Bab 20: Hadiah pertama Alvar

Alvar duduk diam menatap layar laptopnya yang menyala. Di ruangan kerja yang berada di rumahnya, Alvar menghabiskan waktu berdiam diri di sana. Sesekali dia melihat jam dinding, waktu terus berjalan tapi dia merasa bahwa dirinya tidak memiliki perkembangan.

Kadang kala sulit sekali berusaha bisa di sesuatu yang bukan bidang kita. Apalagi untuk Alvar yang baru pertama kali melakukan hal seperti ini. Memang, persentase keberhasilan besar, tapi bagi Alvar setiap proses demi prosesnya hampir membuat dia gila.

Keenan dengan segala ide di kepalanya membuat Alvar bingung tidak karuan. Ide lelaki itu sempurna, tapi Alvar sulit menjalankannya.

Alvar menghela napas memijit pelipisnya. Andai saja tidak ada yang namanya masalah di dunia pasti hidup Alvar tidak serumit ini sekarang. Andai saja, Natala tidak berbuat dosa kehidupan Alvar tidak akan seburuk ini. Andai saja saat ini adiknya masih hidup, mungkin takdir Alvar tidak akan sesial ini. Andai saja dan andai saja. Lelaki itu hanya bisa berandai-andai karena dia tahu, hidupnya yang rumit sudah tidak bisa diperbaiki lagi.

Alvar mengambil ponsel yang tergeletak di sebelahnya. Sebuah pesan yang membuat kening lelaki itu berkerut, namun sepersekian detik berikutnya dia menarik ujung bibir. Satu lagi ide bagus.

Alvar bangkit, dia keluar dari ruangannya menuju ke kamar. Mematikan lampu kamar menunggu matahari memberikan sinar untuk membangunnya esok hari.

Begitu sinar sang surya menembus gorden kamar Alvar, tidur lelaki itu sedikit terganggu. Dia menggeliat sebelum akhirnya benar-benar bangkit dari tempat tidur dan mulai mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor.

Alvar keluar kamar begitu selesai memakai baju. Langkahnya terhenti kala dia melihat sosok Natala sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Rambut Natala dibiarkan terurai dan diberi gelombang seakan siap menenggelamkan siapapun yang menatapnya.

"Kok cantik?" batin Alvar.

Wajah Natala terpoles make up dan gadis itu menambahkan senyum di wajah. Tidak ada yang bisa Alvar lakukan selain terpaku dengan pemandangan pagi harinya ini.

"Pak Alvar ngapain? Sini!"

Suara Natala membuyarkan lamunan Alvar. Segera lelaki itu menghampiri Natala. Dia berdiri di sebelah Natala.

"Natala, untuk apa kamu memasak? Bukankah sudah ada ART untuk melakukan hal itu?" tanya Alvar.

"Masak buat sarapan nggak harus nunggu ART datang, Pak. Selagi saya bisa kenapa harus orang lain coba?" jawab Natala.

"Lagian, kata Ibu saya masak untuk suami itu dapat pahala. Kan lumayan saya nambah-nambah pahala dengan masakin, Bapak."

Natala kembali senyum di akhir kalimatnya. Dan itu semakin menambah laju degupan jantung Alvar. Masih pagi hari tapi dia sudah merasa seperti ini. Aneh sekali rasanya.

"Ayo, Pak. Makan," ajak Natala meminta Alvar untuk duduk.

Alvar dan Natala sarapan hidangan yang sudah Natala siapkan. Tidak ada yang bersuara, keduanya sibuk tenggelam dalam kenikmatan makanan masing-masing.

"Natala, kalau sekarang kamu pergi sama saya tapi pulang sama sopir, kamu nggak marah?" tanya Alvar ketika keduanya sudah berada di luar rumah.

"Memangnya Bapak mau ke mana? Saya rasa, Bapak nggak ada jadwal setelah pulang kerja nanti."

"Saya pergi ke sesuatu tempat sebentar. Tidak akan lama, saya berjanji akan pulang ketika makan malam," ucap Alvar.

"Oh, oke."

Natala masuk ke mobil Alvar lebih dulu dan dia menepuk jidatnya karena sadar akan kesalahan yang sudah dia perbuat.

"Bapak, maaf," cicit Natala cengengesan, keluar lagi dari mobilnya.

Bukannya marah, Alvar malah merasa lucu dengan itu. Dia sedikit tersenyum pagi ini melihat tingkah Natala.

Alvar membukakan pintu Natala dan mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam.

"Makasih Bapak," ucap Natala sebelum akhirnya Alvar menutup pintu mobil.

Alvar membawa kendaraan itu melaju di jalanan, dia dengan santai menyetir dan Natala sibuk menatap jalanan karena memang dia tidak punya topik pembicaraan dengan Alvar.

"Pak," panggil Natala sebelum Alvar melangkah lebih dulu untuk masuk ke dalam gedung bertingkat itu.

"Apa?" Alvar berbalik badan bertanya pada Natala.

Natala menatap mata Alvar sejenak. Ada sesuatu yang menyala di sana tapi Natala malah tertarik untuk semakin tenggelam di dalamnya. Hingga tanpa sadar Natala menciptakan garis di bibirnya dan Alvar bisa melihat jelas bahwa istrinya sedang tersenyum atas alasan yang tidak diketahui.

"Nggak jadi deh, Pak. Semangat kerjanya, Pak Alvar!" Natala mengepalkan tangannya di udara memberi semangat pada Alvar.

"Apa-apaan dia? Kenapa jadi lucu begini?" batin Alvar berusaha untuk tidak menunjukkan raut gemas.

"Saya masuk duluan ya," pamit Alvar.

Natala mengangguk bahkan dia memberikan lambaian tangan untuk Alvar setelah lelaki itu berbalik badan menjauhinya.

Natala tidak masuk ke kantor itu karena dia menunggu kedatangan Arsen. Dia dan Arsen akan pergi untuk bertemu salah satu klien mereka, jadi untuk hari ini Natala tidak akan bekerja di dalam kantor melainkan di luar. Lumayan, Natala bisa sedikit berjalan-jalan.

...***...

Alvar memutar pulpen di tangannya, membiarkan benda itu berputar seiring dengan tatapan datarnya ke depan. Dia seorang diri di dalam ruangan. Keenan sedang keluar karena ada urusan sebentar dan Alvar ditinggal sendirian di dalam ruangannya.

Alvar melirik jarum jam di arloji yang melingkar di tangan. Jam pulang sudah tiba, alarm pulang juga sudah berbunyi tapi Keenan masih belum pulang dari urusannya.

"Minta dipecat ternyata," gumam Alvar.

Dia mengambil ponsel, menekan nomor Keenan menghubungi temannya itu.

"Ngapain aja? Kenapa lama banget?" tanya Alvar langsung.

"Gue sudah ketemu sama yang cocok. Gue share lock, lo ke sini."

Panggilannya langsung Alvar matikan dan dia beranjak keluar dari ruangannya. Tidak lama, Alvar tiba di tempat yang dimaksud Keenan di telepon. Alamatnya sama jadi tidak mungkin dia salah.

"Alvar!"

Seruan yang sudah sangat Alvar kenal suaranya, membuat Alvar menoleh ke kiri. Dia menghampiri Keenan.

"Ini yang gue maksud." Keenan membawa Alvar melihat apa yang sudah ia lihat lebih dulu.

Mereka saling melempar pandang, sepersekian detik berikutnya senyum tipis terbit di wajah kedua lelaki itu. Kedua laki-laki dengan pemikiran yang sama dan tujuan yang sama.

Setelah dari sana Alvar kembali pulang ke rumah. Sesuai seperti yang dia katakan tadi pagi bahwa dia akan pulang ketika jam makan malam, dan Alvar pulang di jam itu. Jam di mana, Natala sudah siap dan masakan untuk makan malam sudah terhidang.

Natala berdiri dari duduknya, dia menghampiri Alvar mengambil jas lelaki itu dari tangan kanannya.

"Saya pulang terlalu lama?" tanya Alvar.

"Tidak, Pak. Saya baru saja selesai masak. Tadi saya ingin main handphone sebentar," jawab Natala.

"Bapak mau mandi?" tanya Natala, dia berjalan masuk ke kamar Alvar.

"Iya!"

"Oke! Saya siapin baju, Bapak ya!"

"Iya, Natala. Terima kasih!"

"Pak, di meja ada teh. Diminum!"

Mereka saling berseru ke satu sama lain. Agar bisa tetap berkomunikasi dan mendengar suara satu sama lain.

Alvar meminum teh di atas meja. Rasanya sedikit nikmat. Rasa penatnya berkurang dengan teh buatan Natala.

"Pak, bajunya sudah saya siapin. Bapak bisa langsung mandi saja," ucap Natala berjalan ke arah meja makan.

"Oh ya, terima kasih Natala."

Alvar pergi ke kamarnya. Natala di sini, membereskan meja makan lagi sebelum akhirnya makan malam mereka benar-benar dimulai. Saat tangan Natala menuangkan minuman di gelas Alvar tatapannya mendadak terintimidasi dengan benda kotak berwarna hitam cukup besar ada di meja makan.

Natala mengerutkan kening melihat benda itu. Seperti tidak asing, tapi apa benar benda itu sama seperti yang dia pikirkan?

"Gue pernah lihat ini di kamar Shylla waktu dia di sini. Apa itu punya Shylla?" tanya Natala menyentuh bagian atas benda itu.

"Atau, ini buat gue?"

Natala mulai menebak-nebak sendiri.

"Ah, nggak mungkin lah. Gue lebih percaya kalau Pak Alvar masih ada hubungan sama Shylla ketimbang dia ngasih ini ke gue."

Dengan begitu, Natala menepis jauh-jauh harapannya dan kembali menghidangkan makanan untuk Alvar.

Alvar keluar dari kamarnya, dia langsung ke meja makan dan Natala sudah ada di sana. Mereka duduk berhadapan karena memang meja makan Alvar terbilang kecil. Meja itu berbentuk bundar dengan ada empat kursi. Alvar sengaja memilih yang seperti ini karena dia akan tinggal seorang diri. Itu pikirnya sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menikah.

"Enak, Pak? Apa ada yang kurang?" tanya Natala menunggu jawaban dari Alvar yang masih mengunyah makanannya.

"Enak. Kamu hebat juga ya, Natala. Saya bangga."

Mungkin Alvar berucap seperti itu tanpa sadar, namun bagi Natala pujian itu sama seperti memberi satu harapan lagi untuk hidupnya yang tidak berbentuk. Alvar dengan segala perubahan dan kehangatan, bisa menenggelamkan Natala perlahan.

Mereka berdua makan malam dengan tenang, hingga makanan itu habis dan Natala mencuci piring, mereka tidak ada membuka obrolan lagi.

"Natala." Hingga panggilan dari Alvar terdengar dan Natala berbalik badan.

"Boleh kita bicara?" tanya Alvar.

"Kenapa, Pak?" Natala menghampiri Alvar.

"Apa yang kamu suka?" tanya Alvar mendadak.

"Kenapa Bapak pengin tahu?"

"Saya suami kamu, Natala. Wajar saya ingin tahu lebih banyak tentang istri saya," jawab Alvar. "Kalau, perhiasan dan barang-barang branded gitu kamu suka tidak?" lanjut Alvar bertanya.

"Perempuan mana yang nggak suka, Pak," cetus Natala.

"Saya masih normal lah kayak perempuan pada umumnya, suka make up, belanja, barang-barang branded, perhiasan."

"Kalau kalung? Apa kamu suka?" tanya Alvar lagi.

"Apa?" Kali ini Natala bertanya sedikit kepayahan. Mendadak ada sesuatu di dalam dirinya yang bergetar tapi dia tidak tahu itu bagian yang mana.

Alvar mengambil benda berbentuk persegi yang tadi Natala lihat di atas meja. Benda warna hitam dan begitu Alvar membuka sebuah kalung terlihat jelas. Kalung berliontin bulan sabit.

"Kalau ini, kamu suka?" tanya Alvar.

"Ma-maksud Bapak?"

Natala semakin tak karuan. Detak jantungnya menambah kecepatan. Dia merasakan bahwa ada atmosfer tak bisa dimengerti bergejolak di dalam diri.

Alvar mulai melepaskan kalung itu dari tempatnya. Perlahan tangan kekar milik Alvar bergerak memasangkan kalung berliontin bulan sabit di leher Natala.

Natala terpaku, terdiam bagai orang tak tahu. Dia dengan segala kebingungan atas sikap Alvar benar-benar sudah tak bisa dikendalikan.

"Cantik," puji Alvar.

Oh Tuhan. Bagaimana nasib Natala sekarang? Rasanya Natala ingin terbang. Apa boleh Alvar bersikap romantis seperti ini padanya?

"Saya lihat itu cantik banget. Jadi kepikiran kamu, makanya saya beli," ucap Alvar.

"Pak, makasih."

"Sama-sama, Natala. Selama kamu masih menjadi istri saya, semua yang kamu inginkan bisa jadi kenyataan. Selama kamu masih ada bersama saya," balas Alvar.

Detik berikutnya, Alvar maju dan menempelkan bibirnya di kening Natala. Dan itu adalah kali pertama Natala merasakan kecupan hangat Alvar meski hanya di dahi. Tidak lama, tapi cukup membuat Natala yakin bahwa dia jatuh cinta.

Terpopuler

Comments

Ratu Pesona

Ratu Pesona

alur ceritanya buat bingung skip aja cari cerita baru aja

2024-12-14

0

Emy S

Emy S

jadi bingung SM alur ceritanya

2024-04-26

0

Elok Pratiwi

Elok Pratiwi

cerita ga jelas ... judul cerita sama isi nya ga nyambung

2024-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01: Kedatangan CEO
2 Bab 02: Tawaran pernikahan
3 Bab 03: Ingin menikah
4 Bab 04: Pengumuman penting
5 Bab 05: Pernikahan dan patah hati
6 Bab 06: Hari pertama setelah menikah
7 Bab 07: Dosa masa lalu
8 Bab 08: Selamat datang di neraka, Natala
9 Bab 09: Malam menyakitkan
10 Bab 10: Sakit hati
11 Bab 11: Ini semua karenamu, Natala
12 Bab 12: Pemberontakan Natala
13 Bab 13: Perubahan Alvar
14 Bab 14: Terburu-buru
15 Bab 15: Bunga mawar pemicu rasa
16 Bab 16: Makan malam pertama
17 Bab 17: Hari pertama bekerja
18 Bab 18: Bertemu dengan Shylla
19 Bab 19: Emosi Arsen dan ancaman Alvar
20 Bab 20: Hadiah pertama Alvar
21 Bab 21: Natala jatuh hati
22 Bab 22: Jengukan Shylla
23 Bab 23: Malam itu
24 Bab 24: Semuanya hanya rencana
25 Bab 25: Ketidakpercayaan Natala
26 Bab 26: Pengakuan cinta
27 Balas dendam Alvar
28 Bab 28: Tentang Alvar dan Ibunya
29 Bab 29: Cuma pembantu
30 Bab 30: Fitnah Alvar
31 Bab 31: Keberhasilan rencana Alvar
32 Bab 32: Amukan Natala
33 Bab 33: Penjelasan dan kebenaran
34 Bab 34: Penjara
35 Bab 35: Lie
36 Bab 36: Usulan
37 Bab 37: Kesalahan Masa Lalu
38 bab 38: Alvar bahagia
39 Bab 39: Karma
40 Bab 40: Memaki dan mengemis
41 Bab 41: Kembali ke Alvar
42 Bab 42: Teori baru
43 Bab 43: Tuhan tolong Natala
44 Bab 44: Bunga matahari
45 Bab 45: Saya suaminya
46 Bab 46: Lift penghubung cinta
47 Bab 47: Benci untuk selamanya
48 Bab 48: Saya dengan dia dan Bapak dengannya
49 Bab 49: Gaun merah Natala
50 Bab 50: Surat cerai
51 Bab 51: Bimbang dengan perceraian
52 Bab 52: Ini semua salahmu
53 Bab 53: Si misterius
54 Bab 54: Pengusiran
55 Bab 55: Kesedihan Shylla
56 Bab 56: Meminta untuk kembali
57 Bab 57: Membujuk Ibu Natala
58 Bab 58: Kelicikan Alvar
59 Bab 59: Makian untuk Alvar
