Bab. 5.

Sementara itu di suatu lain tempat, di sebuah ruangan yang penuh dengan peralatan teknologi canggih. Seorang laki laki paruh baya tampak sedang marah marah.

“Toloool semua kalian itu! Hanya membuat kacau acara saja tidak bisa dan bagaimana mungkin sistem mati total!” suara laki laki paruh baya itu dengan sangat lantang, wajahnya memerah karena marah.

“Benar Tuan, lihat kami tidak bisa mendapatkan informasi apa apa.” Ucap seorang pemuda di depan layar komputernya.

“Coba kalian berusaha lagi untuk melihat penyebab robot monsterku mati!” perintah laki laki paruh baya itu.

“Baik Tuan.” Suara beberapa orang karyawan di ruang itu.

“Okey aku akan cek lagi orang di lapangan.” Ucap laki laki paruh baya itu selanjutnya yang tampak sangat sibuk dan bingung.

“Kurang ajar siapa orang yang sudah bisa menghancurkan” gumam laki laki paruh baya itu lagi , lalu dia sibuk mengusap usap layar hand phone miliknya untuk menghubungi anak buahnya yang masih berada di sekitar lokasi gedung PBB.

Sesaat kemudian...

“Hei bagaimana kondisi di lapangan?” suara laki laki paruh baya itu sambil menempelkan hand phone di dekat wajahnya.

“Tuan, robot Tuan baru saja dibawa pergi, ini kami ingin membuntuti kemana akan dibawa.” Suara pelan di balik hand phone milik laki laki dewasa itu.

“Sial! Tidak usah diikuti sekarang culik orang orang penting yang masih ada di gedung itu! Tunggu sampai mereka ke luar!” perintah laki laki paruh baya itu dengan penuh emosi.

“Siap Tuan.” Suara di balik hand phone milik laki laki paruh baya itu.

Sedangkan di tempat parkir gerai pizza, mobil Tuan Jack sudah berhenti tidak jauh dari mobil yang membawa Aja dan Ata.

“Cepat kamu keluar keburu mereka masuk ke dalam, dan tembak salah satu dari mereka!” perintah Tuan Jack pada pengawal nya.

Sang Pengawal yang sudah siap dengan senjata api nya pun melangkah keluar dari mobil untuk menguntit Aja dan Ata yang sudah berjalan bersama Nyonya Lisbeth dan Seorang pengawalnya. Ata dan Aja berjalan dengan posisi di depan sedangkan Nyonya Lisbeth dan Sang pengawal di belakang mereka.

“Hmmm kalau sulit untuk menembak bocah bocah itu aku tembak saja Nenek itu dulu.” Gumam Pengawal Tuan Jack dan dengan cepat dia mengangkat senjata apinya terarah pada Nyonya Lisbeth karena lebih mudah untuk menjadi sasaran tembakannya. Lokasi parkir gerai pizza itu tampak sepi.

“Sayang jangan terlalu cepat kalian berjalan...” suara Nyonya Lisbeth yang tengah menjadi sasaran tembak pengawal Tuan Jack.

Aja yang posisinya tepat di depan Nyonya Lisbeth menoleh dan dengan cepat satu tangannya melepas kaca matanya, dia menatap dengan tajam senjata api yang dipegang oleh Pengawal Tuan Jack, bersamaan dengan itu ke luar cahaya dari mata Aja tertuju ke ujung senjata api yang ada di tangan sang Pengawal Tuan Jack.

Dan dalam waktu hitungan detik pucuk senjata api milik pengawal Tuan Jack itu meleleh. Kedua mata pengawal Tuan Jack melotot dan bibir menganga melihat pucuk senjata apinya meleleh. Dan dengan refleks dia menjatuhkan senjata apinya yang sudah tidak berguna itu di samping itu dia pun takut jika tidak hanya pucuk senjata apinya yang meleleh akan tetapi keseluruhan hingga tangannya turut meleleh juga.

Dia berdiri mematung sejenak dan setelah itu dia berlari tunggang langgang menuju ke mobil Tuan Jack yang masih menunggunya.

Dengan cepat dia membuka pintu mobil dan duduk di jok depan di samping kemudi. Jantungnya berdebar debar sangat kencang.

“Apa sudah selesai? Mana salah satu dari mereka kenapa tidak kamu bawa?” tanya Tuan Jack saat sang pengawal sudah masuk ke dalam mobil dengan tergesa gesa. Tuan Jack tahu jika senjata api sang pengawal bisa bekerja tanpa membunyikan suara. Dan pandangan matanya tidak bisa melihat posisi sang pengawal tadi. Sang pengawal yang masih pucat ketakutan itu tidak menjawab pertanyaan Tuan Jack.

“Cepat bawa mobilnya!” ucap Sang pengawal pada Sang sopir. Sang sopir pun segera melajukan mobilnya dengan kencang mengira sang pengawal sudah melakukan tembakan tanpa suara. Dan dikejar oleh satpam.

“Ha... ha... ha... akhirnya bocah bocah itu akan masuk rumah sakit dan tidak bisa bekerja ha... ha... ha....” suara Tuan Jack sambil tertawa terbahak bahak sebab sang pengawal belum menceritakan kenyataannya karena takut jika Tuan Jack marah kepadanya.

Sedangkan Aja yang sudah kembali memasang kaca mata nya tenang tenang saja sambil terus melangkah masuk ke dalam gerai pizza itu.

“Hmmm yang penting mereka tidak mengetahui di mana kami tinggal.” Gumam Aja di dalam hati. Sebab dia khawatir jika rumah sang Oma mendapat teror dari para pesaing tender mega proyek.

Sementara itu di belahan bumi lain di belahan bumi sebelah selatan tepatnya di Negara Indonesia, tempat di mana orang tua Aja dan Ata berada.

“Pa, sepertinya ada masalah lagi mereka.” Ucap Alexandria sang Mama nya Aja dan Ata yang terus memantau kedua anak laki lakinya. Dia berbicara di depan telepon sedang menghubungi Vadeo suami nya.

“Apa mereka melepas kaca mata nya lagi? Ini kan sudah malam di sana Ma, mungkin mereka sudah tidur jadi kacamata dilepas.” Ucap Vadeo Jonathan di kursi kerjanya yang juga memegang telepon seluler.

“Hmmm hanya dilepas sebentar Pa. Tante Lisbeth belum memberi kabar jika sudah sampai rumah.” Suara Alexa di balik hand phone milik Vadeo.

“Ya sudah Mama hubungi mereka.” Ucap Vadeo selanjutnya.

“Kalau mereka dalam bahaya kita susul mereka, aku akan berusaha lagi untuk bisa mendapatkan visa.” Ucap Vadeo lagi dan selanjutnya sambungan telepon diputus karena Alexa akan menghubungi Nyonya Lisbeth.

Di saat baru saja Vadeo memasukkan hand phone nya ke dalam saku jas nya. Terdengar lagi suara dering hand phone milik Vadeo. Vadeo pun segera mengambil hand phone dari saku jasnya.

“Apa lagi.” Gumam Vadeo

“Bang Bule. “ gumam Vadeo saat di layar hand phone miliknya tertera nama kontak Bule Vincent, sahabat sekaligus saudara ipar nya yang merupakan detektif sableng yang juga sebagai pelatih anak anak Vadeo.

“Apa Bul?” tanya Vadeo setelah menggeser tombol hijau di layar hand phone miliknya.

“Bro, ketua panitia konferensi baru saja diculik. Aku dapat info dari temanku di sana yang baru saja dapat tugas.” Suara Bang Bule Vincent di balik hand phone milik Vadeo.

“Hah? Sudah tahu bumi kita dalam bahaya karena serangan dari luar angkasa, masih saja orang orang di bumi bikin masalah lagi.” Ucap Vadeo dengan kesal.

“Padahal belum ada pengumuman pemenang tender, malah ketua panitia diculik.” Ucap Vadeo lagi.

“Karya ini merupakan karya jalur kreatif “

Terpopuler

Comments

Nor Azlin

Nor Azlin

pasti musuh dunia sejagat ni atau tuan jack bekerja sama dengannya lagi ni ...ayo AJa Ata habiskan orang jahat & juga mahluk luar angkasa sekali pun harus disikat bersamaan yah😂😂😂...lanjutkan thor

2024-03-08

2

Nit_Nit

Nit_Nit

lanjut kak othor

2024-02-25

0

Nit_Nit

Nit_Nit

belum tau dia, senpi pengawal leleh 🤣🤣🤣🤣

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!