karena gagal mengingat semuanya.

" Jam berapa sekarang ?" Tanyaku sambil celingukan mencari ponsel ku.

" Jam delapan waktu Dhuha " Jawab Aisyah.

Ku tatap layar ponsel dengan hati kecewa, karena tidak ada balasan ataupun respon dari Amira. Pesanku masih centang satu.

" Ya udah... Yuk kita siap-siap pulang "

Aku tidak suka didiamkan begini, lebih baik aku datangi langsung ke rumah nya. Meskipun jadwal bulan madu ku masih sampai besok, tapi aku sudah tidak sabar untuk menemui Amira.

" Kau sudah ngasih kabar ke orang rumah kalau kita pulang sekarang ?" Tanyaku saat di dalam pesawat.

Aisyah menggeleng.

" Bagus, nanti kita langsung ke rumah Amira dulu ya"

Aisyah diam tak bergeming. Terserah dia mau mikir apa? Yang penting aku bisa bertemu Amira.

Baru saja keluar dari bandara, kami langsung menemukan taxi. Namun Aisyah sama sekali tidak bergerak untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam bagasi.

" Ayo!!"

Eh dia menolak.

" Aku akan ke toko saja Kak, Kakak pergi saja. Nanti kalau sudah selesai kita janjian ketemu dimana dan pulang bersama-sama "

Aku bengong, tapi biarlah suka hati dia. Yang penting Aisyah bisa jaga rahasia.

" Okelah, terserah kamu "

Aku masuk ke dalam taxi dan meninggalkan Aisyah. Dari balik kaca spion aku dapat melihat dia masih berdiri menatap ku.

Ada rasa iba dihati ku padanya, sepertinya aku sudah melukai hati nya. Tapi bukan kah sudah ku katakan jika aku hanya mencintai Amira. Bukan salah ku dong jika aku tetap memilih Amira.

Salah dia juga kenapa mau menikah dengan orang yang belum diketahui perasaan nya? Kalau dia menyukaiku, ya pantas sih. Aku kan ganteng, tapi kenapa dia menghalalkan segala cara untuk memiliki ku. Dengan jalur Oma lagi.

Dia pikir perasaan bisa tercipta setelah menikah ?? Seperti kisah dalam novel. Itu tidak berlaku bagi ku.

Tok tok tok tok

Ku tunggu Amira membuka pintu rumah nya. Begitu dia buka, aku langsung menyergap tubuhnya.

Amira berontak namun ia kalah kuat, aku terus memeluk nya dengan erat.

" Kau jahat Mas" Ucap nya lirih.

" Maafkan aku sayang... Aku terpaksa.. Kau tidak membaca pesan ku yang menjelaskan semuanya kenapa aku melakukan itu padamu" Aku terus memeluk Amira sampai dia tenang.

Barulah aku melepaskan pelukan ku dan mencium kening nya.

" Aku takut Oma akan benar-benar menghapus namaku dari daftar warisan. Dan memecatku dari kantor "

" Sampai segitunya pengaruh perempuan itu dalam keluarga mu Mas"

Aku mengiyakan.

" Kamu tidak mau mengajak ku masuk nih?"

Amira tersenyum manis, kami masuk ke dalam rumah Amira dengan saling berpelukan.

" Aku kangen kamu Sayang "

Amira duduk manja dipangkuan ku, kami saling berpagutan melepas rindu.

Tiba-tiba ponsel ku berdering, dan hal itu terjadi lagi. Membuat ku benar-benar kesal. Apalagi setelah tahu itu adalah Oma.

" Biarkan saja lah Mas, sekali-kali kamu harus membangkang. Toh perusahaan itu sudah dalam kendali mu. Kalau kamu dipecat ? pasti keadaan perusahaan akan kacau balau, siapa yang bisa mengatasi masalah sehebat kamu?"

Amira ada benarnya, tidak mudah menyingkirkan aku dari perusahaan itu. Oma sendiri belum tentu bisa menangani perusahaan. Toh yang berjuang membangun perusahaan itu adalah almarhum Opa. Oma hanya jadi seorang ibu rumah tangga saja di rumah.

Jadi ku acuhkan saja telfon dari Oma, malah aku silent gawai ku agar tidak berisik. Lalu ku lanjutkan adegan panas kami yang tertunda.

Ku rebahkan tubuh Amira di kursi, dan aku berniat mengeksekusi dia disini. Rasanya sudah tidak sabar. Tapi Amira pandai mempermainkan aku, begitu aku melucuti pakaian ku, dia justru memutar posisi dengan membaringkan aku di sofa.

Dan dia melahap torpedo ku dengan rakus. Aku kalang kabut, mendesah tidak karuan. Sampai memohon agar Amira mau ku masuki.

Tapi Amira tidak berhenti, sampai aku mencapai puncak di dalam mulutnya. Dia dengan lahap menelan semua yang ku keluarkan dari torpedo ku.

Tubuh ku lemas sekali, barulah dia meminta ku untuk mengambil alih permainan. Aku pun melakukan pemanasan sekali lagi, tidak butuh waktu lama libido ku naik kembali.

Namun aku ingin mempermainkan Amira seperti ia mempermainkan aku. Membuat nya kalang kabut. Barulah aku ingin memasukkan serangan balasan.

DOR DOR DOR

Terdengar pintu rumah Amira digedor seseorang. Kami terpaku bersama-sama, siapakah orang yang berani menggedor pintu dengan kasar di rumah orang.

" Wahyu !!!"

Mataku membulat saat mendengar suara yang tidak asing menyebut nama ku lantang.

" Oma??"

Aku cepat memungut pakaian yang berserakan di lantai. Amira pun berlari masuk ke dalam, ia takut menghadapi Oma dan membiarkan aku menghadapi nya sendiri.

" Wahyu !!! Keluar kau!! Oma tahu kau ada di dalam !!!"

Aku gugup, antara maju atau ikut sembunyi. Tapi kalau aku sembunyi, mungkin selamanya aku akan didepak dari rumah. Tapi kalau aku maju? Sudah pasti aku akan dimutilasi oleh Oma. Bagaimana ini? Tubuh ku gemetar ketakutan.

" Wahyu !!! Keluar !! Atau ku bakar rumah ini!!"

Aku reflek menggeleng, Oma tidak pernah main-main dengan ancaman nya. Akhirnya meskipun gemetaran ku hadapi beliau.

Pintu ku buka pelan, Oma sudah berkacak pinggang di depan pintu. Memelototi diriku yang tidak mampu mengangkat kepala.

" Seret dia!!"

Oma memberikan perintah kepada dua algojo bayaran nya, dan tanpa segan aku diseret oleh dua pria kekar itu.

" Oma... Ampuni aku Oma.. Oma" Aku merayu namun tak diindahkan.

Tubuh ku di dorong masuk ke dalam mobil yang mana Oma sudah duduk disana.

Koper ku dikemas oleh dua Bodyguard itu dan dimasukkan ke bagasi mobil. Kemudian mobil berjalan meninggalkan rumah Amira.

Selama di dalam mobil, Oma diam seribu bahasa. Dia nampak murka sekali sampai tidak mau bicara dengan ku.

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

oma memang the best .. 😍

2024-11-02

0

Heri Wibowo

Heri Wibowo

oma sungguh power full.

2024-02-28

2

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

kapok rasain hbs ini jskan gembel biar tau rasa apa amura msh mau dgn wahyu yg kere

2024-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!