Seperti hari sebelumnya Natala terbangun dalam keadaan tidur sendirian di kamar rumah Alvar. Gadis itu keluar dari kamar dan langsung menemukan sosok Alvar duduk di sofa sambil membaca majalah.
Natala dengan keberaniannya mendekati Alvar. Sebelum dia berbicara Alvar lebih dulu menyadari kehadiran Natala. Lelaki itu bangkit, membuat Natala harus mendongak untuk bertatap mata dengannya.
"Kenapa?" tanya Alvar dingin. "Apa kamu ingin bertanya lagi saya ingin ke mana dan apa yang akan saya lakukan?"
Natala menggeleng.
"Bagus."
Alvar meletakkan majalah itu ke meja. Dia mengambil jas hitamnya di atas sofa. Alvar memberi tatapan tak bersahabat untuk Natala.
"Saya pergi. Saya harap kamu tidak mengulangi kesalahan seperti kemarin, Natala."
Alvar menghilang dari hadapan Natala pergi mengendarai mobilnya meninggalkan Natala sendiri di rumah besar miliknya.
"Apa alasan Pak Alvar mau menikah dengan gue kalau dia benci sama gue?" batin Natala melihat mobil hitam Alvar pergi dari pekarangan rumah.
Untuk kali ini Natala ingin mengetahuinya. Dia menghilangkan jauh-jauh ketidak peduliannya terhadap hal ini. Natala ingin tahu, apa dan kenapa Alvar menikah dengannya. Oleh karena itu, Keenan ada di sini sekarang.
Laki-laki dengan senyum manis diberi pada Natala berbeda dengan Alvar yang memberikan Natala wajah ketus tak menyenangkan.
"Kemarin kamu bilang tidak ingin tahu, tapi kenapa sekarang kamu ingin tahu?" tanya Keenan terkekeh di ujung kalimatnya.
Mereka berdua tidak di rooftop. Natala dan Keenan berada di ruang tamu. Mengingat perempuan yang berkerja sebagai ART di rumah ini tidak datang, jadi dia dan Keenan tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk membicarakan soal Alvar.
"Apa kamu sudah mendapatkan tamparan dari Alvar, Natala?" tanya Keenan membekukan Natala.
Keenan terlalu mudah untuk menebak apa yang Natala pikirkan. Apakah Keenan bisa membaca pikiran atau memang dia tahu segala hal tentang Natala karena menjadi teman Alvar?
"Bagaimana kamu bisa tahu semuanya?"
"Apa yang aku tidak tahu tentangmu? Alvar menyuruhku untuk mencari tahu segala hal tentang dirimu sebelum dia memutuskan untuk menikah denganmu," jawab Keenan.
"Apa alasan dia menikah denganku?"
Natala langsung bertanya pada intinya. Tidak ingin berlama-lama, Natala ingin rasa penasarannya terjawab.
"Kamu bisa tahu apa alasan dia menikah denganmu dari Alvar langsung. Tidak perlu lewat perantara aku," balas Keenan.
"Tapi—"
"Aku hanya akan membantumu memancing Alvar agar mau memberitahu alasannya," potong Keenan menutup rapat mulut Natala yang tadi hendak protes.
"Beri perhatian lebih pada Alvar. Ketika Alvar pulang nanti, buatkan Alvar kopi, sekaligus kamu bisa menggunakan bahasa yang lebih santai. Seperti aku-kamu bukan saya. Karena dia bukan lagi atasanmu, Natala. Alvar sudah menjadi suamimu."
"Kamu bisa panggil Alvar dengan sebutan 'Mas' dan lihat apa reaksi dia. Setelah itu kamu pancing sendiri agar Alvar mau mengungkap alasannya. Terserah bagaimana caranya dan kapan kamu akan melakukannya, yang penting aku sudah memberi tahu bagaimana caranya," lanjut Keenan.
Dia mengambil kunci mobil di atas meja kaca. "Aku pergi lebih dulu, Natala. Terima kasih atas minumannya." Keenan menunjuk ke sebuah gelas berisi jus alpukat buatan Natala untuknya saat Keenan datang berkunjung ke rumah.
