PENGAKUAN AISYAH

" Apakah Dayat setiap hari datang ke kampus ?" Pertanyaan pertama di awal pertemuan kami hari ini.

Sejak tadi Aisyah bungkam, dan aku tidak menyukai keheningan yang membuat ku semakin kaku.

Aisyah menggeleng lemah.

" Baru hari ini " Jawab nya pendek tanpa sedikitpun melirik ku yang sesekali meliriknya.

" Oh.. "

Aku sedikit lega, tapi aku bingung mau bicara apalagi. Semua kata-kata yang sudah ku susun rapi di kepala ku, musnah !

Kediaman Aisyah sangat menekan batinku, membuat aku jadi serba salah.

" Kakak nggak kerja ?"

Eh tiba-tiba manik mata yang hitam legam menatap ku, Hampir saja aku kehilangan kendali mengemudi.

" Emm Kerja apa?"

Ah apakah yang dimaksud Aisyah kerja OB?

" Oh kerja OB maksud mu?"

Dia mengangguk.

" Aku ijin karena aku ... Aku pulang " Jawab ku kikuk, heran! Kenapa aku jadi seperti kehilangan ketegasan ku di depan Aisyah. Nampak macam orang bo-doh.

Untuk kesekian kalinya Aisyah menganggukkan kepalanya.

" Jadi Kakak akan kembali dan berhenti jadi OB?"

Aku tidak tahu harus menjawab apa ? Karena jujur untuk berhenti masih belum terfikir kan.

" Apa kamu yang cerita sama Oma tentang pekerjaan ku?"

Aisyah mengiyakan, ku pikir dia akan pura-pura tidak melakukannya. Tapi malah dia membenarkan.

" Aisyah merasa bersalah sama Kakak, karena Aisyah Kakak jadi seperti itu , kakak harus menjalani hidup yang serba kesulitan "

Aku tersenyum tipis, ingin ku raih tangan nya tapi aku malu.

" Kita makan siang dulu yuk" Ajakku supaya kami tidak terlalu kaku, Aisyah mengangguk setuju.

Ku pilih restoran yang menjadi andalan ku, selain masakan nya enak, pelayanan nya pun VIP. Karena sekarang semua kartu kredit ku sudah dikembalikan oleh Mama atas persetujuan Oma.

Sebenarnya cukuplah Oma memaafkan aku, tapi tak disangka beliau justru mengembalikan semua milik ku.

Hanya karena aku mengaku menyesal dan telah berpisah dengan Amira. Meskipun awalnya aku dibilang begok dan bodoh, tidak mengapa ? Beliau akhirnya merangkul ku penuh kasih.

Serta memberikan semangat supaya aku memperjuangkan Aisyah agar tidak memilih untuk bercerai.

" Kok disini Kak?" Tanya Aisyah, mungkin dia sudah tahu kelas restoran ini.

" Kenapa ?"

Aisyah mengerjapkan matanya, seperti ada sesuatu yang diragukannya. Tapi dia tidak mengatakan apapun.

" Ayo duduk "

Ku tarik sebuah kursi untuk nya, kemudian setelah dia duduk, aku pun duduk berhadapan.

Usai memesan makanan, aku ingin menyampaikan sesuatu kepada Aisyah.

" Makasih ya " Untuk menyuarakan dua kalimat ini, dadaku sudah kembang kempis. Kening yang tidak tertutup cadar mengernyit indah. Seperti lengkungan ombak yang menghantam pantai.

" Makasih buat apa ?"

" Karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, dua... Dua kali aku berhutang nyawa padamu "

Aisyah diam, ekspresi wajahnya tidak bisa diartikan.

" Seandainya aku tahu"

" Cukup Kak!!" Tiba-tiba dia memotong perkataan ku. Aku bingung, kenapa ? Apa aku salah bicara ?

Bersamaan dengan itu dua orang pelayan menyajikan semua pesanan ku dengan baik. Aisyah tidak mengatakan apa-apa, ia menikmati makanan nya tanpa bicara. Sampai semua makanan di atas piring nya bersih.

" Ayo kita pulang !!" Dia berucap setelah menghabiskan minuman nya. Aku bengong, cepat sekali. Padahal makanan ku masih tersisa separuh.

" Aku.. Aku belum selesai " Jawab ku.

" Oh.. Ya udah, Aisyah duluan " Dia sungguh serius dengan ucapannya, tubuhnya berdiri sembari mengalungkan tali tasnya dan bersiap pergi.

