11 ~ Dimana?

“Hei, jangan lupa sabtu ini luangkan waktu kalian. Semua anak Papa harus hadir,” titah Arya saat Mada dan Moza hendak berangkat.

“Oke, kebetulan anakmu yang ganteng ini lagi jomblo. Jadi aman.”

“Perasaan emang jomblo terus deh, kapan kali punya cewek,” seru Moza sambil mengejek.

“Jangan lupa mampir butik, biar tidak salah kostum seperti tahun lalu,” ujar Sarah dan itu ditujukan untuk Mada.

“Iya Mah, kali ini aku akan tampil dengan penampilan terbaik. Siapa tahu dapat jodoh di sana. Iya nggak Za.” Mada minta dukungan pada saudaranya.

“Kamu aja kali, aku mah nggak.”

“Masih kuliah, nggak usah bicara masalah jodoh,” tegur Arya dan kali ini dia serius.

“Tapi kalau Moza, aku nggak masalah. Kalau memang dia sudah bertemu jodohnya kenapa nggak. Dari pada kayak aku dulu,” ujar Sarah pada Arya. Mada dan Moza saling tatap, karena pendapat Sarah sepertinya tidak didukung oleh Arya.

“Tenang saja Pah, aku belum ada pacar atau teman dekat kok. Jadi, jodoh kayaknya masih jauh.” Pernyataan Moza menutup pembahasan masalah jodoh, lalu pamit dan bergegas menuju aktivitasnya.

“Aku tidak setuju Sar.”

“Aku setuju.”

“Moza masih kecil,” ujar Arya lagi.

“Dua puluh satu tahun, beberapa bulan lagi dua puluh dua.”

“Tapi ….”

“Aku hanya bilang kalau … bukan berarti dia harus cari jodohnya sekarang.” Sarah menenangkan Arya dengan mencium pipi pria itu.

“Ck, suka mancing-mancing. Anak-anak sudah pergi, gimana kalau kita ke kamar dulu.”

“No, kamu harus ke kantor. Masa depan mereka adalah usaha kita kali ini,” ujar Sarah memperbaiki dasi dan jas yang dikenakan Arya.

“Kita main cepat, ayo.” Arya menarik tangan Sarah menuju kamar mereka.

“Arya!!!”

***

Dua hari ini kebebasan Moza di Go TV. Dewa harus istirahat dan untuk sementara hanya fokus pada kesehatannya, hanya Yuli yang menghubungi kalau-kalau ada hal darurat. Yang dia lakukan hanya mengumpulkan materi untuk pembuatan laporan kegiatan magang.

Sesekali menemui Ema dan melihat pekerjaan wanita itu atau mendatangi studio. Area kerjanya tentu saja bersama Yuli yang juga tidak terlalu sibuk karena tidak ada Dewa.

“Mau tahu nggak, tempat nail art yang bagus,” ujar Yuli sambil mengikir kukunya.

“Hm, nggak tahu mbak.”

“Ah nggak keren kamu. Masih muda, tapi penampilan biasa aja. Coba lihat Mbak Ana anaknya Pak Fabian, kukunya lucu terus wajahnya glowing banget ‘kan?”

Moza hanya mengedikkan bahunya.

“Ana itu suka dengan Pak Bos dari masih piyik.”

“Kok Mbak tahu?” tanya Moza yang penasaran juga dengan kehidupan Dewa.

“Ya tahulah, saya kerja di sini sudah lama. Hanya saja Dewa nggak respon, Ana sudah menikah dan sekarang sudah cerai juga. Eh masih aja suka caper.”

“PAk Dewa belum menikah ya, padahal udah mapan dan kayaknya udah dewasa.”

“Belum ketemu yang cocok, rata-rata playboy ya begitu. Udah banyak artis yang bolak-balik mau ketemu dia. Tahu Mahalina ‘kan?” tanya Yuli dengan semangat.

Moza mengangguk, karena pernah melihat sendiri interaksi Dewa dengan wanita bernama Mahalina.