"Kenapa kamu mau membantuku?" Natala bertanya sebelum Keenan melenggang pergi dari rumah besar milik Alvar.
Keenan berbalik badan memberikan waktu untuk matanya bertatapan dengan iris hitam Natala.
"Aku hanya tidak ingin Alvar bertindak keterlaluan. Meskipun kamu memang berdosa, Natala tapi aku tetap tidak ingin sahabatku menjadi orang yang jahat. Karena saat ini dia adalah malaikat untuk orang lain."
Natala terdiam, dia tidak memberi respon atas penjelasan panjang Keenan. Namun saat Keenan melanjutkan ucapannya, Natala mematung saat itu juga.
"Aku bukan Arsen yang akan membantu kamu karena aku mencintaimu, Natala."
Setelah itu Keenan pergi dari sana. Membiarkan Natala sendiri di ruangan itu dengan perasaan gelisah tak terkendali. Keenan kembali mengingatkannya pada perasaan hati Arsen. Laki-laki malang yang selama ini setia menunggunya tapi Natala mengkhianati dia demi seseorang yang Natala yakini tidak akan pernah memberinya cinta.
...***...
Seperti yang dikatakan Keenan, Natala membuatkan secangkir kopi untuk Alvar. Saat matanya menemukan mobil Alvar sudah tiba di pekarangan rumah, Natala buru-buru menuangkan air panas ke gelas putih berisi bubuk kopi.
Alvar masuk ke rumahnya, jas yang semula ditaruh di lengan kanan kini ia pindahkan ke sofa. Lelaki itu duduk di sofa sambil memijit pelipis.
Natala menaruh secangkir kopi itu ke meja. Dia menaruhnya agak sedikit bersuara agar Alvar menyadari. Alvar melirik Natala, dia menautkan alisnya tak mengerti dengan maksud Natala.
"Ini, Pak—maksudnya Mas, kopi buat kamu. Kayaknya kamu kelihatan capek banget, jadi nikmati aja kopinya," ucap Natala gelagapan.
"What you said?"
"Kopinya—"
"No. Bukan yang itu, you call me what?"
"Mas."
"Mas? Are you crazy, Natala?"
Natala menggeleng. "Tadi saya—aku baru telfonan sama Ibu. Dan Ibu bilang kalau manggil suami harus pakai 'Mas'."
Natala menunjukkan keahliannya dalam memberikan alasan.
"Tapi saya nggak suka kamu panggil kayak gitu," gertak Alvar.
"Tapi, Mas. Kita udah nikah, itu hal wajar kan?" tanya Natala.
"Nggak Natala!" sentak Alvar nyaris membuat Natala menutup mata akibat takut.
"Kamu jangan berbuat hal yang melebihi batasan kamu, Natala. Saya tidak menyukai itu," lanjut Alvar maju mendekati Natala.
Alvar berdiri di depan Natala mengikis jarak antara mereka. Membiarkan beberapa senti sebagai jarak. Alvar memberikan tatapan kelewat tajam untuk Natala. Seakan tak mau kalah Natala juga memberi tatapan kelewat tajam untuk Alvar.
"Saya membenci kamu, Natala," ucap Alvar menusuk kemudian dia mundur membesarkan jarak antara mereka.
Alvar mendengus kasar lalu melangkah pergi menuju kamarnya.
"Seberapa besar kamu membenciku, Pak?" Natala bertanya lantang membiarkan suaranya bergema di ruangan itu.
Alvar berbalik badan. "Ada beberapa hal yang tidak bisa diukur, Natala salah satunya kebencian saya pada kamu."
"Kenapa Bapak benci sama saya? Kalau Bapak benci sama saya kenapa Bapak mau menikah dengan saya? Kenapa Pak? Bapak sadar nggak kalau Bapak udah bohongi saya. Bapak mengatakan bahwa Bapak jatuh cinta pada saya tapi kenyataannya Bapak sangat amat membenci saya. Bapak tahu? Bapak itu munafik!"
Plakk
Selesai Natala melontarkan kalimatnya dengan lantang tamparan Alvar jatuh kepadanya. Tamparan itu membuat wajah Natala tertoleh ke samping, warna merah terpampang jelas di pipi kanannya.
Napas Alvar memburu. Dadanya naik turun, emosinya memuncak mendengar setiap kata itu keluar dari mulut Natala.
"Apa kamu ingin tahu apa alasan saya menikahi kamu, Natala? Kamu ingin tahu kenapa saya sangat amat membencimu? Kamu ingin tahu soal itu?"
Natala masih diam. Dia setia memegangi pipinya yang panas dan perih akibat tamparan dari suaminya.
"Ini semua terjadi karena dosa kamu, Natala!" sentak Alvar.
"Dosaku?"
"IYA!"
"DOSA KAMU DI MASA LALU DI MANA KAMU DENGAN SANGAT TIDAK PUNYA HATI MEMBULLY ADIKKU BAHKAN ADIKKU MATI JUGA KARENA KAMU, NATALA!"
Alvar benar-benar sudah tidak bisa dikendalikan. Suaranya begitu menakutkan, tatapannya siap membunuh Natala sekarang juga.
"ADIK SAYA, NAYHANA ATMA DARMENDHRA, SISWI SEKOLAH SMA PERSATUAN BANGSA YANG DIBULLY OLEH TEMAN SEKELASNYA YAITU NATALA MIKA SHERINA!"
Natala diam. Dia membisu, dia membeku, dia mematung.
"Apa kamu tahu, Natala? Betapa takutnya Hana saat itu? Adik saya tidak salah apa-apa tapi dia diperlakukan tidak adil bahkan pihak sekolah juga tidak ada yang peduli. Setiap hari Hana menangis di malam hari, sendirian di kamarnya, merutuki diri sendiri karena bisa dibully oleh manusia hina seperti kamu ini!"
"Hana ketakutan setiap hari, dia depresi tapi kamu tetap membullynya. Kamu menghinanya, mencaci Hana. Mencapnya pembawa sial, jal*ng, bercinta dengan pria tua, menjadi wanita murahan. Semua kata-kata neraka itu kamu keluarkan dari mulut jahanam mu. Apa kamu tidak merasa berdosa, Natala?"
"Saya, Alvar Clay Darmendhra, saya berdiri di sini, di hadapan kamu Natala Mika Sherina mengatakan dengan lantang bahwa saya akan membuat hidupmu sengsara. Saya akan membuatmu ingin mati setiap hari tapi Tuhan tidak akan membiarkan kamu mati. Saya akan memperlakukan kamu lebih buruk daripada saya memperlakukan hewan. Saya mengutukmu sejak pertama kali saya bertemu denganmu, Natala."
"Aku membunuh adikmu?"
Natala akhirnya bersuara setelah sejak tadi pembicaraan diambil oleh Alvar seorang.
"Ya, Natala Mika Sherina! Kamu pembunuh, kamu yang melenyapkan adikku! Kamu mendorongnya dari gedung tinggi, membiarkan adikku tewas begitu saja tanpa berniat menolongnya."
"Kamu menuduhku aku yang membunuh adikmu?"
"Ya. Hanya kamu yang ada di sana, Natala. Maka terimalah nasibmu sekarang. Selamat datang di neraka, Natala Mika Sherina!"
Suara Alvar begitu menggema. Suara besar dan lantang serta bentakan dan amarah lelaki itu terdengar di seluruh penjuru ruangan rumah besar itu.
Alvar pergi dari sana, masuk ke kamarnya membanting kuat pintu kamar membiarkan suaranya memekakkan telinga Natala yang sedari tadi sudah mendengar segala teriakan dan bentakan Alvar.
Natala tidak menggerakkan bibir. Kakinya kaku untuk sekedar bergeser dari tempat. Segala hal yang dia dengar dari Alvar membuat tubuhnya membeku. Dadanya mendadak sesak, dia kesulitan untuk bernapas karena Alvar tidak memberi sedikitpun celah untuk Natala bernapas saat Natala mengetahui bahwa Alvar adalah kakak laki-laki dari Hana—siswi yang pernah ia bully.
"Selesai sudah."
Tubuh Natala mendadak lemas, dia terduduk di lantai. Pandangannya kosong menatap pintu kamar Alvar. Dia membiarkan air mata jatuh dari mata kiri sebagai semua respon dari kejadian hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments