19 ~ Entah

Moza berbeda, begitu yang ada dalam pikiran Dewa. Jika perempuan lain mungkin akan menawarkan diri untuk bisa dekat dengan dirinya, apalagi sengaja didekati karena ada perasaan.

Ia pikir Moza akan senang mendapat kejutan dengan tiba-tiba mengajak ke cafe begini, nyatanya tidak. Hidup Moza terlalu serius karena menduga Dewa benar  ada janji dengan pihak lain.

Berharap pertemuan tersebut akan menjadi quality time mereka berdua untuk saling mengenal dan Dewa bisa mengeluarkan jurus gombalan recehnya, ternyata harus gigit jari. Karena Moza lebih banyak diam dan setelah menikmati pesanan mereka, Moza mengatakan jemputan sudah dalam perjalanan.

“Za, aku serius. Berikutnya kamu yang pilih tempat deh.”

“Tempat apa pak?”

Sumpah rasanya Dewa ingin berteriak, tapi hanya bisa menghela pelan agar tidak kentara kalau dia kesal.

“Ya tempat kita berdua lagi, quality time atau … kencan.”

“Pak Dewa, kencan itu untuk pasangan yang sudah sama-sama cinta. sedangkan di sini baru satu pihak, ‘kan saya belum bilang kalau cinta juga.”

“Kamu serius nggak ada sedikit juga suka ke aku Za?”

Moza menggelengkan kepalanya, meskipun detak jantungnya lumayan jedag jedug. Karena baru kali ini ada laki-laki yang cinta tapi maksa. Sebagai perempuan yang mulai dewasa, tentu saja kehadiran Dewa memberi warna tersendiri di hidup Moza. Namun, Moza tidak ingin jatuh terlalu dalam. Dia khawatir kalau akhirnya benar mencintai Dewa dan keluarganya tidak merestui.

Sudah cukup banyak kisah nyata atau drama dalam film dimana pasangan berakhir tragis dalam memperjuangkan cinta, seperti Romeo dan Juliet, Sam Pek dan Eng Tay, Layla dan Qais serta banyak kisah lainnya.

Dewa menghela nafasnya pelan. Dari sekian banyak perempuan yang dia temui dan disukai, Moza adalah gadis yang paling polos.

Sabar Wa, sabar.

“Jemputan saya sudah datang Pak,” ungkap Moza yang membaca pesan dari supir.

“Cepet amat, nggak kejebak macet gitu,” ujar Dewa pelan.

“Saya duluan ya Pak.”

“Hm, Za. Lain kali biar aku antar pulang ya,” pinta Dewa dan Moza hanya mengangguk pelan.

***

Sudah beberapa hari semenjak Moza berpindah menjadi bagian dari tim kreatif dan Dewa tidak absen untuk datang hanya sekedar mengecek keadaan Moza yang baik-baik saja.

Pesan masuk dari pria itu kadang mengganggu bagi Moza karena di jam kerja juga kiriman makan siang atau cemilan ketika ia harus lembur. Moza harus menebalkan telinga karena mbak-mbak seniornya selalu membicarakan Dewa.

“Gue mau deh jadi simpanannya juga. Bukan Cuma karena Pak Dewa tajir ya, tapi gantengnya itu loh.”

Oh My God, batin Moza tidak menduga ada yang serendah itu demi Dewa.

“Gila lo, tapi hari ini dia belum kelihatan ya. Eh Moza, ini kerjain ya.”

Moza menerima berkas yang harus diperbaiki setelah briefing. Pengajuan program infotainment yang akan live di salah satu tempat wisata bukan live dari studio.

“Tuh laptopnya.”

Moza pun merevisi sesuai coretan dan masukan dalam berkas. Meskipun telinganya masih mendengar kedua seniornya membicarakan masalah Dewa.

“Menurut lo, Pak Dewa suka nggak sama anaknya Pak Fabian. Gue lihat sering banget nempel, ganjen gitu.”

