Hari pernikahan tiba. Hari di mana Natala mengenakan pakaian pengantin super mewah dan menggenggam buket bunga di tangan. Natala menatap datar dirinya di cermin. Tidak ada senyum di wajahnya, Natala tidak pernah menginginkan hari ini. Jika dia tidak mengingat bagaimana rasa bahagia Ibunya ketika dia mengatakan bahwa dia akan segera menikah dengan pemilik perusahaan tempat dia bekerja, sudah Natala pastikan dia akan kabur dari tempat ini.
Natala berjalan menuju tempat pernikahan. Gaun putih panjang membalut tubuhnya dengan indah. Semua pasang mata melihat Natala berjalan menuju Alvar yang sudah berdiri di sebelah penghulu siap untuk menikahi Natala segera.
Banyak karyawan kantor hadir di sana. Tapi kebanyakan reaksi mereka bukan senyum bahagia melainkan senyuman tak suka dan juga senyuman remeh untuk Natala. Banyak karyawan kantor tak terima bahwa sekarang Natala akan naik jabatan secara tak langsung. Dia yang awalnya hanya manager biasa sebentar lagi akan menjadi istri dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.
Natala berdiri di hadapan Alvar. Senyuman Alvar begitu merekah berbeda dengan Natala yang tak menampakkan senyum sama sekali.
"Saya harap kamu bisa tersenyum di hari bahagia Ibu kamu, Natala," ucap Alvar pelan agar hanya dapat didengar oleh Natala dan penghulu di sebelah mereka.
Natala memaksa wajahnya untuk memunculkan senyum walau hanya senyum kecil. Ketika penghulu mulai membacakan janji suci pernikahan disitu rasanya Natala ingin kabur sekarang juga.
"Saya bersedia untuk menikah dengan Natala Mika Sherina, dan saya berjanji akan selalu bersamanya dan mendampinginya di manapun saya berada."
"Saya bersedia menikah dengan Alvar Clay Darmendhra dan berjanji akan menjadi istri yang baik untuknya."
Dengan cepat pernikahan mereka diresmikan. Tidak butuh waktu lama status Natala sudah berganti menjadi istri sah dari Alvar. Natala ingin menangis saat dia mengetahui bahwa dia akan tinggal bersama Alvar selama sisa hidupnya tapi saat mata Natala menemukan presensi Ibunya yang tersenyum kelewat bahagia bahkan sampai meneteskan air mata karena dirinya menikah, Natala mengurungkan niat untuk mengutuk pernikahannya.
Alvar dan Natala sama-sama berdiri di panggung resepsi pernikahan. Mereka menyambut satu persatu tamu yang hadir di pernikahan mereka. Resepsi ini hanya berlangsung satu hari tapi Alvar membuat acara ini begitu megah seakan tak ingin acara ini dilupakan dengan mudah oleh Natala.
Arsen naik ke panggung resepsi. Dia menampakkan senyum saat tiba di hadapan Natala.
"Selamat ya Nat, gue nggak nyangka akhirnya lo melepas masa jomblo lo. Gue harap lo baik-baik aja dan selalu bahagia. Gue masih sama kok, Nat selalu ada buat lo. Cari gue kalau lo nggak tau mau cerita ke siapa. Gue bakal sama, selalu jadi teman yang baik." Arsen menghela napas panjang, dia melebarkan senyumnya mengulurkan tangan berjabat tangan dengan Natala.
"Selamat atas pernikahannya Natala cantik," ucap Arsen semangat.
"Makasih, Ar. Maaf juga."
Arsen mengangguk atas respon dari Natala. Dia menatap ke arah Alvar. "Selamat ya Pak, jagain teman saya ini baik-baik ya, soalnya anak ini cengeng. Sering nangis." Arsen memberikan tawa di ujung kalimat, lalu dia turun dari panggung resepsi.
Natala memandangi punggung Arsen. Dia tahu saat ini Arsen sangat terkejut dengan semuanya. Terbukti saat Alvar mengumumkan akan menikahinya, sikap Arsen mulai berubah. Jika Natala tidak bertanya padanya Arsen tidak akan mengatakan apa-apa.
Natala ingat saat dua hari lalu di mana Arsen memeluknya sambil meneteskan air mata.
"Gue bahagia, Nat. Bener. Tapi gue juga nggak bisa bohong kalau hati gue rasanya sakit. Gue nggak marah sama lo, gue hanya mengasihani diri sendiri karena selama ini masih nunggu lo yang jelas-jelas nggak pernah ada di garis takdir hidup gue. Makasih sudah mau jadi teman gue, Nat."
