Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam....
Kini pukul tiga sore hari waktu di New York city. Di lokasi sekolah Aja dan Ata sudah berderet deret mobil penjemput para siswa di sepanjang tepi jalan.
Akan tetapi ada salah satu mobil yang tidak menjemput siswa. Satu mobil yang di dalamnya ada empat orang laki laki. Dan salah satunya seorang pemuda yang tampan dan gagah, akan tetapi ekspresi wajahnya tampak dingin dan kejam. Dialah Morgan Junior, putera dari Tuan Current Morgan. Dia yang sudah dihubungi oleh Tuan Jack sudah siap siap akan menculik Aja dan Ata untuk balas dendam karena Papa nya ditangkap polisi tadi pagi.
TET.....
Bunyi alarm tanda sekolah usai pun terdengar hingga di luar gedung sekolah.
“Cepat kamu turun, tidak susah untuk mengenali dua anak itu. Mereka kembar identik dan memakai kaca mata, lensa kaca mata tidak tebal!” perintah Morgan Junior pada anak buahnya.
“Dan ikuti mereka, lalu pasang chip pada mobil yang mereka masuki.” Ucap Morgan Junior lalu memberikan sesuatu pada orang yang duduk di sampingnya.
“Siap Bos.” Ucap salah satu orang di dalam mobil itu sambil menerima sesuatu dari Morgan Junior dan segera membuka pintu mobil.
Orang yang penampilan nya layaknya seorang sopir penjemput siswa itu pun segera melangkah menuju ke pintu gerbang.
Beberapa menit kemudian tampak para siswa sudah keluar dari kelas mereka. Mereka yang dijemput oleh orang tua atau sopir dan yang naik transportasi umum pun segera melangkah menuju ke pintu gerbang. Sedangkan yang naik sepeda melangkah menuju ke tempat parkir sepeda.
Satu persatu mereka sudah keluar dari pintu gerbang. Mobil mobil penjemput pun satu persatu meluncur meninggalkan lokasi sekolah.
Sesaat laki laki anak buah Morgan Junior tersenyum saat melihat dua anak laki laki kembar melangkah menuju ke pintu gerbang. Sepasang anak laki laki kembar dengan tubuh gendut.
“Apa mereka itu, tapi kenapa tidak pakai kaca mata.” Gumam laki laki itu sambil pandangan matanya terus mengawasi sepasang anak kembar laki laki gendut itu.
“Mungkin bukan mereka, mungkin ada lagi twins boy.” gumamnya di hati sambil terus mengawasi Twins boy gendut itu masuk ke dalam mobil penjemput.
Anak buah Morgan Junior pun tidak memasang chip ke mobil itu karena ragu ragu dan dia masih menunggu Twins boy berkaca mata.
Namun hingga beberapa menit tidak ada orang yang dicarinya, dan akhirnya sudah tidak ada lagi siswa yang tampak di halaman sekolah itu atau pun di sekitar pintu gerbang. Petugas penjaga pintu gerbang pun menutup pintu gerbang dengan rapat.
Laki laki anak buah Morgan Junior kembali melangkah menuju ke mobil yang masih berhenti agak jauh dari pintu gerbang.
“Sudah? Kenapa tidak ada respon di hand phone?” ucap Morgan Junior saat anak buahnya membuka pintu mobil.
“Tidak ada anak kembar yang memakai kaca mata Bos. Ada tadi anak kembar laki laki gendut tidak berkaca mata tapi nya.” Ucap anak buah itu sambil menunjukkan chip yang belum terpasang pada mobil sasaran.
“Bodoh! Mungkin kaca matanya mereka lepas!” teriak Morgan Junior.
“Cepat jalan, dan ikuti mobil yang membawa anak kembar tadi!” perintah Morgan Junior. Dan mobil pun segera meluncur meninggalkan lokasi sekolah.
Mobil meluncur dengan sangat kencang untuk mengejar mobil yang membawa anak kembar laki laki gendut.
Sementara itu di dalam satu ruang kelas. Masih ada dua anak laki laki yang duduk di kursi siswa dengan serius menatap layar lap top milik sekolah jari jari mungil mereka pun dengan lincah menekan nekan tuts keyboard lap top . Mereka adalah Aja dan Ata yang masih harus menjalani hukuman karena terlambat masuk kelas. Mereka kini harus mengerjakan tugas tugas nya dengan lap top milik sekolah.
