Natala pulang lebih dulu dibanding Alvar. Karena tadi pagi mereka pergi dengan waktu yang berbeda, jadi Natala pulang seorang diri dengan membawa mobil silver milik Alvar yang sekarang sudah menjadi miliknya.
Natala berkendara dengan santai, menatap fokus jalanan dan ketika tempat yang dituju sudah terlihat oleh mata Natala menghentikan pergerakan kendaraan beroda empat itu.
Natala keluar dari mobilnya masuk ke kafe langganan yang biasa Natala datangi jika dia ingin menghabiskan waktu seorang diri. Natala menikmati kopinya. Ah, rasanya sudah cukup lama tidak menikmati kopi dengan kesendirian ini.
"Shylla?"
Mata Natala menemukan presensi Shylla tak jauh dari tempat dia duduk. Gadis dengan rambut dikepang itu tampak duduk sendirian di dekat jendela sambil memandangi pemandangan lewat jendela kecil di sebelahnya.
"Ngapain dia di sini? Bukannya sudah putus dari Pak Alvar?" tanya Natala pada dirinya sendiri.
"Putus bukan berarti harus pindah juga, kan?" Natala menjawab pertanyaannya sendiri.
"Apa perlu gue samperin?" tanya Natala lagi pada dirinya.
"Tapi kalau gue samperin, gue mau ngomong apa?" Natala tampak berpikir sejenak.
"Apa kabar? Atau, ngapain lo masih di sini? Atau, apa alasan lo putus sama Pak Alvar?"
"Dih, gue kelihatan kepo banget kalau nanya kayak gitu." Natala menolak mentah-mentah opsi pertanyaan terakhir yang sempat keluar dari mulutnya.
Natala beranjak dari duduknya, dengan kopi yang masih ada setengah di gelas Natala memberanikan diri membuang rasa malu untuk bertemu dengan Shylla. Duduk berhadapan dengan mantan kekasih suaminya.
"Apa kabar, Shylla?" Natala duduk di depan Shylla dan langsung membuyarkan lamunan gadis yang sejak tadi menatap kosong jalanan lewat jendela.
"Kak Nata di sini?" Shylla tampak terkejut dengan kehadiran Natala yang tiba-tiba.
"Iya. Ini tempat langganan gue. Kalau lo sendiri, ngapain ke sini?"
"Nggak papa, Kak. Tadi aku lewat jadinya mampir." Shylla tersenyum menjawab pertanyaan Natala.
Jika Natala lihat dengan kedua bola matanya yang masih baik, Shylla itu sudah hampir mendekati sempurna. Wajahnya kecil, kulitnya putih dan rambut kecokelatan gadis itu dan jangan lupakan iris cokelat dan bibir mungil dari gadis itu. Patut Natala apresiasi, selera Alvar cukup bagus.
"Kakak ke sini sendirian apa sama Alvar?" tanya Shylla langsung.
"Sendiri."
Shylla mengangguk mendengar itu. "Kak, sekarang Alvar gimana sama Kakak? Dia sudah baik?"
"Baik. Baik banget malah. Sekarang dia sudah nggak kasar sama gue, bahkan dia juga sudah nyewa ART lagi supaya gue nggak bersih-bersih. Beberapa hari lalu Pak Alvar sama gue makan malam bareng juga. Hidup gue sekarang, sudah baik banget sih kalau sama Pak Alvar."
Natala mengira ucapannya itu akan membuat tangan Shylla terkepal dan wajahnya berubah merah karena rasa cemburu yang menggebu-gebu. Natala sudah bersiap jika saja Shylla akan menjambaknya atau memaki Natala yang tidak-tidak karena sudah merebut kekasihnya.
Namun itu semua hanya pikiran Natala saja. Jangankan marah atau memaki Natala, Shylla bahkan dengan santai merespon semua ucapan Natala dengan senyuman tanpa sedikitpun memperlihatkan kesedihan. Apalagi kecemburuan.
"Aku senang kalau Alvar sudah baik sama Kakak."
Deg
Natala tidak menyangka respon Shylla seperti itu.
"Selama ini aku takut, kalau seandainya aku nggak di rumah dia bakal kasar lagi sama Kak Nata. Ternyata nggak. Berarti yang dibilang sama Keenan itu benar kalau Alvar sama Kakak sudah saling dekat," ujar Shylla.
"Lo nggak cemburu?"
"Cemburu buat apa?"
"Lo sama Alvar sudah putus belum sih?!"
Natala tidak bisa menahan diri agar tidak bertanya. Karena menurutnya jika Shylla orang normal dia tidak akan senang jika mantan kekasihnya dekat dengan istrinya apalagi mereka putus belum lama ini.
"Aku, sudah putus sama Alvar. Tapi sampai sekarang aku masih berhubungan baik kok sama dia. Aku menghargai keputusan Alvar yang mau nikahin Kakak dan mulai hidup baru bareng sama Kakak. Menurut aku nggak masalah agar Alvar bahagia," balas Shylla.
"Serius sama sekali nggak marah?" tanya Natala lagi berusaha untuk meyakinkan diri bahwa setiap respon dari Shylla adalah kebenaran.
Shylla mengangguk yakin. "Iya, Kakak."
"Kok bisa nggak cemburu sih? Bukannya Alvar dari awal bucin banget sama lo, terus dia tiba-tiba mutusin lo dan dia dekat sama gue. Kalau lo orang normal seharusnya lo ngamuk."
Shylla terkekeh kecil mendengar ucapan Natala. Baginya Natala sedikit hiperbola.
"Kak, Nata, diputusin nggak harus ngamuk-ngamuk, kan? Aku sama Alvar putus baik-baik kok. Memang sih, aku sudah pacaran lama sama dia. Berapa ya? Lima tahun mungkin. Tapi kalau memang nggak jodoh aku harus apa? Nggak mungkin aku maksa takdir," jelas Shylla.
"Lo tahu nggak sih kalau Alvar mau nikahin gue?"
Shylla mengangguk. "Dan aku nggak masalah sama itu. Alvar bahkan juga jelasin ke aku apa alasan dia nikah sama Kakak. Awalnya aku juga marah banget sama Kakak karena aku pikir itu benar, tapi setelah aku lihat Kakak, ternyata Kakak itu beda ya. Aku malah jadi ragu kalau yang Alvar jelasin itu benar. Nah dari situ aku mulai berbeda pendapat sama dia dan sering debat. Mungkin itu alasan Alvar capek sama aku dan mutusin aku. Tapi it's okay, I'm not angry. Aku selalu berharap kalau Alvar bakal percaya sama aku."
"Dari mana Lo yakin kalau bukan gue pelakunya?"
"Feeling." Shylla memunculkan senyumnya yang paling indah. "Aku bisa lihat mana orang yang jahat dan mana orang yang nggak jahat. Entah kenapa saat ngeliat Kakak, hati aku langsung bilang kalau Kakak itu nggak sejahat yang diceritakan Alvar."
"Serius lo nggak sakit hati gue deket sama Alvar?"
"Kalau masalah sakit hati pasti sakit hati, Kak. Tapi ya mau gimana lagi, yang mutusin itu kan Alvar bukan aku. Kalau memang Alvar sudah nggak suka sama aku, aku nggak papa kok. Bagi aku, pernah ada di hidup Alvar dan jadi salah satu hal penting di hidup dia sudah lebih dari cukup buat aku," jawab Shylla.
Seandainya aja Pak Alvar nggak gila karena dendamnya, gue yakin dia beruntung banget dapatin Shylla, batin Natala.
Shylla berdiri dari duduknya. "Kak, aku mau pulang. Kak Nata mau pulang juga?"
"Nggak. Lo duluan aja," jawab Natala belum beranjak dari tempat dia duduk.
"Ya sudah aku duluan ya, Kak."
Shylla melambaikan tangan ke Natala keluar dari kafe meninggalkan Natala sendirian memandangi Shylla dari jendela kecil di sebelahnya tengah memberhentikan taksi.
"Sebenarnya, Shylla itu baik atau nggak sih?" tanya Natala begitu mobil taksi Shylla pergi dari arena kafe tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments