15 ~ Rencana Dewa

“Moza, lo mabuk?” tanya Mada mengambil alih tubuh adiknya ke dalam rangkulannya.

“Nggak, aku nggak mabuk. Aku masih bisa hitung dengan benar, ini dua,” ujar Moza menunjukan dua jarinya. “Ini empat,” ujarnya lagi menunjukan hanya tiga jari.

“Papa tahu, bisa marah dia,” seru Mada lalu menatap sekeliling berharap tidak ada Arya atau orang kepercayaan pria itu.

“Waktu aku datang, dia bilang sudah minum dua gelas. Sampanye. Sepertinya dia tidak tahu kalau itu alkohol.”

“Emang adik gue ini rada kuper dan gue bisa jamin ini pertama kali dia minum alkohol.”

“Bukan alkohol Mada, ini seperti jus apel.”

“Kita ke kamar aja, bisa kacau kalau Papa dan Om Edric lihat kamu begini,” titah Mada.

“Pak Sadewa yang ganteng, saya pergi dulu ya. Jangan kangen dan kasih tahu sama cewek yang tadi peluk-peluk Bapak, saya bisa kok ganti gaunnya termasuk mulutnya juga bisa saya beli. Bye Pak Dewa.”

Dewa tersenyum kikuk mendengar ucapan Moza yang setengah tidak sadar, ternyata masih mengingat bagaimana Ana menghinanya. Namun, pujian ganteng dari bibir gadis itu sukses membuat Dewa senyam senyum tidak jelas.

Bergegas kembali menemui Fabian dan Ibu Sarah, sebagai tuan rumah tentu saja Sarah sudah menemui tamu penting lainnya.

“Gimana, ketemu dengan Moza?” tanya Fabian. Ana dan istrinya sudah pulang, tentu saja karena perintah Fabian agar tidak menimbulkan masalah baru.

“Ketemu, tapi mabuk gara-gara minum sampanye.”

“Kira-kira, Ibu Sarah akan membatalkan kerjasama kita nggak?” tanya Fabian khawatir dengan keputusan Sarah juga Edric.

“Entahlah Om, aku belum kenal mereka.”

“Kamu juga gimana sih, ada berlian di depan kamu bisa nggak kelihatan.”

“Ya gimana, nggak ada firasat apapun. Memang sih aku pernah lihat yang dipakainya barang bermerk, malah sempat negatif thinking kalau Moza sugar baby atau simpanan pejabat.”

“Gila kamu, Dewa.”

“Dari awal memang dia terlihat menarik, makanya aku sampai mikir kayak gitu. Lagian ya Om, kalau memang dia anak sultan ngapain harus capek-capek magang di perusahaan milik orang lain. Mana aku pernah jadikan dia asisten Joni lagi.”

“Ya mungkin saja Dewa, dia mau pelajari sesuatu dari luar kebiasaannya. Kalau di perusahaan orangtuanya sudah bisa dipastikan akan banyak kemudahan, mungkin dia serius ingin belajar.”

“Besok aku temui keluarganya,” ujar Dewa sambil tersenyum simpul dengan rencana di kepalanya.

“Mau ngapain temui keluarganya, kayak mau melamar aja.”

“Aku sih yess, nggak tahu kalau Moza.”

***

“Selamat pagi Pak Arya dan Ibu Sarah.”

Arya dan Sarah yang sedang menikmati sarapan pun menoleh. Jika Arya mengernyitkan dahi mencoba mengingat siapa pria di hadapannya, berbeda dengan Sarah yang mengulas senyum.

“Selamat pagi, Sadewa,” jawab Sarah.

“Sadewa?” tanya Arya menatap istrinya.

“Iya, Sadewa. Putra dari Gentala, kamu pasti pernah dengar. Go Tv,” ungkap Sarah lalu mempersilahkan Dewa menempati kursi kosong.

“Hm, kedatangan saya kemari untuk minta maaf atas kasus kemarin.”

“Kemarin?” tanya Arya lagi lalu menatap istrinya.

“Semalam, Moza berurusan dengan pihak mereka. Tidak masalah, toh sudah selesai. Ah iya, Sadewa ini atasannya Moza di Go Tv dan semalam yang menemukan Moza agak mabuk di sudut ballroom.”

