9 ~ Om, Tante dan Bapak

“Mbak, saya di kantor aja deh. Yang ke rumah Pak Dewa, minta staf lain.” Moza mengusulkan pendapatnya. Tidak ingin menjadi korban Dewa yang semena-mena. Di kantor saja dia berani, apalagi di rumah yang jelas wilayah kekuasaannya.

“Kok jadi kamu yang ngatur. Ayo ikut,” ajak Yuli.

Dengan wajah cemberut, lalu menggantungkan tasnya di bahu kiri dan membawa tas laptop dan berkas milik Sadewa. Joni datang dan membawakan bawaan yang dipegang Yuli, wanita itu berjalan seperti di catwalk karena bawaannya sudah berpindah pada Joni.

“Ck, yang ini nggak sekalian Mas?”

“Ya nggak bisa dong, Mbak Yuli kedudukannya lebih tinggi dibandingkan kita-kita ini. Mbak Moza sabar saja, saya doakan agar yang dibawa mbak Moza itu berubah jadi ringan,” tutur Joni lalu mengejar langkah Yuli meninggalkan Moza yang misah misuh sendiri.

Dengan mobil dinas kantor juga menggunakan supir kantor, Moza dan Yuli diantar. Mobil itu sudah memasuki pemukiman elite. Tidak heran bagi Moza karena dia pun tinggal di kawasan mewah. Berbeda dengan Yuli yang terus mengoceh berharap bisa tinggal di kawasan seperti itu.

“Nah ini rumah keluarga Pak Dewa, kamu turun sana.”

“Sendiri Mbak?”

“Kamu hubungi aja tetangga kamu satu RT minta temani ke dalam. Ya sendirilah, manja amat. Sudah sana turun, keburu Pak Bos nelpon lagi bisa habis bonus tahunan saya.”

Berdiri di depan gerbang, petugas keamanan menanyakan keperluan Moza dan ternyata memang sudah ditunggu. Pintu gerbang pun terbuka untuk Moza masuk.

“Masuk aja mbak. Bagian depan masih dijadikan tempat menyambut tamu yang berbelasungkawa, mbaknya ke samping lewati taman nanti ada paviliun. Mas Sadewa biasa di sana.”

“Oh begitu, makasih ya Pak.”

Beruntung hari ini memutuskan memakai flat shoes, lumayan jauh dari gerbang menuju paviliun yang dimaksud petugas tadi. apalagi harus melewati carport yang cukup luas.

“Aish, butuh es boba,” gumam Moza sambil mengusap keringat di dahinya.

Berbelok ke samping dan melewati taman, tidak jauh terlihat paviliun.

“Wow, suasananya kayak di villa. Suka banget deh,” ujar Moza sambil memutar tubuhnya menatap sekeliling sambil senyam senyum. Saat mengeluarkan ponsel ingin berselfie, ada teriakan dari depan sana.

“Astaga, dia kenapa sih.” Moza bergegas menghampiri Dewa yang sudah berdiri berkacak pinggang.

“Aku bilang butuh data cepat, kenapa malah kayak putri solo jalan selangkah selangkah.”

Moza menoleh sambil mengernyitkan dahi.

“Jalan memang selangkah-selangkah kali pak, emang bapak jalannya gimana?”

“Hah sudah!” Moza mengekor langkah Dewa memasuki ruangan, perpaduan antara ruang santai dan ruang kerja. “Buka laptopnya, di sana saja,” tunjuk Dewa pada meja kerjanya , sedangkan dirinya duduk di sofa yang terlihat nyaman.

Sambil menunggu loading, Moza melirik sekilas. Dewa hanya mengenakan celana pendek tactical dan kaos yang press di tubuhnya. Berjalan mendekat berdiri tidak jauh dari Dewa duduk.

“Pak Dewa.”

Dewa menoleh dan menatap Moza.

