Natala pergi ke kantor seperti hari-hari sebelumnya. Dia bertemu dengan banyak orang di dalam gedung itu dan bekerja sesuai dengan pekerjaannya. Tumpukan berkas dan juga jadwal rapat tersusun rapi di meja kerja Natala.
Di sisi lain Alvar berjalan masuk ke dalam kantor bersamaan dengan sekretarisnya. Dengan kacamata hitam dia berjalan santai tanpa menampilkan senyum pada sekitar. Alvar berhenti sejenak ketika langkahnya hendak melewati meja kerja Natala. Gadis dengan rambut diikat setengah dengan kemeja berwarna merah muda dan rok abu-abu selutut menunduk memberi penghormatan pada Alvar selaku pemilik perusahaan.
Berbeda dengan yang lain untuk Natala ketika mata mereka berdua bertemu, Alvar memunculkan senyum. Entah apa yang terjadi pada laki-laki itu, dengan manik hitam legamnya, Alvar menampilkan senyum menawan di wajah yang rupawan.
Setelah memberikan senyum pada Natala, Alvar melanjutkan langkahnya untuk tiba ke ruang kerjanya. Di dalam sana dia bersama sekretarisnya berdua saja. Sekretaris Alvar memberikan beberapa berkas pada Alvar. Dia mulai memberitahu pada Alvar apa saja yang akan dikembangkan dan dikeluarkan oleh perusahaan mereka untuk bersaing dengan perusahaan lain di masa depan.
Sejauh ini perusahaan keluarga Darmendhra masih memimpin. Tidak ada yang bisa mengalahkan keluarga Darmendhra dalam segi kekayaan dan juga keuntungan setiap tahunnya. Mereka menjadi langganan menjadi perusahaan dengan keuntungan terbanyak setiap tahun. Jadi tak wajar bila Alvar mendapatkan banyak penghargaan untuk itu.
"Nan," panggil Alvar pada sekretarisnya.
"Iya, Pak." Lelaki itu mendekati Alvar.
"Saya ingin kamu mencari tahu tentang Natala Mika Sherina."
"Si manager itu, Pak?"
Alvar mengangguk, "Segala hal tentang dia. Di mana dia tinggal, kondisi keluarganya, latar belakang keluarga, pendidikan, segalanya. Bahkan kalau bisa seluruh kesalahannya saya ingin mendapati itu juga. Beri pada saya secepatnya," titah Alvar pada sang sekretaris yang tentu saja diangguki oleh sekretarisnya.
Alvar menatap ke arah Natala yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya di meja kerjanya. Dengan tatapan penuh makna yang sulit diartikan, Alvar berucap, "Saya ingin meyakinkan diri bahwa keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang benar."
...***...
Natala berdiri dari duduknya, dia membereskan meja kerjanya. Memasukkan satu persatu barang-barangnya ke dalam tas, dia bersiap untuk pulang. Hingga Arsen tiba di hadapannya. Dengan senyum merekah, lelaki itu menyapa Natala.
"Nat, pulang bareng?" tanya Arsen.
"Memangnya lo bawa motor?" Natala balik bertanya.
"Bawalah!"
"Sudah nggak mogok lagi motor lo?" Natala bertanya dengan maksud mengejek. Mengingat beberapa hari lalu motor Arsen mati di tengah jalan dan berakhir harus berada di bengkel selama beberapa hari karena kerusakan yang cukup parah. Maklum saja, motor Arsen sudah tua, masih bisa untuk diajak berkendara walau kelajuannnya sangat lambat sama Arsen sudah bersyukur.
"Lo jangan suka ngeledekin motor gue ya, nanti kalau gue punya duit banyak gue beli motor baru. Terus gue pamer sama lo, lihat aja," balas Arsen pada Natala. Mereka berjalan bersama keluar dari kantor.
"Gue jadi penasaran sama motor lo itu," balas Natala masih dengan nada mengejek.
"Jadi nggak pulang sama gue, Nat?" tanya Arsen sekali lagi sebelum mereka keluar dari pintu kaca.
Natala berhenti sejenak, dia menengok Arsen, "Nggak. Makasih."
Setelah itu Natala pergi dari sana. Dia menghentikan salah satu taksi yang lewat di depan gedung kantor mereka. Arsen memandangi dalam diam mobil yang membawa Natala pergi jauh darinya.
Natala memainkan ponsel di dalam taksi itu. Tidak membuka obrolan sama sekali dengan pengemudi kendaraan beroda empat yang sekarang tengah membelah jalanan. Natala berhenti di salah satu kafe. Dia membayar sang sopir dan masuk ke dalam kafe.
