Kaki berbalut flatshoes keluar dari ruangan kaca diiringi seorang lelaki berjas cokelat. Wajah datar Alvar mendirikan bulu kuduk karyawan yang tak sengaja bertatap muka dengannya. Alvar tampan tapi tatapannya mematikan. Entah bagaimana cara Natala tahan dengan tatapan itu setiap hari, pikir mereka.
Alvar keluar dari kantornya membawa kendaraan roda empat berwarna hitam melengos pergi dari tempat bertingkat yang dihuni banyak manusia untuk mencari uang. Dengan Keenan di sebelahnya, Alvar mulai mengeluarkan suara.
"Menurut lo, gue harus gimana lagi?" tanya Alvar memecah keheningan mereka sejak lima menit kendaraan itu berjalan.
"Lakuin apa yang gue kirim," jawab Keenan.
"Gue nggak bisa, Nan. Itu terlalu berat buat gue. Lakuin yang lo suruh sejauh ini sudah cukup buat gue mau muntah," balas Alvar.
"Ya sudah, entar gue kasih keringanan. Gue pikirin lagi gimana caranya."
Pembicaraan mereka di mobil berakhir dengan kalimat Keenan. Sesampainya di tempat tujuan, Alvar dan Keenan berpisah. Rupanya tujuan mereka berbeda.
Langkah Keenan membawa lelaki itu ke tempat pusat perbelanjaan di bagian pakaian wanita. Dia semakin melajukan langkahnya hingga perawakan seorang gadis terlihat oleh mata.
Keenan mendekati perempuan itu, menepuk pundaknya.
"Sudah sampai? Lama banget ya." Perempuan itu sedikit protes sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Sorry, tadi ada yang aku omongin sama Alvar," ucap Keenan duduk di kursi yang tersedia di toko itu.
Keenan bertemu dengan Natala. Sosok perempuan yang sekarang sudah menjadi istri temannya. Natala meminta Keenan untuk bertemu diam-diam dan tentu saja Alvar tidak boleh tahu. Sedikit konyol, karena Natala meminta lelaki itu bertemu dengannya di toko pakaian perempuan.
"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan samaku?" Keenan bertanya sambil melihat jarum jam di arloji tangannya. Sepertinya dia tidak ingin berlama-lama dengan Natala. Padahal Natala ingin berlama-lama dengannya.
"Aku mau bertanya, Keenan," ucap Natala sebagai pembuka.
"Apa alasan Pak Alvar putus sama Shylla?"
Keenan sontak menautkan alisnya menatap Natala lekat. Dia tidak mengerti apa isi pikiran dari gadis di depannya sehingga dia berani bertanya seperti itu pada Keenan.
"Mau tau aja atau mau tau banget?" Itu balasan Keenan pada Natala.
Natala berdecak, dia membuang arah pandangnya hingga Keenan menarik ujung bibirnya melihat reaksi Natala.
"Untuk alasan sendiri aku belum tahu pasti kenapa."
Natala menoleh lagi ke Keenan setelah lelaki itu bersuara bermaksud menjawab pertanyaannya barusan.
"Tapi yang pasti, Natala, putus bukan berarti hubungan berakhir. Putus, bukan berarti nggak cinta lagi. Dan putus, bukan berarti harus saling benci," ujar Keenan.
"Itu maksud gue. Kemarin aku ketemu sama Shylla dan kamu tau? She's so kind, aku hampir nggak ketemu sama kekurangan dia. Dia mendekati sempurna, cantik, baik, berpendidikan bahkan sekasta juga sama Pak Alvar tapi kenapa Pak Alvar malah mutusin dia? Like, why? Dan gimana cara Pak Alvar ngakhiri hubungan mereka yang sudah lima tahun. I don't thinking about that."
"Kalau aku bilang, Alvar bosan sama hubungan mereka, kamu mau apa?"
"It doesn't make sense. You and me know Pak Alvar love her so much. Aku bahkan sering lihat Pak Alvar meluk dia. Impossible."
Keenan diam saja mendengar itu. Dia sudah menebak bahwa respon Natala adalah sebuah ketidakpercayaan. Tapi tetap saja gadis itu nekat bertanya padanya.
"Sudahlah, Natala. Untuk apa kamu masih penasaran dengan hubungan mereka. Yang sudah berakhir biarlah berakhir, tidak usah diungkit-ungkit lagi," ucap Keenan.
