Bab. 12.

Sementara itu di Mansion Current Morgan suasana sudah tampak heboh. Petugas keamanan lainnya telah mengetahui ada temannya yang roboh tergeletak dan mereka segera berjalan menuju ke wilayah terlarang.

“Pasti ada orang yang sudah nekat masuk ke sana. Cepat kalian segera ke sana aku bawa ini ke poli klinik.” Ucap satu orang petugas keamanan itu pada lainnya.

Mereka semua berlarian menuju ke wilayah terlarang, wilayah di mana ruang bawah tanah milik Tuan Morgan berada. Sedangkan tubuh petugas keamanan yang tergeletak roboh dibawa ke poli klinik yang ada di lokasi Mansion Current Morgan.

Bersamaan dengan itu Aja dan Ata baru saja keluar dari pintu bawah tanah bersama Nona Elena dan Pimpinan panitia konferensi. Kondisi tubuh pimpinan panitia konferensi itu sangat lemas dan lemah tak berdaya, wajahnya pun tampak memar dan legam legam akibat hantaman.

“Gawat Ta, kita terlalu lama bertindak. Mereka sudah mengetahui temannya roboh.” Ucap Aja saat melihat para petugas keamanan berdatangan.

“Bukan kita yang terlalu lama Ja, tetapi polisi yang terlalu lama datang, aku sudah menghubungi sejak kamu membuat kabut memabukkan itu.” Ucap Ata sambil menatap para petugas keamanan yang berlarian datang mendekat

“Sekarang kamu buat lagi tetapi dengan resiko kali ini...” bisik lirih Ata pada Aja agar Nona Elena dan Pimpinan panitia konferensi tidak mendengar.

Aja pun segera melepas kaca matanya. Cahaya kebiruan pun keluar dari kedua matanya. Sedangkan Ata tampak mengajak berbicara pada Nona Elena dan Pimpinan panitia konferensi agar tidak melihat apa yang sedang dibuat oleh Aja.

“Nona dan Tuan berjalanlah ke arah sana agar selamat dari serbuan mereka.” Ucap Ata sambil menarik tangan Nona Elena dan Pimpinan panitia konferensi itu ke arah samping pintu.

Sementara itu para petugas keamanan berteriak teriak dan berlarian mendekat pintu ruang bawah tanah saat melihat teman temannya tergeletak dan melihat kedua tawanan sudah bisa keluar dari pintu bersama dua bocah.

“Itu bocah bocah yang tadi katanya mengantar pesanan! Tangkap mereka.” teriak salah satu dari mereka. Para petugas keamanan itu pun semakin mempercepat larinya.

Nona Elena dan Pimpinan panitia konferensi gemetaran mendengar teriakan itu dan mereka berdua pun kakinya terasa lemas hingga tidak berdaya untuk melangkah.

Namun tiba tiba para petugas keamanan itu menghentikan langkah kakinya mereka semua mengucek ucek matanya yang tiba tiba terasa perih dan sakit bagai terkena gas air mata.

“Hah? Kenapa mataku tiba tiba perih dan sakit sekali?” teriak mereka sambil terus mengucek ucek matanya dan kini gerakan kaki mereka tidak maju namun mundur untuk menghindari kabut tipis tipis yang membuat mata mereka terasa perih.

Sedangkan Aja yang sudah kembali memakai kaca matanya tersenyum melihat mereka semua.

“Kenapa mereka? Siapa yang sudah menembakkan gas air mata? Atau turun kabut beracun di sini?” tanya Pimpinan Panita konferensi sambil memejamkan matanya. Nona Elena pun menutup kedua matanya dengan tangannya takut kena efek kabut tipis tipis yang membuat mata sakit dan perih.

Sesaat kemudian terdengar bunyi sirine mobil Polisi mendekat dan berdatangan ke Mansion Current Morgan.

Di saat para polisi sudah berlarian menuju ke wilayah terlarang di Mansion itu. Aja dan Ata menyelinap berjalan menuju ke tempat sepedanya yang mereka sembunyikan di balik semak semak tanaman di taman. Dan...