" Tunggu !!" Aku cepat menahannya, terpaksa ku sudahi makan ku meskipun perut ini masih lapar. Setelah ku selipkan bayaran di buku menu, aku segera mensejajarinya keluar dari restoran.

" Aisyah ??!!" Tegur seseorang membuat langkah Aisyah terhenti, kepalanya menoleh ke arah datang nya suara. Aku pun melakukan hal yang sama.

Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Pak Rasyid ada disini. Dia menatap ku dan Aisyah secara bergantian. Di meja yang sama pula aku melihat Amira duduk rapat dengan seorang pria paruh baya.

" Ini... Ini kan OB di kantor ku?" Pak Rasyid sangat tidak percaya sebab kali ini aku sedang berpakaian resmi. Dan juga kepergok bersama Aisyah.

" Ngapain kamu disini ?? Apa kamu nggak kerja ? Hah??" Hardik Pak Rasyid, sorot matanya sangat merendahkan ku.

" Emmm Dia... Dia suamiku Pak"

Bola mata ku melebar, telinga ku seperti mengembang saat mendengar Aisyah mengakui ku sebagai seorang suami.

Sontak Pak Rasyid sangat terkejut, begitu pula dengan pria yang duduk rapat sekali bersama Amira.

" Su- suami ?"

Kepala Aisyah enteng sekali bergerak manggut-manggut.

Pak Rasyid seperti tengah mengalami mimpi buruk, ia terduduk di kursi dengan wajah tegang.

Amira melirik ku ragu-ragu, dan nampak tak nyaman ketika tangan pria disampingnya memegang pahanya.

" Emm saya permisi dulu ya Pak, " Aisyah nampak tidak perduli dengan reaksi Pak Rasyid, ia menggerakkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada Pak Rasyid dan juga orang-orang yang duduk satu meja bersama Bos ku itu.

Tanpa menunggu tanggapan Pak Rasyid, Aisyah pergi sembari menggandeng lengan ku. Cukup mengejutkan, tapi ku ikuti saja permainan Aisyah yang sangat membuatku berdebar-debar.

" Maaf ya Kak" Aisyah melepaskan tangan ku setelah ia memperhatikan ke sekeliling dan yakin sudah aman.

" Nggak apa-apa, aku nggak percaya kamu akan mengakui ku sebagai suami "

Aisyah merunduk, ku lihat pelipis di sudut matanya mengerut. Tanda ia tengah tersenyum malu.

" Ohya... Tadi ada Amira kan?? Apa Kakak sudah pisah sama dia?"

Aku mengangguk yakin, dan Aisyah manggut-manggut tanpa meragukan jawaban ku.

" Sekarang kamu mau kemana ?" Tanyaku lebih lanjut.

" Ke Toko saja Kak"

Toko lagi? Sebenarnya Toko itu tempat Aisyah bekerja atau punya temannya ? Karena kalau tempat dia bekerja kok dia kayak punya privilese yang sangat spesial ?

Mungkin punya teman nya...

Setibanya di depan toko, Aisyah pamit untuk masuk. Dan sangat memalukan sekali, bersamaan dengan itu perutku tiba-tiba keroncongan.

Aisyah mengerjap heran membuat ku jadi salah tingkah.

" Maaf, aku masih laper... Tadi kamu buru-buru mau pulang, sampai makanan ku tidak ku habiskan "

Aku menjelaskan sambil menekan rasa maluku. Aisyah tersenyum, satu tangan nya reflek menutup mulut nya yang memakai cadar.

" Ya sudah ayo masuk Kak, aku akan siapkan makan siang untuk mu"

" Benarkah ??"

Aku tidak percaya jika Aisyah akan mengijinkan aku untuk ikut. Dengan semangat aku keluar dari dalam mobil serta mengikuti Aisyah dari belakang.

Waaaah... Aku takjub dengan toko yang menjual pakaian muslim ini, sangat luas dan rapi. Aisyah mengarahkan ku untuk mengikuti nya naik ke lantai dua. Disana aku melihat sebuah kamar yang mirip seperti ruangan dalam rumah namun bersifat mini.

" Duduk dulu ya Kak, Aisyah masak dulu. Nggak lama kok" Pamit Aisyah, Aku mengangguk setuju. Tubuh ku ragu-ragu untuk duduk di sebuah sofa mungil.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

wow.. beruntung bngt nih si wahyu, dpt istri sebaik aisyah...

2024-03-16

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!