NovelToon NovelToon

The Mission

Bab. 1.

Di salah satu ruang mayat di rumah sakit ternama di kota New York, terbujur kaku beberapa mayat dengan kondisi kering kerontang hingga tinggal tulang dan kulit saja. Kulit pun dalam kondisi mengering, sekali sentil saja akan hancur. Mereka itu adalah mayat para peneliti yang diserang oleh makhluk dari luar angkasa yang mereka teliti sebelumnya.

“Rahasiakan ini semua pada publik agar tidak membuat masyarakat dunia panik. Dan lakukan isolasi pada laboratorium dan rumah sakit ini dan lakukan pelacakan pada orang orang yang sudah terkontaminasi.” Perintah pemimpin WHO pada para pejabat rumah sakit.

Beberapa hari kemudian Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa mengundang para ahli dan pemilik perusahaan yang berkompeten di bidangnya , rangking atas dunia untuk mengadakan konferensi.

Sebuah mobil berhenti di depan gedung Perserikatan Bangsa Bangsa, di kota New York.

“Kalian berani tanpa Oma mendampingi hmm?” tanya seorang perempuan berusia sekitar enam puluh tahun yang duduk di jok kemudi menoleh ke arah samping.

“Berani Oma.” Ucap seorang anak laki laki berkaca mata berusia delapan tahun itu dengan mantap sambil menatap Sang Oma. Kaca mata yang dipakainya bukan kaca mata minus, plus atau silinder, tetapi kaca mata untuk mengendalikan kekuatan yang terpancar dari matanya.

“Lagian yang boleh masuk kan yang punya undangan Oma. Oma Lisbeth langsung pulang saja, nanti kalau sudah selesai kami kabari.” Ucap anak laki laki satunya yang duduk di jok belakang kemudi. Penampilan sama wajah pun serupa, mereka memang kembar. Raja dan Asasta nama mereka berdua. Nama lengkapnya Raja Avirodya Adiwangsa Jonathan dan Asasta Avirodya Radendra Jonathan, biasa dipanggil Aja dan Ata. Nama Raja dan Asasta diberikan pada mereka bukan asal begitu saja, akan tetapi nama mereka itu yang memberikan adalah seorang Raja di kerajaan Asasta yang kini telah bereinkarnasi pada tubuh mereka berdua. Satu dalam dua, dua dalam satu, itu lah mereka Raja dan Asasta.

“Okey, semoga sukses kalian berdua.” Ucap Sang Oma sambil mengulurkan tangannya. Kedua anak itu lalu mencium punggung tangan Sang Oma dengan santun.

Dua anak itu pun segera keluar dari mobil.

“Andai Papa dan Uncle Edwind mendapatkan visa kita tidak akan masuk ke gedung PBB ini untuk menghadiri konferensi dan mengikuti tender proyek maha besar ini.” Ucap Aja sambil terus melangkah memasuki halaman gedung PBB.

“Mega proyek Ja..” saut Ata sambil menepuk pundak Saudara kembarnya.

“Aku rasa, memang sudah ada skenario untuk mempersulit visa Papa dan Uncle Edwind. Agar perusahaan Papa tidak bisa ikut tender. Tapi mereka tidak tahu ada kita di sini yang bisa mewakili Vajo.” Ucap Ata selanjutnya yang terus berjalan di samping saudara kembarnya.

“Ha.. ha... ha... dan mereka lupa tidak mencantumkan syarat usia.” Ucap mereka berdua sambil tertawa dan terus melangkah menuju ke petugas penerima tamu.

Setelah menunjukkan undangan elektroniknya, kedua Bocah itu pun diantar oleh petugas menuju ke ruang konferensi.

Hanya mereka berdua yang datang tanpa pengawal karena mereka memang tidak suka didampingi oleh pengawal.

Para peserta kebanyakan memandang dua bocah itu dengan tatapan tidak suka dan meremehkan. Bahkan ada peserta yang telah protes pada panitia agar mengeluarkan dua bocah itu dari ruang pertemuan karena dianggap mengganggu dan tidak bisa memberi kontribusi pada acara. Akan tetapi panitia tidak bisa melakukan itu sebab dua bocah itu sudah lolos dalam uji kualifikasi dan memenuhi syarat sebagai peserta.