Tangisan Arsen dan bagaimana sakit hati lelaki itu terbayang di benak Natala. Hingga Alvar harus menepuk pundaknya agar gadis itu kembali dari alam bawah sadarnya dan melanjutkan aktivitas menerima para tamu.
"Kamu ada hubungan apa sama, Arsen?" tanya Alvar berbisik.
"Nggak ada apa-apa, Pak. Saya sama Arsen cuma teman biasa," balasnya.
"Never more than friends?"
Natala menggeleng.
"Good!" puji Alvar.
Acara pernikahan dan resepsi selesai. Alvar dan Natala pulang ke rumah mengenakan mobil mewah hitam milik Alvar. Kendaraan itu dikendarai oleh sekretaris Alvar. Natala dan Alvar duduk di bangku penumpang. Masih mengenakan pakaian pengantin dan di dalam mobil itu mereka tidak membuka obrolan apapun. Membiarkan mobil itu melaju di jalan dalam ketenangan.
Sekretaris Alvar menghentikan mobil itu di pekarangan rumah besar. Natala turun dari mobil bersamaan dengan Alvar. Dia terpaku saat melihat rumah Alvar yang besar. Rumah itu terdiri dari tiga lantai dilengkapi dengan balkon dan rooftop yang luas. Interior rumah Alvar dari luar juga bagus. Kekinian.
Alvar masuk lebih dulu ke rumahnya tanpa menunggu Natala.
"Pak, ini rumah Pak Alvar?" tanya Natala pada sekretaris Alvar.
"Iya. Pak Alvar membeli rumah ini saat beliau memutuskan untuk tinggal di negara ini di beberapa bulan ke depan."
Natala dibuat takjub dengan jawaban itu. Alvar membeli rumah ini dalam waktu singkat. Bahkan dia membelinya padahal dia tidak akan lama di Indonesia.
Natala masuk ke dalam rumah di temani oleh sekretaris Alvar. Begitu masuk ke dalam dan bertemu dengan Alvar sekretarisnya keluar dari rumah. Membiarkan ruangan besar itu hanya diisi oleh Natala dan Alvar.
"Welcome to my home, Natala," sambut Alvar.
"Terima kasih, Pak."
"Saya harap semoga kamu nyaman di sini. Tapi, saya lebih berharap agar kamu tau batasan berada di rumah ini," lanjut Alvar.
Natala mengangguk dan Alvar pergi dari ruangan itu. Dia menuju kamarnya. Natala mengekori Alvar dari belakang. Rumah Alvar besar dia takut akan tersesat jika tidak segera mengikuti. Natala yang tepat berada di belakang Alvar berhenti di depan sebuah pintu. Sepertinya itu kamar Alvar.
Alvar berbalik badan. Dia memberikan tatapan tak mengenakkan akan kehadiran Natala di sana.
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Alvar.
"Saya mau tidur, Pak."
"Memangnya harus bersama saya?"
"Loh, Pak. Kita kan sudah menikah. Bukannya memang harus sekamar ya?"
Natala sungguh bingung. Dia tidak mengerti atas semua reaksi Alvar.
"Natala Mika Sherina, kamu berpikir apa tentang saya menikah denganmu? Apa kamu percaya bahwa saya benar-benar mencintaimu? Tidak ada orang yang akan jatuh cinta dalam waktu secepat itu, Natala. Kamu memang saya nikahi, tapi hanya di atas kertas. Tidak lebih. Jangan pernah berharap bahwa kamu benar-benar menjadi istri saya. Itu tidak akan mungkin terjadi. Karena kamu seburuk itu untuk bersama saya."
Alvar melirik kamar di seberang kamarnya. "Kamu tidur di kamar tamu. Jangan pernah masuk kamar saya, jika kamu tidak ingin saya beri hukuman!"
Alvar masuk ke kamarnya menutup pintu kasar menimbulkan suara keras menyakitkan telinga. Natala tidak mengerti dengan semua ini. Tapi karena dia sudah lelah, Natala tidak mau memikirkan lebih lanjut atas sikap Alvar yang langsung berubah.
Natala masuk ke kamar tamu, membersihkan diri. Dia mengeluarkan piyama berwarna biru dan merebahkan diri di kasur empuk. Tidak perlu waktu lama Natala terbang ke alam mimpi. Berbeda dengan Alvar yang berdiri menghadap bulan lewat perantara kaca.
"Setelah ini hidup kamu tidak akan pernah tenang, Natala Mika Sherina." Alvar melihat foto Natala di tangannya. Segera lelaki itu meremas kuat foto Natala dan membuang kertas foto itu kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments