DIPECAT

Mahfud memberiku secangkir kopi panas, ku terima dengan senang hati sembari mengucapkan terima kasih.

" Coba ceritakan semuanya padaku " Ucap Mahfud sembari duduk, ia meletakkan kopi nya di atas meja.

Tanpa sungkan aku pun bercerita semua nya dari A sampai Z tentang semua yang terjadi belakangan ini.

Mahfud mendengar kan kisah ku dengan serius.

" Masa sih Amira begitu ?"

Aku tahu Mahfud pasti meragukannya, karena dia juga tahu seperti apa Amira yang kami kenal dulu.

" Aku juga tidak habis pikir, rupanya Amira yang kita kenal lemah lembut dan bersahaja itu hanya sandiwara. Dia mencintai ku hanya demi harta, setelah aku diusir dari keluarga ku. Dia justru meninggalkan ku juga"

Mahfud manggut-manggut tanda mengerti.

" Terus sekarang apa rencana mu?" Tanya Mahfud lagi.

" Entah lah, aku tidak mungkin kembali lagi ke rumah orang tua ku. Aku juga malu untuk meminta bantuan Aisyah, karena aku sudah terlanjur menyakiti nya"

Kami berdua diam untuk sesaat.

" Aku mungkin akan mencoba mencari pekerjaan, meskipun Amira tadi bilang bahwa Oma telah mem-blacklist kami. Aku tidak akan percaya jika tidak mencoba, iya kan?"

Mahfud meraih tas kerjanya yang ia letakkan di sofa kosong, kemudian ia mengeluarkan laptop kecil dengan logo apel kena makan tupai.

" Eh, benar loh Wahyu.. Namamu disenarai merah"

Aku kaget dan langsung mengambil laptop itu dari atas meja. Ku teliti nama yang tertulis dengan warna merah.

Duniaku seakan runtuh, begitu bencikah Oma padaku sehingga menghambat karir ku?

" Kamu akan kesulitan mendapatkan pekerjaan Wahyu " Gumam Mahfud.

Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Otakku buntu untuk berpikir.

" Sudah lah, lebih baik kamu istirahat dulu. Berhubung disini aku tinggal sendiri, kamu bisa tinggal bersama ku untuk sementara waktu "

Aku tetap tidak menjawab, kepala ini seakan mau pecah saja.

Malam ini ku lalui tanpa terlelap sedikit pun. Pikiran ku kemana-mana, rasa marah, benci, dan kecewa bercampur menjadi satu.

Kenapa Oma Setega itu padaku ? Papa dan Mama pun diam. Padahal aku ini anak mereka ? Atau mungkin aku hanya anak pungut ?

Mengingat tentang aku, jadi teringat saat aku divonis mengidap kanker darah. Dari semua anggota keluarga ku, tidak ada satu pun yang cocok dengan ku. Apalagi golongan darah ku sangat langka.

Tapi untung ada seseorang berhati mulia yang Sudi mendonorkan sumsum tulang belakang nya untuk ku.

Dan sampai saat ini, aku belum tahu siapakah orang yang berhati malaikat itu.

Dulu aku pernah berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan membalas kebaikan orang itu meskipun nyawa taruhannya. Tapi belum sempat aku menunaikan janji ku, aku sudah bernasib seperti ini.

****

Pagi-pagi sekali, Mahfud sudah membangun kan kau. Dia mengajak ku joging, aku pun tidak menolak. Mungkin dengan pergi joging, otakku bisa encer dan bisa keluar dari masalah yang ku hadapi saat ini.

" Semalam aku berusaha mencari lowongan pekerjaan untuk mu, terutama di tempat kerja ku" Ucap Mahfud sambil terus berlari santai beriringan dengan ku.

Aku terpana mendengar penyampaian Mahfud, hatinya sungguh sangat baik sekali. Tidak berubah meskipun kita sudah sama-sama menjalani kehidupan masing-masing.

" Tapi bos ku menolak setelah tahu namamu bersenarai merah"

Sekali lagi hatiku terluka oleh tindakan kejam keluarga ku.

" Hanya satu jalan yang aku pikirkan, itu pun kalau kamu mau?"

" Apa?" Langsung ku tanya dengan penuh semangat.

" Lowongan pekerjaan yang tanpa ijazah"

Kening ku berkerut? Emang ada pekerjaan yang tanpa ijazah ?

" Kalau kamu mau, ada lowongan sebagai office boy"

Tentu aku kaget, masa aku harus menjadi Office boy sih?? Gengsi dong.. Pengalaman kerja ku setaraf CEO, Masa harus jadi office boy ?

" Ya itupun kalau kamu mau?"

Aku diam , kalau aku menolak terus aku mau kerja apa? Uang sudah tidak punya, nanti aku makan gimana ? Masa numpang sama Mahfud ? Sedangkan aku tahu Mahfud juga bukan orang sekaya aku.

Dia hanya seorang anak dari pensiunan PNS yang mencoba berdiri di kaki sendiri. Rumah ini pun aku tahu dia membeli secara KPR. Rasanya belum lunas sampai sekarang.

" Coba aja deh Fud, Dari pada aku tidak punya pemasukan " Ucapku penuh rasa putus asa.

Mahfud tersenyum lebar.

" Ya udah nanti aku kabari gimana hasilnya "

Ku iyakan ucapan Mahfud. Jadi Office boy ? Rasanya tidak terlalu buruk. Nanti aku bisa nabung dan membangun bisnis sendiri meskipun kecil-kecilan. Yah!!! Pikiran ku langsung berubah positif thinking.

***

Disaat aku lagi ngotak ngatik hp, ada telfon dari nomor Mahfud. Sigap langsung ku angkat.

" Hallo "

" Yu, kamu diterima kerja. Mulai besok kamu sudah bisa kerja " Seru Mahfud dari ujung talian.

" Alhamdulillah... Makasih ya Fud"

Hatiku lega sekali, akhirnya aku bisa menghasilkan uang sendiri tanpa embel-embel nama Iman Sadewa.

Esoknya aku langsung kerja ikut mobil Mahfud ke kantor nya. Awal-awal aku agak canggung, sejak aku bayi sampai sekarang aku menikah dua kali. Meskipun belum menyempurnakan pernikahan, aku tidak pernah megang penyapu.

Jadi pas aku mencoba kerja, malah diketawain oleh teman seprofesi ku.

" Nyapu bukan didorong kayak gitu, tapi sapunya diayunkan gini..." Yoko namanya, dia memberikan contoh cara menyapu yang benar. Aku jadi malu sendiri.

" Kamu OMB ya" Celutuk nya yang membuat ku tidak mengerti dengan singkatan tersebut.

" Apa itu ?"

" Orang Miskin Baru"

Aku langsung tergelak, Bisa jadi itu benar.

" Nih cobain " Dia mengembalikan penyapuku, dan langsung ku coba untuk meniru gerakan Yoko tadi.

" Nah itu baru benar meskipun kamu kaku sekali. Ya udah nggak apa-apa, mencoba belajar itu lebih baik dari pada tidak mau mencoba " Ucap nya bijak, aku mengangguk setuju.

Hari ini untuk permulaan Yoko mengajariku cara menyapu dan ngepel. Dia sangat telaten sekali. Tapi namanya ini pengalaman pertama ku, aku tidak bisa bekerja dengan baik.

Lantai yang ku pel masih sangat basah sehingga membuat seorang pria lewat terpeleset.

" SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!!!!"

Teriak nya membuat semua orang ketakutan, dan mengarahkan jari telunjuk nya kepada ku.

" Sini!!!" Teriaknya tegas, aku langsung gemetaran. Alamat dipecat nih.. Gerutu ku dalam hati.

Di samping pria itu ada seorang wanita bercadar, menatap ku diam. Aku jadi teringat dengan Aisyah, tapi apa mungkin dia Aisyah ? Ah tidak mungkin, Aisyah hanya seorang mahasiswa. Ngapain dia ada disini ?

Kalau pun lagi skripsi, dia kan masih semester lima. Jadi itu lebih mustahil lagi.

" Apa ini pekerjaan mu??!!!" Pria yang nampak tampan meskipun wajah nya merah menahan emosi, menunjuk ke lantai.

Aku mengangguk gugup, tidak ada alasan bagiku untuk mengelak. Karena semua orang memperhatikanku.

" Nggak becus banget sih!!! Cepat pel kering, dan besok kamu tidak usah datang lagi kesini !!"

Benar dugaan ku, aku dipecat. Tidak ada yang bisa ku lakukan, selain menerima kenyataan.

" Pak Rasyid, jangan mengambil keputusan disaat sedang marah"

Kepala ku terangkat, itu suara Aisyah. Jadi perempuan bercadar di depan ku benar Aisyah ??

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

dia yang menjadi istrimu yg tak kau cintai dan kau sakiti, wahyu

2024-03-14

0

Yuli Ana

Yuli Ana

tu kn wahyu kmu pasti nyesel bngt dh nyakitin aisyah. ap lg klo udh tau sp yg donor darah sm sumsum..

2024-03-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!