Acara konferensi pun dimulai. Aja dan Ata duduk dengan tenang memperhatikan ketua panitia menyampaikan maksud, tujuan dan susunan acara.

Sesaat kemudian Sekretaris jenderal PBB, maju ke atas mimbar.

“Saya mengundang anda semua karena permasalahan dunia yang semakin komplek. Bencana melanda di hampir semua negara. Kekeringan yang semakin parah, Panen gagal, kelaparan di negara negara, tidak hanya negara miskin negara maju pun juga mengalaminya, perang dan tingkat kriminalitas yang semakin tinggi di semua negara .”

“Dan selain masalah internal, dunia juga mendapat masalah eksternal. Serangan dari luar angkasa yang telah menelan korban jiwa.”

Semua tampak kaget, karena mereka belum tahu jika munculnya makhluk dari luar angkasa telah menelan korban jiwa. Sebab berita yang beredar hanya tersiar munculnya makluk luar angkasa di bumi. Kecuali Aja dan Ata yang tampak diam tenang tenang saja, bukannya mereka berdua diam karena tidak paham. Tapi sebaliknya mereka berdua telah mengerti.

“Bukan alien seperti yang digambarkan di film tetapi bakteri yang sangat berbahaya. Bakteri dari planet lain yang diambil untuk diteliti akan tetapi entah bagaimana bakteri itu semakin banyak dan menyerang para peneliti. Dan bakteri terus masuk ke bumi kita belum diketahui bagai mana mereka bisa terus masuk ke bumi kita.”

Sekjen PBB itu pun minta asistennya untuk memperlihatkan slide slide foto pada layar proyektor.

Sesaat tampak di layar proyektor foto yang memperlihatkan makhluk luar angkasa yang diabadikan oleh kamera mikroskop. Dan video yang memperlihatkan kumpulan bakteri menyerap air di satu buah semangka besar dan buah semangka itu menjadi kering keriput mengecil, bukan kering menjadi keripik buah ya...

“Satu bakteri itu ukuran nya mikron tetapi kumpulan mereka bagai spon yang bisa menyerap air, dan daya serap kapasitasnya bisa berliter liter air. Air apa pun bisa diserap dan ini semakin memperparah bencana kekeringan di dunia, air di tanaman pun bisa diserap, termasuk air yang ada di tubuh manusia atau daraah.” Ucap Sekretaris jenderal PBB.

“Lanjut.” Ucapnya lagi menyuruh sang asisten menampilkan slide selanjutnya.

“Itu mayat beberapa peneliti yang mati karena serangan bakteri itu. Tubuh mereka mengering.”

“Haaaaoooo..” suara para peserta bergemuruh di dalam gedung. Kebanyakan dari mereka menutup mulut dan mata melotot.

“Kita masih rahasiakan tentang kematiannya ini di hadapan publik, agar tidak membuat panik. Ada kemungkinan beberapa mayat mengering di Afrika tidak semata mata diakibatkan oleh bencana kekeringan namun juga diakibatkan oleh serangan bakteri makhluk luar angkasa sebab beberapa peneliti yang meninggal pernah berkunjung ke sana. Kemungkinan bakteri sudah menyebar di Afrika.”

“Itu paparan permasalahan dunia saat ini. Silakan semua peserta mempresentasikan program yang akan ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tadi terutama masalah ancaman dari luar. Program yang disetujui akan didanai oleh bank dunia. Selanjutnya waktu saya kembalikan pada ketua panitia.“

Waktu berlalu dan sesi presentasi program dari masing masing peserta pun dimulai. Semua memaparkan program terbaiknya.

Dan di malam hari giliran Aja dan Ata harus mempresentasikan program yang akan mereka tawarkan. Mereka berdua mendapat jadwal giliran yang terakhir.

“Lihat dua bocah itu mau ngapain? Dikira ini acara lomba pidato tingkat sekolah dasar.” Bisik salah satu peserta dengan nada meremehkan kemampuan dua bocah itu.

“Kamu tenang saja, aku sudah menyuruh panitia memberi jadwal pada mereka di malam hari, agar mereka sudah mengantuk ha... ha... ha... ha... dasar anak anak tidak tahu diri, pasti akan bicara ngelantur .” ucap Tuan Jack yang ingin memenangkan tender proyek maha besar ini.