“Dia pernah datang ke sini dan lama banget nggak keluar, lebih dari satu jam. Menurut kamu ngapain?”

Lagi-lagi Moza hanya mengedikkan bahu. Meskipun ada juga bayangan negatif apa yang akan dilakukan pasangan di dalam ruangan hanya berdua saja. Main ludo, misalnya.

“Ah kamu mah nggak asyik. Orang tuh kalau diajak ghibah ikut nimpalin biar makin seru bahan ghibahan kita. Ini Cuma angguk dan geleng doang.”

“Mbak Yuli ini gimana sih, sebenarnya yang diucapkan beneran atau Cuma ….”

“Iya ada benernya, tapi kalau kamu responnya seru ‘kan makin menarik obrolan kita.”

“Tau ah,” jawab Moza dan memeriksa ponselnya karena sudah sore dan Mada mungkin saja sudah tiba atau dalam perjalanan menjemputnya. “Aku pulang ya mbak.”

“Hm, aku juga mau pulang. Kita nikmati saja mumpung Pak Bos lagi sakit, jadi kita free.”

Berniat menunggu Mada di lobby, keluar dari lift Moza bertemu dengan Ema yang keluar dari lift lainnya dan mendadak heboh.

“Gue denger bos lu sakit ya?”

“Iya.”

“Hm, pantes muka lo nggak enak dilihat. Pasti kangen ya,” ejek Ema dan berhasil mendapat cubitan di lengan dari Moza. Ema malah tergelak.

“Ya kirain lo bete karena kangen.”

Ya iya sih, berasa ada yang kurang aja kegiatan magang nggak lihat Pak Dewa. kalau di pikir meski mulutnya tajam, tapi wajahnya enak dilihat.

Moza tersenyum setelah membatin lalu kembali serius khawatir Ema menyadari perubahan darinya. Beruntung Mada akhirnya tiba, jadi obrolan mereka tidak lanjut. Bisa dipastikan obrolan berikutnya akan semakin tidak kondusif karena ulah mulutnya Ema.

“Aku duluan ya.”

“Za, Mada udah punya pacar belum?”

“Kayaknya belum. Kenapa, suka ya? Baik-baikin aku dulu dong, biar dapat restu,” ujar Moza lalu melambaikan tangannya dan bergegas menghampiri Mada.

“Langsung pulang?” tanya Mada sambil menyerahkan helm untuk adiknya.

“Ke butik dulu deh, dari pada nanti keluar lagi.”

“Ya udah, naik.”

Helm sudah dipakai, tapi Moza urung naik. Ada hal lain yang mengganggu pikirannya terkait acara perayaan di Bimantara Property.

“Menurut kamu Pak Dewa diundang juga nggak? Biasanya sesama pengusaha ‘kan juga saling mensupport gitu ya.”

“Mana gue tau Za, bukan gue yang ngurus undangan. Lo tahu Bapak gue, yang juga bapak lo malah pemilik BImantara Property. Udah naik, lagian kalau diundang, terus bos lo tahu siapa lo ya bagus dong.”

“Tahu ah.”

“Ya emang gue tahu.”

Sesampainya di butik, Moza dan Mada disambut oleh pramuniaga butik tersebut. Sudah mengenal baik, karena Arya sekeluarga selalu mengandalkan butik langganan Sarah dahulu untuk busana yang akan dikenakan di berbagai acara.

Ponsel Moza bergetar, ternyata ada pesan masuk.

“Pak Dewa,” ucap Moza menatap layar ponselnya.

[Kamu, di mana?]

 

Terpopuler

Comments

Sintia Dewi

Sintia Dewi

wkwkwk..gw suka nyesel tau klok gibah2an nimbrung nyesel gk nimbrung makin nyesel...takut2 omongan kita disampaikan makin panjang urusanya..mending jd pendengar yg baik/Proud/

2024-05-03

0

Vita Liana

Vita Liana

lanjut lanjut

2024-05-07

0

Lilis Wn

Lilis Wn

ayok lah ketemu 🤭

2024-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!