AHLI WARIS

Selama beberapa hari aku dirawat secara intensif di Rumah. Oma meminta Dokter keluarga kami menjaga ku secara eksklusif.

Mereka sengaja tidak membawa ku ke rumah sakit, agar aku mudah dipantau. Sebab aku selalu memaksa kan diri untuk mencari Aisyah.

Bagaimana tidak, ini sudah lewat satu Minggu. Tapi tidak ada satu kabar pun yang ku dapat dari Oma dan semua orang di keluarga ini.

Mereka hanya meminta ku untuk bersabar karena Aisyah masih dalam proses pencarian.

Oma juga menyita ponsel ku, menonaktifkan siaran TV. Jadi aku memang tidak diperkenankan untuk mencari tahu tentang Aisyah.

Meskipun aku sudah merayu, memohon, dan menghiba dengan segala jurus. Tapi tetap saja, tidak ada satupun yang mengasihani ku. Mereka tetap saja diam, seolah-olah penderitaan ku ini menyenangkan.

Yah!!! Aku memang sangat menderita, menderita kerinduan yang tak berujung. Dimana Aisyah ?? Aku rindu ketika matanya mengerjap, Aku rindu senyuman yang tersembunyi dibalik niqab. Aku rindu panggilan Kakak yang sangat merdu terdengar. Aku rindu punggung yang tidur membelakangi, Aku rindu suara merdu ketika dia mengaji.

Semua !!! Semua tentang Aisyah, aku rindu.

KAKAK...

Tiba-tiba suara merdu bagaikan desiran angin yang sangat lembut menyapa telinga ku. Perlahan ku buka mata, dan diluar dugaan Aisyah tersenyum tipis menyambut sadar ku.

" Aisyah !!" Sontak aku bangun, dan anehnya aku hanya memeluk udara kosong. Pelukan ku hampa, tidak ada siapa-siapa di sini. Hanya aku dan sepi.

Mataku terpejam erat, hati berteriak keras. Ku panggil nama Aisyah sekencang kencangnya. Hingga dada ini terasa ingin meledak.

Punggung ku bergetar, wajah ku terbenam. Aku menangis tanpa suara. Air mata meleleh meresap di bibir, hingga tertelan kembali ke dalam tubuh.

Kenapa ? Kenapa hidup ini seperti tidak adil bagiku dan Aisyah ? Belum sempat ku ungkapkan rasa yang diidamkan oleh Aisyah, gadis itu telah pergi entah kemana ?

Sesal membelenggu jiwa, meruntuki diri dengan kedunguan yang tidak terbatas. Andai saja aku tidak egois, mungkin Aisyah tidak akan pergi karena kecewa.

Andai saja aku lebih berani mengakui perasaan ku, pasti saat ini kami akan bahagia. Oh Aisyah... Kembali lah sayang.. Pulang lah!!!

Waktu berlalu, siang berganti malam. Dan keadaan ku tetap sama, meskipun sudah tiga tahun lebih Aisyah pergi. Aku tetap sendiri, setia menunggu kepulangan Aisyah. Entah masih dalam keadaan sehat wal'afiat, atau hanya sekedar nama.

Karena pihak berwajib dari negeri Yaman sama sekali tidak bisa menyelamatkan para awak penumpang dengan cara apapun.

Bangkai pesawat pun juga hilang tanpa jejak.

Kini meskipun ku jalani hidupku dengan normal, tetap saja semua hampa. Tak ada canda yang bisa membuat ku tersenyum, tak ada hari yang bisa membuat ku bersemangat. Semua ku jalani hanya sekedar hidup karena aku takut jika ku akhiri hidup ku, Aisyah akan kecewa padaku.

Sejak aku kembali terjun menjalankan perusahaan keluarga, semua menjadi lebih baik. Pabrik kami mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak sekali investor yang datang bergabung.

Mengingat tentang investor, aku kembali terkenang dengan Aisyah. Dia wanita muda yang sudah terjun ke dunia Bisnis. Wawasannya cukup luas, dan keinginan untuk maju begitu kuat.

Aku tersenyum tipis, bahagia ku jika kenangan itu hadir tanpa diundang.

" Waaaah senyam-senyum sendiri, lagi mikirin apa ?"

Tiba-tiba seseorang menyapaku, dan saat aku mendongak rupanya itu si Mahfud. Dia datang bersama Amira, yah sangat kebetulan sekali perusahaan ini bergabung dengan perusahaan Pak Rasyid sejak tiga bulan terakhir ini.

Mereka sudah terbiasa datang untuk meeting dan masuk ke ruangan ku tanpa permisi.

" Jam berapa ini?"

Ku lirik arloji di pergelangan tangan, masih pukul sembilan.

" Rapat masih jam sebelas, rajin amat" Balasku.

Mahfud nyengir sembari duduk di depan ku, sedangkan Amira tanpa sungkan duduk di tepi meja kerja sembari menyilang kan kedua kakinya. Mungkin maksudnya untuk menunjukkan paha mulus milik nya.

" Mir, itu ada kursi kosong. Ambillah " Pintaku, Sontak wajah Amira yang sebelumnya tersenyum manis langsung berubah.

Mahfud tetap cengengesan, ia menggerakkan kepalanya supaya mengambil kursi yang ku maksud.

Dengan wajah cemberut Amira turun dari meja lalu berjalan dengan sedikit hentakan. Mungkin dulu aku akan merayunya agar tidak marah dan kembali tersenyum, tapi sekarang ? Memuakkan !!!

Entah apa yang terjadi dengan karir Amira, sejak kami bertemu kembali dalam urusan bisnis, dia sudah menjadi wakil sekretaris direktur. Dan Mahfud ? Memang atas permintaan ku sebagai syarat kerja sama dengan Pak Rasyid, aku ingin Mahfud yang mengurus proyek ini. Sudah tentu Mahfud sangat senang sekali.

Sayangnya Pak Rasyid mengutus Amira sebagai rekan kerja si Mahfud, dan Mahfud tidak bisa menolak perintah atasannya itu.

" Aku dengar ahli waris dari Aisyah kemarin datang ke kantor "

Tiba-tiba jantung ku berdegup keras, sehingga terasa ngilu sekali.

" Ahli waris ??"

Ohya, bukankah Aisyah salah satu pemegang saham di perusahaan Pak Rasyid. Dan sekarang wanita ku itu sudah menghilang.

" Jadi saham Aisyah dilimpahkan kepada ahli warisnya ?" Gumamku yang diiyakan oleh Mahfud.

" Siapa ahli waris dari Aisyah ?? Kenapa aku tidak tahu ??" Bisik ku dalam hati.

Amira terlihat cuek dengan fokus pada majalah yang tengah dibacanya. Aku pun tidak terlalu memperdulikan dia.

" Dia seorang gadis, aku sempat melihat nya ketika menandatangani pengalihan saham " Imbuh Mahfud.

Aku memang kurang tahu tentang keluarga Aisyah. Jadi tidak bisa berkomentar apa-apa.

Siang hari nya, begitu selesai meeting. Aku bergegas pergi untuk menunaikan shalat dhuhur. Sejak aku kehilangan Aisyah, aku lebih memperbaiki diri dalam urusan batinku. Entah lah, rasanya jiwa ini sangat tenang ketika mencurahkan keluh kesah ku kepada Allah.

" Wahyu !!"

Terdengar suara panggilan yang membuat ku menoleh, Amira tersenyum tipis sembari melangkah cepat menghampiri ku yang tengah menunggu lift.

" Kita makan siang bareng yuk " ajak Amira begitu kami berhadapan.

" Maaf, aku lagi puasa " Jawab ku pendek.

" Hah?? Puasa ? Perasaan ini bukan bulan ramadhan " komentarnya.

" Aku puasa Sunnah "

Aku tidak tahu seperti apa ekspresi Amira, sebab aku tidak meliriknya sedikit pun.

Begitu pintu lift terbuka, aku pun masuk. Di dalam nya ada beberapa karyawan yang juga hendak pergi istirahat siang. Mereka kompak menyapaku disertai anggukan kepala.

Aku pun membalas dengan gerakan yang sama, Ternyata Amira ikut masuk ke dalam lift dan berdiri di samping ku. Sepertinya dia sengaja merapatkan tubuhnya supaya terlihat kami sangat akrab.

Usaha Amira berhasil, ku lihat dari pantulan kaca di dinding lift, mereka yang berdiri di belakang ku saling berbisik satu sama lain. Amira senyam-senyum sendiri, dia pasti merasa bangga.

Dasar perempuan !!!

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

setelah Wahyu berjaya lagi si Anita kembali nempel

2024-11-02

0

luna violet☆

luna violet☆

jadi teringat novel
pudar nya pesona cleopatra
aku baca nya/Cry//Cry//Scowl/

2024-04-02

0

Yuli a

Yuli a

aisyah msih hidup lh thor... gk mgkn mninggoy..😭😭

2024-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!