“Masih saudaraan kali, justru Mahalina yang lagi heboh. Dia posting foto lagi bareng Dewa di acara kemarin. Padahal itu foto hasil crop karena di acara itu rame dan yang gue denger ada masalalu Pak Dewa, mantan yang kembali karena cinta lama belum kelar.”

Brak.

“Eh, lo kenapa Za?”

“Oh nggak Mbak. Saya permisi ke toilet dulu.”

“Dasar aneh.”

Bukan hanya kesal karena kedua perempuan ini memanfaatkannya, juga ocehan mengenai Dewa yang lama-lama membuatnya gerah dan tidak sadar dia menggebrak meja.

“Kamu kenapa sih Za,” gumam Moza bergegas menuju toilet.

Karena penasaran, Moza membuka media sosial dan mencari akun Mahalina. Benar saja, perempuan itu mengupload foto bersama Dewa di salah satu acara Go Tv. ternyata foto tersebut mengundang perhatian netizen, banyak sekali komentar yang menyatakan kalau mereka pasangan yang serasi.

“Pak Dewa bilang, dia lagi nggak ada pacar,” gumam Moza lagi. “Tapi apa peduli aku ya, mau dia ada pacar atau nggak bukan urusan aku.”

Moza menatap penampilannya di cermin toilet, lalu menarik nafas dan menghembuskannya pelan. setelah dirasa lebih tenang, dia pun kembali ke ruang timnya berada.

Semenjak berada di tim kreatif, jam pulangnya selalu lewat waktu. Seperti kali ini, jemputannya sudah menunggu sejak satu jam yang lalu. Moza sudah bersiap pulang saat salah satu seniornya mengatakan besok dia harus datang untuk lembur.

“Besok Mbak?”

“Iya besok.”

“Eh, Moza ‘kan Cuma magang dia nggak harus lembur di hari sabtu juga kali,” ujar yang lainnya.

“Mau magang, mau percobaan ya tetap harus ikut aturan tim dong. Pokoknya besok lo dateng.”

“Baik, Mbak.”

Padahal dia berencana pergi bersama Mada, akhir-akhir ini mereka jarang bertemu karena kesibukan masing-masing dan Moza perlu curhat dengan masalahnya. Keluar dari lift dan bergegas melewati koridor dengan banyak layar televisi menampilkan program acara di Go Tv, akhirnya sampai di lobby dan langkah MOza terhenti.

“Pak Dewa,” ucapnya pelan.

Ada Dewa di sana, bersama beberapa orang lainnya termasuk juga Mahalina. Lalu lalang artis atau tokoh biasa terlihat di lobby atau koridor studio. Langkah pelan Moza dengan tatapan mengarah pada Dewa dan kumpulannya.  Masih terdengar obrolan mereka.

“Kita lihat nanti, karena program acaranya belum fix.”

“Aku siap ikut casting kok,” ujar Mahalina lagi. “Tapi jangan lupa kasih note kalau kamu rekomendasikan aku,” ujar Mahalina lagi sambil memeluk lengan Dewa.

“Gitu ya, senin deh kita bahas lagi dengan tim kreatif,” ujar Dewa lagi lalu bergegas pergi.

Moza berada beberapa langkah di belakang Dewa. pria itu sambil menggunakan ponselnya dan menuju mobil yang baru saja berhenti di depan lobby. Mobil jemputan Moza tepat di belakang mobil Dewa.

“Thanks ya,” ujar Dewa pada petugas yang sudah menyiapkan mobilnya masih dengan ponsel di telinga dan hendak masuk ke mobil, pria itu menoleh dan bertatapan dengan Moza.

“Mbak Moza,” tegur sopir yang sudah membuka pintu.

“Ah iya.” Moza kembali menatap Dewa yang sudah memasuki mobilnya dan melaju. Ada perasaan entah, yang tidak dimengerti oleh Moza. Yang jelas dadanya terasa agak … sesak.

“Aku kenapa sih.”

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

kejauhan kamu fikirnya Za

2024-03-02

1

Defi

Defi

diluar ekspektasi ya pak dewa 🤣🤣🤣

2024-03-02

0

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

itu tandanya kamu udah mulai cintrong sama kang mas Dewa ... 😂

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!