“Sejujurnya, saya baru tahu kalau Moza adalah putri Pak Arya dan Ibu Sarah. Mohon maaf kalau kami memperlakukan beliau seperti karyawan lain,” ungkap Dewa.

“Tidak masalah, memang sudah begitu seharusnya. Lagi pula itu pilihan Moza, sebaiknya identitas Moza tetap dirahasiakan. Saya khawatir kalau malah membuat Moza tidak nyaman selama menyelesaikannya kegiatan magangnya," pinta Arya dan Dewa merasa orangtua Moza sangat terbuka.

“Baik Pak, akan saya kondisikan.”

Obrolan Dewa dengan orangtua Moza masih berlanjut, berikutnya mereka membicarakan masalah bisnis. Termasuk rencana Sarah akan menjadi investor di Go TV.

“Pak Dewa, kok ada di sini?” tanya Moza yang datang bersama Gita dan Mada.

Dewa menoleh dan menatap Moza yang mengenakan setelan sederhana dengan rambut diikat ekor kuda. Dibandingkan semalam penampilan Moza kali ini terlihat lebih natural, tapi tetap … cantik.

“Nyariin lo, semalam ‘kan lo agak teler,” bisik Mada dan bisa didengar oleh yang lain, lalu melipir bersama Gita menuju meja buffet.

“Moza, Papa tidak suka ya kamu seperti semalam. Bagaimana kalau tidak ada Dewa? Kamu bisa dibawa orang dan ….”

“Arya,” tegur Sarah sambil mengusap punggung lengan pria itu.

“Iya Pah, lain kali aku akan hati-hati. Pak Dewa ayo ikut, ada yang ingin aku bicarakan.” Moza menarik tangan Dewa agar menjauh. Sarah hanya tersenyum dan mengangguk pelan karena Dewa belum sempat pamit pada pasangan itu.

“Moza, jangan begini ada orangtua kamu.”

Moza mengajak Dewa memilih meja outdoor, sengaja menjauh karena tidak ingin pembicaraannya didengar oleh yang lain terutama Mada yang mungkin saja akan menjadikan bahan ejekan.

“Pak masalah semalam saya mabuk, jangan sampai ada yang tahu ya pak.”

“Hm, bisa diatur,” sahut Dewa menganggukan kepala sambil bersedekap.

“Mengenai orang tua saya juga, sebaiknya tetap rahasia Pak. Saya mau magang ini lancar dan banyak ilmu yang saya dapat.”

“Itu juga bisa diatur.”

“Bisa diatur gimana sih, Pak?” tanya Moza heran karena Dewa hanya angguk-angguk macam boneka angin yang dipasang dipinggir jalan untuk promosi toko.

“Yah bisa diatur. Saya rahasiakan apa yang kamu minta, tapi balasannya untuk saya apa?”

“Kok gitu Pak.”

“Win win solution dong, masa kamu saja yang diuntungkan dan saya tidak.”

“Terus saya harus balas apa dong?” tanya Moza.

Dewa langsung bersemangat karena pertanyaan yang sangat ditunggu oleh pria itu. Ketertarikan pada gadis itu semakin besar ketika tahu Moza bukan seperti yang dituduhkan di awal. Jelas kalau Moza adalah perempuan baik, membuatnya semakin penasaran.

“Nah ini saya suka bahas masalah ini. Balasannya gampang kok, cukup dengan kita menjadi lebih dekat. Mana tau cocok dan berjodoh.”

Moza mengernyitkan dahinya mendengar permintaan Dewa. “Dekat gimana sih, bukannya Pak Dewa lagi dekat sama Ana, Mahalina juga ….”

“Eh-eh, itu fitnah. Kamu tahu sendiri wajah aku begini, pasti banyak yang suka dan juga profesi aku memungkinkan berurusan dengan banyak artis. Tidak boleh ada penolakan atau aku tempatkan kamu di divisi ….”

“Iya, Cuma dekat doang ‘kan nggak macam-macam?”

“Tergantung kebutuhan,” jawab Dewa sambil mengerlingkan matanya.

“Hahh.”

 

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

aeh modus ae, karena tahu Moza putri Sultan. sebelumnya nethink terus untuk Moza 😜🤣

2024-02-28

1

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘

ayoloh modus pepet truuzzzz

2024-02-28

0

Anna Kusbandiana

Anna Kusbandiana

moduz lagi Waaa Dewa...🤣🤣🤣

2024-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!