WESSSSSSS

Sepeda meluncur dengan sangat kencang menuju ke tempat yang sudah di setting oleh Aja. Ke sekolah mereka berdua.

Berita tentang penggerebekan Mansion Current Morgan pun segera tersiar di up date berita terkini New York city.

Sebuah mobil mewah sedang meluncur di salah satu ruas jalan. Suara informasi up date berita terkini itu pun terdengar di dalam mobil mewah itu.

“Hah? Ternyata si tua bangka Morgan yang menculik panitia konferensi. Berani juga dia...” suara laki laki yang duduk di jok belakang kemudi.

“Gosip yang beredar dia juga pemilik robot monster itu Tuan.” Ucap laki laki yang duduk di jok depan di samping kemudi.

“Hmmm iya iya itu masuk akal, Morgan dan anaknya memang punya bisnis di teknologi. Dia memang sangat kecewa karena tidak bisa ikut konferensi...” gumam laki laki yang duduk di jok belakang kemudi yang tidak lain adalah Tuan Jack.

“Tapi akhir nya mereka malah ditangkap polisi Tuan...” ucap laki laki yang duduk di jok depan di samping kemudi yang tidak lain adalah pengawal Tuan Jack.

Tuan Jack pun tersenyum licik.

“Hmmm aku bisa bantu Morgan untuk keluar dari masalah itu... “ gumam Tuan Jack yang masih tersenyum dan sorot mata berbinar binar penuh harapan.

“Aku akan ajak Morgan untuk bekerja sama.... dia juga teman sekolahku dulu....” ucap Tuan Jack lagi.

“Tuan juga tua bangka...” gumam Pak Sopir di dalam hati dan hanya berani di dalam hati kalau tidak pasti kepalanya akan digetok Tuan Jack dari belakang.

Mobil pun terus melaju menuju ke perusahaan milik Tuan Jack.

Sementara itu sepeda Aja dan Ata sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah. Petugas penjaga pintu gerbang pun berjalan tergopoh gopoh menuju ke arah mereka.

“Tuan kecil ke mana saja? Saya kena marah oleh kepala sekolah dan Oma Lisbeth.” Ucap petugas penjaga pintu gerbang sambil membukakan pintu buat mereka berdua.

“Bukannya saya sudah bilang mau ke mini market.” Ucap Aja sambil menatap petugas penjaga pintu gerbang.

“Tuan lama sekali, bukannya mini market hanya sebelah sekolah lokasinya.” Ucap petugas penjaga pintu gerbang.

“Aku mau beli pena yang tinta warna biru tetapi semua mini market adanya tinta warna hitam, andaikan ada warna biru itu pun warna biru yang bukan aku mau...” ucap Ata cari cari alasan.

“Itu lah jadi kami harus keliling kota mencari warna pena yang di mau oleh Ata, dia mau warna tinta biru kehijau hijau an dan sedikit ada warna ungunya.” Ucap Aja sambil melajukan sepedanya masuk ke halaman sekolah nya. Aja dan Ata tersenyum meskipun mereka berdua harus siap untuk mendapatkan hukuman dari Guru karena terlambat masuk kelas.

Sedangkan penjaga pintu gerbang mengerutkan keningnya dan menggaruk garuk kepalanya mendengar warna tinta yang diinginkan oleh Ata.

Saat melajukan sepedanya Aja melihat mobil Sang Oma terparkir di halaman sekolah.

“Ta, mobil Oma tuh...” ucap Aja sambil terus melajukan ke tempat parkir sepeda siswa.

“Iya tahu. Kamu langsung saja menuju ke mobil dan taruh sepeda di bagasi mobil Oma.” Ucap Ata.

Di saat Aja melajukan sepeda nya menuju ke mobil Nyonya Lisbeth yang terparkir. Tampak Nyonya Lisbeth berjalan bersama kepala sekolah menuju ke mobil itu pula.

“Ja, hukuman tambah banyak buat kita.” Gumam Ata sambil memegang pinggang saudara kembarnya.

“Hmmmm...” gumam Aja pula.

“Karya ini merupakan karya jalur kreatif. “

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!