“Aku pun sudah menyuruh salah satu panitia untuk mengacaukan presentasi mereka. Tunggu saja.” Ucapnya lagi sambil tersenyum licik.

"Karya ini merupakan karya jalur kreatif "

Bab. 2.

Aja dan Ata dengan langkah mantap badan tegak berjalan menuju ke mimbar. Mereka berdua melangkah dengan penuh percaya diri.

Aja dan Ata menganggukkan kepala pada ketua panitia dan para pejabat PBB, saat sudah berada di depan. Lalu kedua bocah itu menuju ke mimbar dan menekan tombol pengaturan tinggi mimbar agar sesuai dengan tinggi tubuh mereka.

“Siapa sebenarnya mereka, sikapnya tampak santun dan elegan tampaknya sudah terbiasa mengikuti pertemuan pertemuan tingkat dunia.” Ucap salah satu peserta menilai secara obyektif.

Sesaat kemudian terdengar suara Aja dan Ata memenuhi ruangan untuk mulai mengenalkan diri dan perusahaan milik Vadeo Jonathan, Sang Papa mereka.

“Kurang ajar, ternyata mereka wakil dari Vajo. Akan aku culik mereka berdua.” Gumam Tuan Jack di dalam hati, karena saingan terbesarnya ternyata bisa ikut tender mega proyek. Lalu dia mengambil hand phone dari saku jas nya dan lantas sibuk mengusap usap layar hand phone miliknya. Tuan Jack adalah orang yang pernah berusaha untuk menghancurkan Vajo, perusahaan milik Vadeo Jonathan orang tua Aja dan Ata.

Sementara itu Aja dan Ata di depan mimbar dengan lancar memaparkan programnya. Aja yang berbicara sedangkan Ata jari jari tangannya sibuk dengan tablet yang sudah terkoneksi dengan layar proyektor, agar materi bisa dilihat oleh panitia dan peserta.

Oknum panitia yang berusaha untuk mengacaukan presentasi mereka berdua tetap saja tidak bisa melakukannya.

“Kita buat perangkap untuk bakteri bakteri yang sudah ada di bumi. Kalau perlu para koruptor dan penjahat kelas kakap kita gunakan sebagai perangkapnya agar mengering dihisap oleh bakteri bakteri itu. Dan selanjutnya kita musnahkan bakteri yang sudah terperangkap itu dengan alat yang kami miliki.” Ucap Aja dengan mantap.

“Bukannya ini sekaligus untuk mengatasi kriminalitas yang semakin tinggi di bumi ini?” ucap Aja lagi sambil tersenyum.

PLOK

PLOK

PLOK

Panitia dan para peserta yang tertarik pada presentasi Aja pun bertepuk tangan.

“Menurut hipotesa kami, bakteri bakteri yang sudah menyerap air di bumi akan kembali ke planet asalnya akan digunakan untuk sumber kehidupan di sana. Bukannya air sumber kehidupan? H2O bisa dipecah secara reaksi kimia untuk diambil oksigen nya, dan air pula sangat dibutuhkan untuk suatu kehidupan. Makhluk makhluk itu akan mengambil sumber kehidupan bumi untuk dipindah ke planet mereka.” Sambung Ata sambil memperlihatkan materi mereka berdua pada layar proyektor.

Semua peserta dan panitia terkesima pada presentasi Aja dan Ata.

“Untuk menjaga agar mereka tidak datang lagi. Kami punya pesawat tanpa awak yang dilengkapi senjata untuk membunuh mereka. Di samping itu kami juga punya relasi kerja di bidang kesehatan yang bisa membuat antibiotik untuk melindungi umat dari serangan bakteri itu.” Ucap Aja lagi. Pimpinan WHO yang ikut hadir pun tersenyum dan mata berbinar binar.

Tuan Jack dan kolega nya selalu berusaha menjegal Aja dan Ata. Akan tetapi Aja dan Ata tetap bisa mempertahankan programnya.

“Vajo sudah delapan tahun mengoperasikan pesawat tanpa awak untuk membantu menjaga keamanan dunia, kini tinggal perlu dilengkapi oleh sistem untuk mendeteksi dan menghancurkan makhluk luar angkasa itu. Bukan suatu hal yang sulit buat kami.” Ucap Aja dengan suara lantang.

“Dan pesawat kami belum pernah meledak.” Sambung Ata sambil menatap tajam ke wajah Tuan Jack.

Tepuk tangan kembali bergemuruh di dalam ruang konferensi itu.

“Kurang ajar! Aku akan habisi dua anak itu. Aku yakin mereka anak anak Vadeo Jonathan yang sangat mengancam eksistensiku kembali.” Gumam Tuan Jack dengan sangat geram, sebab aib terbesarnya diungkit kembali.

Akan tetapi tiba tiba....

BRRAAAAK

Pintu ruang konferensi yang tinggi, lebar dan sangat kuat itu tiba tiba terbuka. Dan...

DOR

DOR

DOR

Terdengar suara tembakan ke arah pintu.

Semua menoleh dan menjerit ketakutan dan berlarian untuk melindungi diri. Para pengawal pun berusaha untuk melindungi Bos mereka.

Satu makhluk yang menyerupai monster masuk ke dalam gedung konferensi itu. Makhluk yang wujudnya menjijikkan dan mengerikan. Tingginya hampir tiga meter lebar hampir dua meter Mata besar dan melotot, mulut lebar, hidung lobang nya saja yang besar. Warna hijau kusam bersisik kotor dan tampak kulit makhluk itu sangat kuat dan liat. Terbukti tembakan dari para polisi keamanan tidak mempan. Makhluk itu terus berjalan masuk.

DUG

DUG

DUG

Makhluk mengerikan itu terus melangkah ke depan.

Suara langkah kaki nya menggetarkan lantai ruangan. Ruangan konferensi itu pun tampak kacau balau. Beberapa orang yang bisa lari ke luar dari ruang itu pun tidak menyia siakan kesempatan.

“Lindungi dua anak itu!” perintah sekretaris jenderal PBB dengan suara keras sambil menatap polisi keamanan yang begitu sibuk mengamankan orang orang.

“Tuan tembakan kami tidak mempan di tubuh makhluk itu.” Ucap salah satu polisi tampak putus asa.

“Kamu maju ke depan sana, ambil dua anak itu. Makhluk itu sepertinya akan membawa atau menyerang dua anak yang sangat aku butuhkan!” teriak sekretaris jenderal PBB. Dan tampak para polisi keamanan itu ragu ragu karena takut kalah beradu dengan makhluk itu.

Sementara itu Tuan Jack tampak tersenyum karena melihat makhluk mengerikan itu menuju ke arah Aja dan Ata.

“Hmmm tanpa aku repot repot ternyata ada makhluk yang akan membunuh dua bocah itu.” Gumam Tuan Jack sambil tersenyum licik. Pengawal dia terus siap siaga untuk menjaganya.

Sedangkan Aja dan Ata tampak masih berdiri dan meringkasi alat alat presentasi nya.

“Kalau kita lepas kaca mata pasti Mama di Indonesia akan khawatir dan akan menghubungi Oma. Kasihan Oma jika datang ke sini dalam situasi kacau begini. Bisa bisa Oma malah jadi korban.” Gumam Aja dengan posisi siap siaga.

“Jangan dulu Ja.” Ucap Ata sambil menyimpan tablet ke dalam tas ransel nya dan dia gendong tas ransel di punggung dengan sempurna. Jangan sampai tablet yang berisi materi itu terpisah darinya dan jatuh pada orang yang tidak bertanggung jawab.

Makhluk itu terus melangkah mendekati Aja dan Ata. Polisi terus menembaki tubuh makhluk itu akan tetapi sia sia saja.

Satu orang polisi berlari ke arah depan dia akan menyelamatkan Aja dan Ata , akan tetapi tiba tiba....

WUUUUZZZZZ

Tangan makhluk itu menampar polisi itu, dan polisi itu pun tubuhnya terlempar jauh.

“Aaaaaaaaaaa.” Jerit suara polisi itu.

BRUUUKK

Tubuh polisi itu jatuh terhempas dengan keras

Suasana di dalam gedung pun semakin gaduh. Tampak beberapa orang sibuk dengan hand phone nya untuk minta agar pertolongan segera datang.

Aja dan Ata masih berdiri dan posisi siap siaga. Sesaat kemudian tampak makluk itu sudah sangat dekat dengan mereka berdua.

“Awasssss!” teriak sekretaris jenderal PBB pada Aja dan Ata, saat tangan makluk itu terulur pada tubuh dua bocah itu.

