14 ~ Bertemu (2)

“Ana, sudahlah,” bisik Maminya yang sudah melepaskan tangan Fabian dan segera menarik tangan Ana agar menghentikan perdebatan itu.

Entah salah apa dia dan Fabian dalam membesarkan putrinya itu, selain gagal dalam rumah tangganya Ana juga kerap bersikap seperti ini. Sombong dan tidak elegan.

“Nanti dulu Mih, cuma magang aja belagu pake nawarin aku baju butik hotel bintang lima.”

“Ana, sudahlah,” ujar Dewa. “Moza, biar ini kami yang urus.”

“Maaf Pak, saya ….”

“Cukup Za, udah berkali-kali lo minta maaf sama ini perempuan,” sela Mada sambil menunjuk wajah Ana.

“Mbak Moza, Mas Mada, acara mau dimulai dan kalian sudah ditunggu. Ini biar saya yang urus,” ujar seorang pria dengan setelan hitam dan mengarahkan tangannya menunjuk ke arah depan.

“Maaf ya Mbak Anak, biar nanti Mas ini yang antar ke butik,” ucap Moza dan sudah dirangkul oleh Mada.

“Gue bilang juga jangan pake heels, keserimpet ‘kan.”

Dewa memandang interaksi Moza dan Mada, menyesalkan sikap Ana yang kelewatan. Saat ini Ana ditemani Ibunya menuju butik yang ditunjuk oleh Moza. Sedangkan Dewa dan Fabian sudah menuju ke dalam ballroom, menempati salah satu meja karena acara akan segera dimulai.

Acara pun dimulai, MC menjelaskan secara singkat mengenai BImantara property yang sudah memiliki beberapa cabang. Arya dan Ares Bimantara selaku pemilik perusahaan yang sekarang memimpin kantor pusat dan cabang.

“Bimantara,” ucap Dewa.

Ana dan Ibunya sudah kembali, bahkan sudah duduk di samping Dewa.

“Anak magang itu oke juga, butik yang dia maksud bukan kaleng-kaleng. Dari mana dia bisa bayar pakaian ini,” bisik Ana di telinga Dewa.

“Moza Putri … BImantara,” ucap Dewa mengingat nama Moza mengabaikan bisikan Ana. “Mungkinkah dia ….”

Terdengar riuh tepuk tangan, karena Arya didaulat untuk memberikan sambutan. Pria bernama Arya berada di podium, bercerita singkat mengenai perjuangannya di BImantara Property atas dukungan Ares sang kakak dan Adam mendiang Ayahnya.

“Yang tidak kalah penting peran istri saya Sarah Alesha, juga keempat buah hati kami,” ungkap Arya dan kembali mendapatkan riuh tepuk tangan. “Kemarilah kalian,” pinta Arya.

Pandangan Dewa tertuju pada sosok yang menaiki panggung dengan tangan terulur dibantu oleh pria yang diakui sebagai kembarannya. Moza, sosok itu adalah Moza. Arya berada di antara Mada dan Moza.

“Ini adalah anak kembar saya, kalau yang sulung sudah mulai mengepakan sayapnya dan mulai sibuk mempelajari bisnis sedangkan yang bungsu masih malu-malu di sana.”

Arya masih berbicara dengan harapannya pada Maza dan Moza sebagai penerus. Terdengar decakan kagum dari Ana.

“Dewa, jangan bilang kalau kamu tidak tahu masalah ini?”  

“Sumpah Om, aku nggak tahu. Moza tidak pernah terlihat seperti anak konglomerat,” ujar Dewa lirih dan pandangan masih tetap tertuju ke depan.

“Ana, kalau urusan bisnis dengan perusahaan Ibu Sarah gagal karena kamu. Siap-siap kamu pindah ke Surabaya dan belajar agama di sana,” ancam Fabian.

“Apa sih Pih. Aku tuh benar dan perempuan itu yang salah.”

“Inilah maksud Papi jangan suka bertindak berlebihan, dia sudah minta maaf kamu malah maki-maki. Bagaimana kalau dia dendam dan membicarakan hal ini ke orangtuanya,” ujar Fabian.

