18 ~ Kencan

Dewa tergelak melihat perubahan wajah Moza dan menghindar darinya.

“Jangan bercanda Pak,” ujar Moza meskipun hatinya kebat kebit. Seumur hidup baru ada laki-laki bilang cinta apalagi sampai berusaha akan membuat dirinya membalas cinta. Sejak berseragam putih abu dan kuliah sampai sekarang ini, setiap ada yang dekat pasti mundur dengan sendirinya.

Tentu saja itu karena ulah Mada. Saudara kembarnya itu seakan menyaring mana yang bisa dijadikan sahabat ataupun nanti teman hidupnya. Satu-satunya sahabat hanya Ema dan untuk teman hidup di masa depan masih gelap. Dewa jelas ditolak mentah-mentah oleh Mada, entah atas dasar apa.

“Yang bilang bercanda siapa? Serius lagi.”

“Gombalan Pak Dewa nggak mempan untuk saya. Bilang cinta, tapi pacar banyak.”

“Tidak ada perempuan berstatus pacar Sadewa, tapi kalau mantan sih … banyak,” ungkap Dewa.

Ternyata Moza tidak menganggap pengakuan Dewa sebagai hal bercandaan, apalagi wajah Moza yang terlihat datar membuat Dewa salah tingkah.

“Hm, satu jam lagi kita ada meeting dengan tim kreatif. Siapkan bahan yang mau aku bahas, minta ke Yuli.”

“Kita? Kamu aja kali.”

“Hei, aku pimpinannya di sini,” ujar Dewa mulai kembali ke mode serius.

“Oh, kirain udah lupa.”

Ternyata setelah mendampingi Dewa rapat dengan tim kreatif, diputuskan mulai besok Moza akan bertugas dengan tim tersebut khususnya acara infotainment. Tentu saja disambut Moza dengan gembira, karena ia akan belajar langsung dengan ahlinya.

Sebenarnya Dewa berat melepas Moza dengan divisi lain dan sejak awal memang sengaja semena-mena terhadap gadis bernama Moza karena ketertarikannya. Berharap kedepannya hubungan mereka akan lebih baik dan rasanya tidak elok karena Moza tetap berada di sampingnya selama kegiatan magang. Orang akan menganggap selama magang Moza bukan bekerja, tapi menggoda Dewa.

“Mulai besok, bukan hari ini,” ujar Dewa mengingatkan karena Moza terlihat begitu antusias.

Ketua tim kreatif mengajak Dewa keluar ruangan, lebih tepatnya ke smoking area. Selain ada hal yang akan didiskusikan bersama, tentu saja sambil menghis4p rokok.

“Kayaknya spesial tuh cewek?”

Dewa menghembuskan asap rokok dan terdiam mendengar pertanyaan mengenai Moza. Namun, dia harus ingatkan dan tekankan kalau gadis itu miliknya.

“Gue titip ya, awas aja kalau lecet. Barang berharga dan langka tuh.”

“Romannya serius banget.”

“Serius dong, urusannya sama masa depan. Perlakukan dia layaknya pegawai baru, tapi jangan perlakukan masalah senior junior. Lo bakal kaget kalau tau dia siapa,” ujar Dewa menepuk bahu ketua tim bernama Arta. Sahabat semasa kuliah dan sekarang menjadi rekan kerja lalu beranjak pergi.

“Oke, aman sudah.”

***

“Yang ini digandakan dulu, baru diarsip!” titah Yuli dan langsung dilaksanakan oleh Moza.

Sambil mengerjakan perintah dari Yuli, gadis itu membuka ponsel ternyata ada pesan dari Dewa.

[Sore ini temani aku. Ada janji di luar, kamu bisa minta jemput kalau urusan sudah beres]

“Mbak Yuli, Pak Dewa ada pertemuan sore ini. Di mana ya, dia minta aku ikut.”

“Nanti sore?” tanya Yuli lalu membuka jadwal kerja dan janji temu pria itu. “Di jadwal aku nggak ada, mungkin dadakan. Ya udah kamu temani, ‘kan aku bisa langsung pulang. Selamat lembur yess.”

Benar saja, setengah jam sebelum jam kerja berakhir, Dewa keluar dari ruangannya. Dengan gayanya yang sok cool dengan tangan berada di dalam kantong celana lalu berdiri di depan meja Yuli.

“Ayo, nanti kena macet.”

“Ini serius saya harus ikut Pak?”

Dewa mengusap wajahnya, kadang memberikan perintah untuk Moza tidak cukup satu kalimat. Entah di mana yang salah, apa mungkin bahasa perintah yang disampaikan kurang jelas.

“Ya nggak lah, kita semua lagi sandiwara Za. Ya, nggak Yul? Kamu lagi berperan jadi sekretaris centil dan nyebelin ‘kan?”

Yuli hanya terkekeh karena Dewa terlihat emosi menjawab pertanyaan Moza.

“Dan saya lagi berperan jadi supir kamu. Mari Non, nanti keburu kena macet malah lama di jalan.”

Yuli bukan hanya terkekeh, bahkan tergelak.

“Iya Pak Dewa, siap melaksanakan perintah,” sahut Moza lalu menarik tasnya dan berjalan mendahului Dewa yang menggelengkan kepalanya.

“Gemesin banget, jadi pengen cepet halalin aja.”

Moza dan Dewa berada dalam perjalanan menuju lokasi yang Moza sediri tidak tahu mau ke mana dan ada janji dengan siapa. Yang diyakini adalah menjalankan tugas sebagai asisten dari Pak Bos Sadewa. Ternyata mobil berbelok ke sebuah cafe dengan area parkir cukup luas dan konsep pelayanan yang cukup menarik.

Dewa memilih meja outdoor, di mana berada di belakang gedung dengan konsep gazebo dan ada taman serta kolam ikan menambah suasana cukup nyaman dan asri.

“Pesan saja, menu di sini recommended kok,” titah Dewa menyerahkan buku menu ke hadapan Moza.

Setelah menyebutkan pesanan pada pelayan, Dewa meletakan ponsel dan tabletnya di atas meja setelah merubah setelan menjadi silent.

“Klien Pak Dewa belum datang?” tanya Moza sambil menatap sekeliling, berencana mengajak Mada atau Gita ke tempat itu lain kali.

“Klien siapa? Saya nggak ada janji dengan siapapun.”

“Bukannya kita ke sini karena Pak Dewa ada urusan?” tanya Moza lagi, kali ini sambil menatap pria di hadapannya yang berjarak karena terhalang meja.

“Iya, urusannya sama kamu. Anggap saja ini kencan pertama kita, kamu boleh kok request untuk kencan berikutnya. Mau di mana?”

“UGD rumah sakit, gimana Pak?”

 

 

 

Terpopuler

Comments

Lies Atikah

Lies Atikah

si dewa pacaran nya suka celap celup jadi geuleuh kesan nya berengsek pantesan mada ga suka jadi kesel thor

2024-05-05

0

Yane Kemal

Yane Kemal

Ha ha ha UGD ya, diinfus dong

2024-05-02

1

Anna Kusbandiana

Anna Kusbandiana

😅😅😅😅😅😅😅....".🎶over dosis, rumah sakit
membuat jiwamu melayang..🎶"✌🤣🤣🤣🤣🤣

2024-03-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!