“Saya turut berduka cita pak, semoga bapak dan keluarga mengikhlaskan kepergian almarhum.”

“Hm, terima kasih,” sahut Dewa lalu melayangkan pandangannya ke arah lain.

Moza paham, mungkin pria itu masih berduka. Ia sudah kembali ke meja kerja dan fokus pada laptop, berbeda dengan Dewa malah mencuri pandang menatap Moza yang sedang serius.

Aku tidak salah lihat, waktu itu memang dia bersama pria. Apa mungkin kekasihnya, lalu siapa pria tua di restoran malam itu … siapa lagi, batin Dewa.

Moza mengerjakan apa yang diperintahkan Dewa, sesekali mengecek berkas dari tumpukan map yang dibawa juga file-file yang harus dipilih dengan cermat. Asisten rumah tangga membawakan minuman dan makanan, karena Dewa kedatangan tamu padahal asistennya dari mahasiswa magang.

“Dewa, Om Genan minta … Loh ini siapa?”

Moza berdiri mana kala ada seorang wanita memasuki ruangan, berbicara dengan Dewa lalu menunjuk dirinya. wanita itu masih terlihat sangat cantik di usianya dan bisa disimpulkan kalau ia begitu ramah.

“Siang tante, saya Moza.”

“Moza?” tanya Ajeng menatap Dewa sambil mengerlingkan matanya.

“Moza, dia Mommy. Mommy dia Moza, asisten aku dan sekarang kami sedang bekerja.”

“Asisten? Kenapa Mommy seperti merasa dejavu.”

Dewa berdecak mendengar ucapan Ajeng. Bahkan bukannya pergi karena mengganggu, malah ikut duduk di sofa.

“Moza, kemarilah,” pinta Ajeng.

Moza sempat menatap Dewa, seakan meminta persetujuan karena yang memberikan instruksi adalah Ibu Suri. Belum sempat memulai pembicaraan, ada seseorang lagi yang datang.

“Ck, aku tunggu malah mampir di sini.”

“Mas, sini dulu dong,” ajak Ajeng meminta Gentala duduk.

“Halah, udah dah. Kemana-mana ini, udah nggak bakal nyambung. Pasti ujung-ujungnya masalah jodoh,” tutur Dewa.  

Gentala menatap Moza yang tersenyum dan mengangguk kepadanya. Masih dalam posisi berdiri menunggu arahan berikutnya.

“Dia siapa?” tanya Gentala menunjuk Moza dengan dagunya.

“Moza, namanya Moza,” jawab Ajeng dengan segera. “Dia asistennya Dewa, gimana menurut kamu?”

“Apanya yang gimana?” tanya Gentala heran. “Nama lengkapmu?”

“Moza Putri BImantara, om.” sahut Moza pelan.

“BImantara,” ucap Gentala sambil memindai wajah gadis yang menunduk di hadapannya. “Dia asistenmu?” tanya Gentala pada Dewa.

“Iya, kami sedang bekerja. Kalian minggir lah dulu dan kamu Moza. Apa-apaan panggil mereka Om dan tante lalu panggil aku bapak.”

Ajeng terkekeh mendengar Dewa yang protes. “Tidak masalah Moza, tante senang kok berasa jadi muda lagi. Iya ‘kan Mas?”

Gentala bergeming masih menatap Moza yang bingung harus bersikap bagaimana di tengah keluarga yang tidak kalah aneh dengan keluarganya sendiri.

 

 

 

Terpopuler

Comments

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

mendengar nama Bimantara pasti Daddy Gentala udah gak asing lagi dengan nama itu...siap2 bakalan dijodohkan orang tua ini mah 😆😆😆

2024-02-24

2

Erlin

Erlin

lanjutkan kaka/Heart//Heart//Heart/

2024-02-24

0

Tatik R

Tatik R

papa gentala pasti ngeh ma nama best bimantara, dan mama ajeng pasti ngegas nih yg jodohin

2024-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!