“Kalau sudah selesai kalian kirim ke email aku.” Ucap guru kelas yang sudah beres beres akan pulang.
“Baik.” Ucap Aja dan Ata secara bersamaan. Sang Guru pun segera meninggalkan ruang kelas.
Aja dan Ata saling pandang dan tersenyum lalu mereka berdua dengan cepat cepat mengerjakan tugas tugasnya.
Sedangkan di lain tempat di gedung PBB. Di salah satu ruang yang digunakan untuk sekretariat panitia konferensi.
Sekretaris jenderal PBB dan juga para pejabat sedang berkunjung di ruang itu. Pimpinan panitia dan sekretaris panitia pun sudah berada di ruang itu meskipun wajah mereka masih memar memar.
“Segera umumkan siapa pemenang tender mega proyek. Informasi dari rumah sakit korban terus bertambah!” perintah sekretaris jenderal PBB pada pimpinan panitia konferensi.
“Baik Tuan, sudah kesepakatan kita bersama jika Vajo sebagai pemenangnya. Selain program yang sangat bagus dibanding yang lain juga rekam jejak Vajo sangat baik tidak pernah ada kecurangan dalam mengerjakan proyek.” Ucap pimpinan panitia konferensi.
“Iya iya aku juga lihat di rekam jejaknya banyak proyek Vajo untuk kemanusian dan kedamaian bumi tidak semata mata untuk keuntungan perusahaan pribadi.” Ucap sekretaris jenderal PBB.
Akan tetapi tiba tiba ada satu orang pejabat yang duduk di kursi sambil terus menggaruk garuk tangannya. Dia lah pimpinan WHO.
Sekretaris jenderal PBB pun menoleh ke arah pimpinan WHO itu.
“Tuan apa ada masalah dengan kesehatan Tuan?” tanya sekretaris jenderal PBB dengan nada dan ekspresi wajah khawatir.
“Tangan saya beberapa waktu terakhir terasa gatal sudah saya obati tetapi masih saja terasa gatal dan lihat ini.” Ucap pimpinan WHO itu sambil membuka menarik ke atas lengan baju nya untuk memperlihatkan kulit lengannya yang gatal dan ada becak becak tampak kulit mengerut.
Sekretaris jenderal PBB itu pun tampak kaget mata melotot dan ekspresi wajah tampak sangat khawatir.
“Tuan... Tuan segera tinggalkan ruang ini dan pergi ke rumah sakit!” perintah sekretaris jenderal PBB.
Ekspresi wajah pimpinan WHO pun tampak sedih dan takut.
“Saya berusaha untuk menolak kalau ini bukan karena bakteri dari luar angkasa itu.” Ucap pimpinan WHO dengan mata yang berkaca kaca karena takut jika tubuhnya sudah terkontaminasi oleh bakteri dari luar angkasa itu sebab dia sudah melakukan kunjungan ke rumah sakit sebelum rumah sakit itu diisolasi.
Semua orang yang berada di dalam ruang sekretariat itu pun mendadak panik karena takut ikut juga terkontaminasi.
Pimpinan WHO itu pun sadar dan tahu diri lalu dengan lunglai dia bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan ruang sekretariat itu.
Sesaat dia menoleh ke arah orang orang yang masih duduk di ruang sekretariat panita konferensi itu.
“Semoga kalian baik baik saja...” ucap pimpinan WHO itu lalu membuka pintu dan melangkah pergi dengan lesu dan lunglai.
“Karya ini merupakan karya jalur kreatif. “
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nor Azlin
semoga selamat dari jangkitan yang dibawa oleh virus luar angkasa deh & kesemua yang ada di ruangan itu juga terhindar dari jangkitan yang sedang menukar saat ini ....semoga Aja Ata bisa menolong laki2 yang terkena jangkitan itu deh Aaaammiiinnn...lanjtkan thor
2024-03-09
1
Nit_Nit
Semoga semua baik² tuan, anda juga selamat
2024-03-01
0