Hari ini Natala mendapatkan bonus dari kantornya. Bonus atas kerajinan, kedisplinan dan ketekunan serta kerja bagus Natala. Biasanya Natala memang sering memberi hadiah untuk dirinya sendiri, sebagai bentuk untuk menghargai kerja keras yang selama ini telah dia lakukan.
Natala memesan satu cangkir kopi. Langit terang yang menyilaukan mata dengan sinar mataharinya mendadak menggelap, awan hitam mengumpul dan menurunkan tetes air dari langit perlahan. Sambil menikmati kopi panasnya, Natala mendengarkan musik lewat hujan.
Natala melihat air hujan, semakin deras membasahi bumi. Dia melirik angka di jam tangan yang ia punya. Sudah hampir malam hari, tapi di sini hujan deras. Natala lebih memilih untuk menghabiskan kopinya sambil menunggu hujan untuk reda.
Ponsel Natala berdering, dia menjawab panggilan masuk dari ibunya.
"Kapan pulang, Nat?" tanya Ibunya di seberang sana.
"Sebentar lagi ya, Bu, di sini masih hujan."
Jawaban Natala itu menghentikan telepon mereka. Kopi Natala sudah habis tak bersisa tapi hujan masih turun dengan derasnya. Natala memesan ojek online lewat aplikasi.
"Dia sendirian ternyata," gumam Alvar mengamati Natala jauh di belakangnya.
Sejak Natala berjalan keluar dari kantor, Alvar mengikuti gadis itu. Dengan perlahan tanpa ketahuan, Alvar membututi Natala sampai di kafe, bahkan sampai saat ini Alvar juga belum pulang untuk menunggu Natala.
Natala bangkit dari duduknya, meninggalkan uang di atas meja. Alvar mengikuti, dia berjalan di belakang Natala diam-diam untuk melihat ke mana gadis itu akan pergi selanjutnya.
Natala membuka payung, ojeknya baru saja memberi pesan bahwa dia tidak bisa masuk ke dalam gang kafe karena sangat macet dan harus Natala yang menghampiri ojek itu.
Alvar berhenti di sebelah Natala, dia membiarkan Natala menoleh ke arahnya dan mempertemukan kedua iris legam mereka bersamaan.
"Bapak ngapain ke sini?" tanya Natala berbasa-basi.
"Untuk kamu," jawab Alvar.
"Maksud?" Natala bingung.
"Saya ingin bersamamu," balas Alvar lagi.
Natala mengerutkan kening mendengar itu. Dia tidak mengerti dengan maksud pemilik perusahaan tempat dia bekerja.
"Bapak mau pulang?" tanya Natala.
"Kalau kamu pulang saya juga akan pulang."
"Saya mau pulang, Pak." Natala mengeluarkan satu payung kecil dari tas besarnya. Dia memberikan payung berwarna hijau itu ke Alvar.
"Hujan Pak, sepertinya Bapak nggak bawa payung jadi pakai payung saya saja agar Bapak tidak kehujanan."
Natala menaruh payungnya ke tangan Alvar tanpa menunggu lelaki itu yang menjawabnya. Natala pergi dari sana dengan payungnya dan dari situ Alvar kembali membulatkan tekadnya.
"Saya ingin memilikinya."
Natala kira kebaikannya kemarin akan membawakannya mendapat hadiah luar biasa. Seperti ucapan terima kasih dari Alvar dengan berbentuk hadiah atau dia mendapatkan gaji tambahan. Namun semua pikiran Natala itu salah. Dia memang mendapatkan hadiah dari Alvar tapi bukan hanya sekedar ucapan terima kasih tapi lebih dari itu dan tidak pernah Natala bayangkan sebelumnya.
"Saya tidak menyangka bahwa kamu sebaik itu, Natala." Alvar berdiri mendekati Natala. "Perempuan cantik seperti kamu, sayang sekali jika tidak ada yang menjaga."
Alvar menatap Natala dalam, dia menarik ujung bibirnya. "Saya menyukai kamu, Natala, apakah kamu menyukai saya juga?" tanya Alvar.
Tubuh Natala mematung, mendadak seluruh anggota tubuhnya kaku tak bisa digerakkan, segala hal yang keluar dari mulut Alvar membuat Natala ketakutan.
"Natala, saya ingin menawarkan apakah kamu ingin menikah dengan saya? Saya akan menjadikan kamu milik saya seutuhnya, kamu akan menjadi Nyonya Darmendhra. So, will you marry me, Natala Mika Sherina?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Aniw_rawrrr
loh pulang kerja nya siang ya?
2024-07-09
2