16 ~ Malaikat Maut

Kepribadian ganda, itu adalah penilaian Moza untuk Sadewa. Bagaimana tidak, saat mendampingi pria itu memimpin rapat tidak terlihat wajah menyebalkan dengan ide konyol yang pernah dia dapatkan dari pria itu. Dewa terlihat cerdas, dewasa dan bijak juga tetap … tampan.

“Mingkem Moza, kamu memperhatikan Pak Dewa sampai segitunya,” bisik Yuli.

“Apa sih Mbak, saya sedang menyimak beliau presentasi.”

Yuli hanya mencibir seakan mengejek karena bukan itu yang dilakukan olehnya, tentu saja ia hanya bisa balas mencebik. Rapat pun berakhir, seakan sudah hafal dengan tugasnya. Moza bergegas merapikan laptop juga map berkas yang tadi disiapkan untuk Dewa.

“Setelah ini ada jadwal apalagi?” tanya Dewa pada Yuli, tapi pandangannya fokus pad tablet.

“Hm, untuk rapat tidak ada Pak. Hanya saja setelah makan siang ada jadwal wawancara terkait launching program baru minggu lalu dan ratingnya oke banget pak.”

“Oke, aku ke ruangan Pak Fabian dulu.”

Dewa melewati Moza dan mengerlingkan matanya membuat gadis itu mengernyitkan dahi dan menggelengkan kepala.

“Za, bawa ini ke ruangan Pak Bos ya.”

“Mbak Yuli mau ke mana?”

“Toilet, mau ikut juga?”

“Ah, nggak. Mbak duluan aja. Aku belum terasa kontraksi.”

“Kamu pikir kita mau melahirkan.”

Moza sudah berada di ruangan Dewa. meletakan laptop kembali ke atas meja pria itu juga berkas yang isinya pembahasan rapat. Ponsel Moza bergetar, sambil berjalan menuju pintu ia buka layar ponsel. Pesan dari Dewa.

[Makan siang di ruanganku]

Baru akan membalas pesan, ada pesan baru lagi.

[Tidak boleh menolak]

“Hah, Pak Dewa kenapa sih?”

Pesan masuk lagi.

[Ingat kita sedang pendekatan]

Tangan Moza sibuk mengetik membalas pesan Dewa.

[pendekatan hanya untuk orang yang sedang pacaran, ‘kan kita tidak dalam posisi itu]

Kali ini bukan pesan suara, tapi Dewa mengirimkan pesan suara. “Anggap saja kita lagi pacaran. Gimana kalau langsung nikah aja? pacarannya nanti setelah menikah.”

“Pak Dewa nembak aku atau gimana sih? Nggak romantis banget, padahal ‘kan bisa kayak Dilan bikin teks proklamasi cinta atau Rangga bikin puisi cinta.”

[ Silahkan bapak temui Papa saya dan kedua abang saya untuk mendapatkan restu]

Sedangkan di tempat berbeda, Dewa mengumpat membaca pesan yang dikirim oleh Moza.

“Apaan sih?” tanya Fabian yang terkejut karena Dewa tiba-tba berteriak.

“Sekalinya mau serius, bodyguardnya banyak amat,” sahut pria itu.

“Ck, ini tentang Moza?”

“Ya iyalah Om, masa si Joni.”

***

Setelah rapat tadi pagi, Moza tidak bertemu lagi dengan Dewa. hanya sempat berbalas pesan saja, sepertinya Dewa agak sibuk bahkan rencana makan siang bersama pun gagal. Moza sudah berada di lobby menunggu jemputan.

“Pulang bareng aku aja.”

Moza menengadah, sudah ada Dewa berdiri di depannya. Menatap sekeliling lobby yang sedang ramai, bukan hanya hilir mudik para pekerja melainkan para pengisi acara program TV.

“Pak Dewa ngajak aku?”

“Bukan, itu ngajak semut dekat kaki kamu. Ya kamulah Moza,” jawab Dewa lirih.

“Tapi saya mau dijemput, sudah dijalan.”         

“Kembaran kamu nggak ada kerjaan lain apa, rajin banget anter jemput kamu.”

“Mulai hari ini Mada tidak antar jemput saya Pak, ada supir baru yang ditugaskan antar jemput saya.”

“Kenapa nggak rekrut aku aja sih.

Moza berdecak mendengar permintaan Dewa. bagaimana mungkin orang penting di Go Tv malah ingin menjadi supir keluarganya.

“Jadi supir?”

“Bukan dong, jadi suami sudah pasti merangkap supir pribadi,” jawab Dewa sambil mengerlingkan matanya dan Moza langsung menatap datar wajah Dewa.

“Nggak lucu, Pak.”

“Ya emang nggak lucu, saya ‘kan bukan pelawak tapi pujangga yang mencari cinta.”

Moza hendak menjawab lagi ucapan Dewa saat seseorang memanggil Dewa, membuat keduanya menoleh. belum lagi orang itu langsung memeluk Dewa dan tidak malu mencium kedua pipi pria itu.

“Sadewa sayang maaf aku nggak bisa hadir waktu kamu berduka, tapi aku sudah ada di sini sekarang. Gimana kalau kita ke apartemen kamu, pasti kangen aku ‘kan?” tanya wanita itu dengan genit dan belum melepaskan pelukannya.

“April, lepas dulu. Ini tempat umum,” ujar Dewa berusaha melepaskan pelukan wanita itu.

Moza menyaksikan drama di hadapannya, sudah mirip cerita yang sedang viral di mana CEO playboy kedatangan kekasih hati saat merayu perempuan lain. Di sini posisi Moza seperti perempuan yang sedang dirayu oleh Dewa.

“Aku kangen banget, kamu kangen aku juga ‘kan?”

“April, untuk apa aku kangen kamu. Kita sudah ….”

“Sadewa, kamu kok gitu sih.”

“Permisi,” ujar Moza lalu berdiri, memakai tasnya dan meninggalkan pasangan itu karena mobil jemputannya sudah tiba.

“Moza, tunggu,” ujar Dewa akan meraih tangan Moza, tapi tubuh Dewa tersentak karena ulah April.

“Dewa, perempuan itu siapa?”

“April dengar, hubungan kita sudah berakhir setahun yang lalu. Aku nggak ngerti maksud kamu apa bersikap begini. Perempuan tadi siapa, bukan urusanmu.”

“Dewa, kamu kok kasar sih,” ucap April karena Dewa meninggalkannya begitu saja. "Dewa, aku harus hubungi siapa biar dapat program di sini?" tanya April sambil berusaha menyamakan langkah Dewa.

"Malaikat maut," jawab Dewa acuh dan agak berlari karena mobil yang mengantar Moza perlahan meninggalkan Go Tv.

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

itu buat kamu atau April, Wa 😅🤣.. karena kehadiran April membuat kamu bertemu malaikat maut 😅

2024-02-29

2

hiro_yoshi74

hiro_yoshi74

wah keren👍👍👍
pak bos ma , blak - blakan
PeDeKaTe secara terang _ terangan

2024-02-29

0

Lilis Wn

Lilis Wn

April mop dasar 🤭😂

2024-02-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!