SHYUUUUUUTTTTTTTT

"Karya ini merupakan karya jalur kreatif "

Bab. 3.

Tubuh Aja dan Ata melompat naik dengan cepat, sebelum tangan makhluk mengerikan itu mengenai tubuh kedua bocah itu. Kini tubuh dua bocah itu sudah berada di langit langit gedung. Mereka berdua masing masing nempel nangkring berpegangan pada lampu lampu gantung yang kuat , mewah dan elegan yang ada di dalam gedung itu.

Makhluk itu tampak sangat marah... Mendongak ke atas menoleh noleh melihat dua bocah yang ada di langit langit gedung.

Tangannya berusaha untuk meraih ke atas, namun tidak sampai. Akhirnya makhluk itu pun membalikkan tubuhnya.

Para peserta dan panitia pun menjerit jerit dan berlari ketakutan akan menjadi korban pengganti Aja dan Ata.

DUG

DUG

DUG

Makhluk itu terus melangkah menuju ke arah Tuan Jack yang berdiri di belakang sang pengawal. Tubuh Tuan Jack pun langsung bergetar gemetaran.

“Katanya wujud makhluk luar angkasa berupa bakteri tetapi kenapa ada monster besar sekali, apa dia makhluk luar angkasa bos nya bakteri bakteri pengisap air.” Gumam Tuan Jack sambil terus berlindung dari tubuh pengawalnya.

Sang Pengawal Tuan Jack pun mengarahkan senjata api pada mata besar makhluk itu.

Dan makhluk itu pun membalikkan badannya berjalan...

DUG

DUG

DUG

Dan tiba tiba...

SYUUUUTTTT

Tubuh sekretaris jenderal PBB yang sedang menelepon seseorang itu dibawa oleh makhluk itu.

“Tolong.. Tolong...” teriak sekretaris jenderal PBB.

Suara orang orang menjerit jerit ketakutan pun memenuhi ruangan.

DUG

DUG

DUG

Suara langkah makhluk mengerikan itu melangkah menuju ke pintu sambil menggotong tubuh sekretaris jenderal PBB yang terus menjerit jerit minta tolong dan meronta ronta.

“Tolong... tolong... tolong...” teriak sekretaris jenderal PBB

Sementara itu, Aja dan Ata yang masih nempel nangkring pada lampu lampu gantung itu saling pandang. Ata pun menganggukkan kepalanya pada Aja.

Aja melepas kaca matanya dan kini kaca mata itu sudah tergantung di dadanya. Aja pun menatap dengan tajam tengkuk makhluk mengerikan yang terus menggotong tubuh sekretaris jenderal PBB.

Sesaat sinar kebiruan terpancar dari kedua mata Aja dan langsung tertuju pada bagian tengkuk makhluk mengerikan itu. Tidak ada orang yang melihat sinar cahaya yang keluar dari mata Aja, selain Ata. Sebab semua orang panik, konsentrasi mereka untuk menyelamatkan diri dan sebagian terkonsentrasi pada tubuh sekretaris jenderal PBB yang menjerit jerit dan meronta ronta minta tolong.

Lagi pula cahaya dari mata Aja berpendar menyatu dengan cahaya terang lampu di dalam ruang pertemuan itu.

Hanya dalam waktu hitungan detik sinar dari mata Aja mengenai tengkuk makhluk mengerikan itu, dan...

BRUUUUKKKK

Tubuh sekretaris jenderal PBB terjatuh dari tangan makhluk mengerikan itu. Tahu jika tubuhnya sudah terlepas dari tangan makhluk mengerikan itu Sang sekretaris jenderal PBB pun secara spontan berlari tunggang langgang.

Akan tetapi ada suatu hal yang aneh.. makhluk mengerikan itu masih berdiri tegak akan tetapi tidak lagi berjalan, dia hanya diam berdiri, tidak juga roboh, akan tetapi kepalanya terkulai.

“Hah? Lihat apa yang terjadi?” teriak orang orang saat melihat makhluk mengerikan itu diam berdiri dan kepala terkulai.

Panitia pun memanggil manggil sekretaris jenderal PBB yang masih berlari tunggang langgang karena trauma akan digotong lagi oleh makhluk mengerikan itu.

“Tuan Tuan... stop..”

Sedangkan Aja sudah mengenakan lagi kaca matanya. Dan mereka berdua pun segera meloncat turun dari atas.

“Dia sudah mati, kepalanya terkulai tetapi kenapa tidak roboh masih tegak berdiri.” Ucap salah satu dari panitia sambil mendongak melihat kepala terkulai akan tetap tidak keluar daraah atau pun cairan dari dalam tubuh nya, hanya ada bekas lelehan benda padat bagian tengkuk karena cahaya dari mata Aja.

“Hati hati... “ ucap salah satu polisi memberi peringatan agar orang orang tidak mendekati makhluk mengerikan itu karena dikhawatirkan akan bergerak lagi.

“Dia hanya robot!” teriak Aja dan Ata secara bersamaan.

“Sistem sudah rusak, dia sudah tidak bisa bergerak lagi. Pak Polisi bisa mengeksekusi dia.” Ucap Aja sambil menatap salah satu polisi.

“Pindah pakai derek, sangat berat itu.” Sambung Ata. Polisi keamanan dan panitia pun tampak sibuk.

Panitia memberi pengumuman jika kondisi sudah aman peserta yang masih berada di sekitar gedung PBB diharapkan kembali masuk ke ruang konferensi.

Hanya masih tersisa sedikit peserta yang ada, sebagian besar sudah pergi untuk menyelamatkan diri karena ketakutan. Panitia pun menyampaikan jika acara diakhiri dan pemenang tender akan diberitahu lewat email.

Di saat Aja dan Ata sudah bangkit berdiri dan mulai melangkahkan kaki.

“Boys tunggu dulu.” Teriak ketua panitia yang tampak sedang berdiri dan masih bercakap cakap dengan sekretaris jenderal PBB.

“Kemarilah! Di luar masih sangat ramai orang orang.” ucapnya lagi.

Ata dan Aja pun melangkah menuju ke tempat ketua panitia dan sekretaris jenderal PBB berdiri.

Bersamaan dengan itu ada dua orang yang yang saling pandang lalu mereka berdua dan mengajak pengawal nya berjalan mendekati tempat sekretaris jenderal PBB dan ketua panitia berdiri dengan pelan pelan agar tidak mencurigakan lalu mereka bertiga duduk di kursi peserta yang tidak jauh dari Sekretaris jenderal PBB berdiri.

“Kalian berdua sangat hebat. Kami sedang membicarakan siapa orang atau organisasi yang telah mengacaukan acara ini.” Ucap Sekretaris jenderal PBB.

“Kemungkinan pengusaha besar yang tidak diundang untuk ikut tender mega proyek ini Tuan.” Ucap Aja sambil mendongak menatap wajah Sekretaris jenderal PBB.

“Hmmm siapa ya...” gumam Sekretaris jenderal PBB sambil menatap ketua panitia acara, dan panitia acara itu tampak mengernyitkan dahinya karena berpikir keras.

“Apa kalian tahu Boys orang yang sudah mengacau acara kita ini?” tanya ketua panitia sambil menunduk menatap Aja dan Ata.

Akan tetapi sebelum Aja dan Ata menjawab terdengar bunyi dering dari dalam tas ransel milik Ata. Ata pun segera mengambil tablet dari dalam tas ransel nya.

“Oma Lisbeth.” Gumam Ata lalu dia segera menggeser tombol hijau dan Aja pun mendekatkan wajah nya di dekat saudara kembarnya sebab Oma Lisbeth pasti akan menanyakan keberadaan jika wajah nya tidak tampak di layar hand phone Sang Oma.

“Oma maaf maaf kami sudah selesai acara tetapi belum mengabari Oma.” Ucap Ata dengan santun saat melihat wajah Sang Oma Lisbeth dan tampak Oma Lisbeth sudah berada di dalam mobil.

“Oma sudah berada di depan gedung PBB. Mama kamu sudah menghubungi Oma agar segera menyusul kamu. Syukurlah kalian berdua baik baik saja. Tetap lah di dalam gedung pengawal akan menjemput kalian. Suasana di luar masih sangat ramai banyak orang orang, Oma khawatir jika masih terselip orang jahat di antara mereka meskipun polisi keamanan banyak yang menjaga lokasi gedung.” Suara Oma Lisbeth lagi di balik tablet milik Ata.

"Karya ini merupakan karya jalur kreatif "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!