60 Bab 60: Kilas balik mengenai Hana
61 Bab 61: Kebenaran Keenan
62 Bab 62: Ini semua gila
63 Bab 63: Surat cerai dan sedikit petunjuk
64 Bab 64: Pengakuan menuju kebenaran
65 Bab 65: Wajah si Pelaku
66 Bab 66: Hukuman untuk penjahat
67 Bab 67: Kejadian sebenarnya
68 Bab 68: Akhir dari seseorang
69 Bab 69: Kehilangan cinta
70 Bab 70: Kembali menggapai 'malam itu'
71 Bab 71: Hamil?
72 Bab 72: Sakit Shylla
73 Bab 73: Hubungan yang selesai
74 Bab 74: Terima kasih untuk semuanya
75 Bab 75: Akhir kisah
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 01: Kedatangan CEO
2
Bab 02: Tawaran pernikahan
3
Bab 03: Ingin menikah
4
Bab 04: Pengumuman penting
5
Bab 05: Pernikahan dan patah hati
6
Bab 06: Hari pertama setelah menikah
7
Bab 07: Dosa masa lalu
8
Bab 08: Selamat datang di neraka, Natala
9
Bab 09: Malam menyakitkan
10
Bab 10: Sakit hati
11
Bab 11: Ini semua karenamu, Natala
12
Bab 12: Pemberontakan Natala
13
Bab 13: Perubahan Alvar
14
Bab 14: Terburu-buru
15
Bab 15: Bunga mawar pemicu rasa
16
Bab 16: Makan malam pertama
17
Bab 17: Hari pertama bekerja
18
Bab 18: Bertemu dengan Shylla
19
Bab 19: Emosi Arsen dan ancaman Alvar
20
Bab 20: Hadiah pertama Alvar
21
Bab 21: Natala jatuh hati
22
Bab 22: Jengukan Shylla
23
Bab 23: Malam itu
24
Bab 24: Semuanya hanya rencana
25
Bab 25: Ketidakpercayaan Natala
26
Bab 26: Pengakuan cinta
27
Balas dendam Alvar
28
Bab 28: Tentang Alvar dan Ibunya
29
Bab 29: Cuma pembantu
30
Bab 30: Fitnah Alvar
31
Bab 31: Keberhasilan rencana Alvar
32
Bab 32: Amukan Natala
33
Bab 33: Penjelasan dan kebenaran
34
Bab 34: Penjara
35
Bab 35: Lie
36
Bab 36: Usulan
37
Bab 37: Kesalahan Masa Lalu
38
bab 38: Alvar bahagia
39
Bab 39: Karma
40
Bab 40: Memaki dan mengemis
41
Bab 41: Kembali ke Alvar
42
Bab 42: Teori baru
43
Bab 43: Tuhan tolong Natala
44
Bab 44: Bunga matahari
45
Bab 45: Saya suaminya
46
Bab 46: Lift penghubung cinta
47
Bab 47: Benci untuk selamanya
48
Bab 48: Saya dengan dia dan Bapak dengannya
49
Bab 49: Gaun merah Natala
50
Bab 50: Surat cerai
51
Bab 51: Bimbang dengan perceraian
52
Bab 52: Ini semua salahmu
53
Bab 53: Si misterius
54
Bab 54: Pengusiran
55
Bab 55: Kesedihan Shylla
56
Bab 56: Meminta untuk kembali
57
Bab 57: Membujuk Ibu Natala
58
Bab 58: Kelicikan Alvar
59
Bab 59: Makian untuk Alvar
60
Bab 60: Kilas balik mengenai Hana
61
Bab 61: Kebenaran Keenan
62
Bab 62: Ini semua gila
63
Bab 63: Surat cerai dan sedikit petunjuk
64
Bab 64: Pengakuan menuju kebenaran
65
Bab 65: Wajah si Pelaku
66
Bab 66: Hukuman untuk penjahat
67
Bab 67: Kejadian sebenarnya
68
Bab 68: Akhir dari seseorang
69
Bab 69: Kehilangan cinta
70
Bab 70: Kembali menggapai 'malam itu'
71
Bab 71: Hamil?
72
Bab 72: Sakit Shylla
73
Bab 73: Hubungan yang selesai
74
Bab 74: Terima kasih untuk semuanya
75
Bab 75: Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!