“Sudah Pih, kalian temui saja dan minta maaf,” usul istri Fabian.

Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di meja di mana khususnya untuk keluarga Arya. Sarah melihat wajah Moza yang muram dan Mada yang emosi.

“Kalian kenapa?”

“Oh, nggak pa-pa Mah,” jawab Moza lalu tersenyum.

“Bohong Mah, dia tadi dimaki orang.”

“Maksud kalian dimaki gimana sih?” cecar Sarah, obrolan mereka terhenti karena Arya sudah kembali.

Pria yang tadi mengurus masalah Ana, sudah kembali dan berbisik pada Mada dan dibalas dengan anggukan kepala. Moza melirik sekilas dan Mada mengusap kepalanya.

“Udah beres, jangan khawatir.”

Acara pun berlanjut dengan ramah tamah, para undangan berbaur untuk berbincang dan menikmati hidangan yang tersedia. Begitu pun dengan Mada yang sudah menghilang ke mana dan Gita yang sudah diantar kembali ke kamar.

Moza bermaksud menyapa kembali Fabian dan Dewa serta memastikan kalau kecerobohannya telah diselesaikan, tapi tidak berhasil bertemu dengan yang dimaksud. Memilih melipir menuju buffet.

Ternyata Dewa dan Fabian mendekati Sarah dan menyampaikan permohonan maafnya, Mada sudah bersama wanita itu dan berbisik mengatakan hal yang tadi sempat mereka bicarakan.

“Oh, jadi Moza berurusan dengan kalian?” tanya Sarah.

“Mohon maaf Ibu Sarah, seharusnya putri saya tidak bersikap seperti itu,” ujar Fabian.

“Lalu dimana Moza? Mama harus tau pendapatnya juga,” seru Sarah menatap Mada yang hanya mengedikan bahu. “Cari di buffet, dia tidak suka keramaian begini.”

“Biar saya yang mencari Moza,” usul Dewa dan Sarah tersenyum serta mengucapkan terima kasih.

Ternyata feeling seorang wanita khususnya seorang ibu memang kuat, Dewa menuju buffet dan melihat sosok Moza sedang duduk agak pojok menikmati isi gelas yang dia pegang. Bergegas menghampiri dan berdiri di hadapan gadis itu.

“Moza.”

Moza pun menengadah dan menatap wajah itu. Entah minuman apa yang sudah dikonsumsi Moza karena pandangan matanya terlihat sendu.

“Eh, Pak Dewa.” Saat Moza berdiri dia agak terhuyung, beruntung Dewa gerak cepat menyambut tubuh Moza.

“Kamu mabuk?”

“Ih nggak lah  mana berani saya mabuk. Cuma minum ini dua gelas,” ujar Moza dan berusaha lepas dari rangkulan Dewa lalu menunjuk gelas yang dia pegang. “Rasanya manis agak asam dan agak panas di leher aku.”

“Ini sampanye Moza, sepertinya kamu mulai mabuk. Ayo kita temui Ibu dan kakakmu.”

“Pak Dewa apa sih rangkul-rangkul saya. Jangan berharap macam di novel ya, kita one night stand terus cinta-cintaan,” ucap Mora lalu terbahak.

“Ck, aku juga berharap begitu. Apalagi penampilan kamu terlihat cantik dan dewasa, tapi tenang aja aku maunya jalur reguler kok. Dekati orang tuanya dapetin anaknya,” seru Dewa dan menggenggam tangan Moza yang memukul pelan dadanya.

“Emangnya mau kirim paket, segala ada pilihan reguler,” sahut Moza dan mulai terlihat kalau dia tidak toleran terhadap alkohol, karena baru beberapa teguk sudah … mabuk.

“Kalau kamu bukan paket reguler, tapi executive.”

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

lanjut

2024-02-27

1

Lilis Wn

Lilis Wn

jd tau deh sekarang siapa Moza 🤩

2024-02-27

0

Ila Latifah

Ila Latifah

mada siap2 penaiun jadi sopiir moza. moza bakalam punya sopir baru

2024-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!