"Tapi bagi aku semua ini nggak masuk akal—"
"Jadi maksud kamu, kamu curiga ke Alvar yang tiba-tiba jadi baik?" potong Keenan.
Natala menggeleng, "Aku nggak masalah sama itu dan sebenarnya aku nggak peduli sama perubahan sikap Pak Alvar. Yang aku heranin, why him relationship will end?"
"Sudah takdir, Natala. Sesuatu yang memang sudah ditakdirkan ya bakal terjadi, termasuk berakhirnya hubungan Alvar with his ex."
Natala masih belum puas dengan semua ini. Dia rela membuang waktunya dan merencanakan pertemuan dengan Keenan diam-diam di tempat seperti ini agar menemukan jawaban tapi dia sama sekali tidak mendapat kepuasan. Jangankan kepuasan, yang ada Natala dibuat semakin bingung dengan setiap jawaban Keenan.
"Natala, do you love Alvar?"
Natala menoleh ke Keenan. Tanpa memberi anggukan atau gelengan, Keenan tersenyum kecil di depannya.
"Kalau kamu sudah jatuh cinta pada Alvar, you will to be regret someday. Jadi, saran aku don't falling in love to Alvar mau gimanapun keadaannya."
Keenan berdiri keluar dari tempat itu meninggalkan Natala sendirian dengan segala hal yang memusingkan kepala.
Dan di sini, Arsen berdiri dengan tangan yang terkepal setelah kedua matanya melihat apa yang seharusnya tidak pernah dia lihat. Alvar dengan mesra berpelukan dengan seorang gadis yang tak bisa dia lihat wajahnya.
"Pak Alvar beneran sialan. Dia sudah buat Natala baper dan sekarang dia malah enak banget meluk cewek lain."
Arsen tanpa pikir panjang berjalan maju menghampiri Alvar. Dia sudah siap memberi tonjokan untuk Alvar dan menciptakan warna merah di pipi lelaki itu sama seperti yang dia lakukan pada Natala saat awal-awal mereka menikah.
"Run."
Gadis itu segera berlari setelah bisikan Alvar terdengar. Pelukan mereka terlepas dan Alvar berbalik badan dengan wajah santai menatap muka penuh amarah Arsen padanya.
"Apa kamu mengikuti saya? Itu sebuah ketidaksopanan," ujar Alvar tidak menunjukkan sedikitpun raut ketakutan padahal dia tahu bahwa Arsen melihat semuanya.
"Bapak keterlaluan! Maksud Bapak apa? Itu tadi pacar Bapak? Iya?!"
"Jika kamu tidak tahu apa-apa, lebih baik kamu diam, Arsen. Urusan gadis itu pacar saya atau bukan, menurut saya itu bukan ranah kamu. Kamu nggak perlu ikut campur," balas Alvar.
"Jelas saya punya hak untuk ikut campur. Sekarang Bapak sudah jadi suami dari teman saya, dan saya masih ada tanggung jawab buat mastiin kalau kehidupan Natala baik-baik aja dan bahagia sama Bapak."
"Just friend? You and her, just friend?"
Arsen terdiam. Apa maksud Alvar?
"Saya tidak percaya bahwa kamu menganggap Natala hanya teman. Padahal, semua orang di kantor juga tahu kalau kamu mencintai Natala. Namun sekarang setelah dia menjadi istri orang, kamu menganggapnya hanya teman. Lucu sekali kamu, Arsen," balas Alvar sedikit memberikan tawa di ujung katanya.
"Arsenio Bagas, saya nggak pernah peduli sama hidup kamu dan apa urusan kamu sama hidupnya, Natala. Tapi sekarang, Natala sudah menjadi istri saya dan dia adalah tanggung jawab saya bukan tanggung jawab kamu. Alangkah baiknya, kamu menjaga jarak dengan istri saya mulai dari sekarang dan berhenti ikut campur urusan rumah tangga saya!"
Alvar menekankan ujung kalimatnya diiringi tatapan dingin yang dilemparkan ke Arsen.
"Selama kamu masih menjadi bawahan saya, bijaklah jika ingin melakukan sesuatu. Karirmu bisa saya akhiri hanya dengan hitungan detik."
Alvar pergi melewati Arsen begitu saja. Dan di hari itu Arsen sadar bahwa sekuat apapun dia berusaha untuk melindungi Natala dari Alvar, dia tetap tidak berdaya. Dia tidak memiliki harta apalagi kuasa. Sedangkan sistem di dunia dia yang kaya dia yang akan jadi juara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments