Pelayan Cinta Tuan Mafia

Pelayan Cinta Tuan Mafia

Menjadi Pelayan Cinta Tuan Ello

"Aku sudah mengirim uang ke rekening Mommy Bonita!" kata Pria itu sambil mengenakan jubah mandinya, lalu hendak masuk ke kamar mandi.

"Terima kasih, Tuan," balas Wanita yang masih tanpa sehelai pakaian pun, tampak duduk masih dengan posisi menantang, seakan belum puas dengan percintaan tadi dengan sang pria, tapi ternyata sang pria tampak sudah tidak tertarik lagi.

"Pergilah! Sebelum aku berubah pikiran mengirimkanmu ke Afrika!" Perintah pria itu, dan wanita itu kembali mengenakan pakaiannya, sedikit merapikan rambutnya dan pergi meninggalkan kamar hotel itu.

Pria itu kembali hendak melangkah memasuki kamar mandi, namun ponselnya sudah berdering, sehingga dia kembali melangkah ke meja dimana ponselnya berada, kemudian menekan tombol hijau pada ponselnya.

"Ada apa?" tanyanya

"Wanita yang anda inginkan sudah ada dirumah!" jawab seorang pria dari sebrang sana, suaranya terdengar berat.

"Oke! Aku akan pulang sebentar lagi!" balas pria itu, kemudian menekan tombol merah pada ponselnya dan meletakkan kembali ponselnya di meja, kemudian kembali melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.

Sementara itu, seorang gadis cantik nan polos baru saja datang dan masuk ke rumah besar bergaya Eropa, terlihat mewah dan pastinya mahal dengan segala macam barang yang tentu juga tidaklah murah harganya.

“Giana Liam, benar namamu itu?” tanya seorang wanita yang sepertinya merupakan kepala asisten rumah tangga di rumah besar itu, dialah Jino. Asisten rumah tangga kepercayaan pemilik rumah itu, Marcello Abraham, atau biasa di sebut Ello Abraham. Sang penguasa beberapa bisnis lain di negara itu, mulai dari bisnis perhotelan, club malam, dan beberapa perusahaan berskala internasional.

“I-iya, saya Giana Liam,” jawab gadis yang terlihat sangat polos itu, bahkan bersolek pun tidak. Rambutnya hitam panjang dan hanya diikat seadanya. Wajahnya begitu cantik alami dan tampak halus sekali kulit wajahnya, bahkan tidak ada satupun jerawat menempel di wajah cantik itu. Tingginya mungkin hanya sekitar 160 centi saja, maka dari itu terlihat mungil.

“Apakah kamu siap bekerja disini? Dengan apapun ysng diperintahkan Tuan Ello?” tanya Jino. Wanita itu tampak sudah berumur sekitar 40 tahunan, dan terlihat tegas, juga ada kesan galak dari gestur wajahnya yang tampak kaku.

“Saya bisa mengerjakan apapun,” jawab Giana, “Saya bisa mencuci, mengepel, membersihkan piring kotor…”

"Kamu tidak akan mengerjakan itu semua disini, kamu hanya dibutuhkan untuk mengurus segala kebutuhan Tuan Ello,” potong Jino

“Hah!? Apa maksudnya?” tanya Giana

“Kamu diterima bekerja disini untuk menjadi pelayan khusus Tuan Ello, mengerti?” tanya Jino

“Me-mengerti, tapi kalau boleh tahu, nanti tugas saya apa?” Giana tampak takut untuk bertanya, tapi dia harus bertanya, karena baru kali ini mendengar istilah pelayan khusus. Apa bedanya juga dengan pelayan biasa?

“Nanti kamu akan tahu sendiri setelah bekerja disini! Ayo aku tunjukkan kamarmu dan seragam kerjamu!” seru Jino sambil melangkah masuk

Giana mengikuti langkah Jino menuju ke belakang, tepatnya di kamar para asisten rumah tangga, terlihat beberapa pelayan dengan seragam yang sama menatap Giana dengan tatapan yang datar, tetapi ada juga yang tersenyum. Beberapa pria tampak berseragam hitam, sudah dipastikan mereka adalah security rumah besar itu.

Ello, sang milyader itu memang memiliki rumah yang superbesar, dengan banyaknya asisten rumah tangga yang bekerja disana, juga security yang tampak begitu ketat menjaga kondisi rumah tersebut, Ello selama ini tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya juga kakak laki-lakinya yang bernama Gio, mengurus bisnis mereka sendiri di sebuah negara di China. Orang tua Ello jarang ke rumah untuk mengunjungi Ello karena mereka sibuk bekerja.

Jino membawa Giana ke sebuah kamar yang cukup besar.

“Ini kamar kamu! Masuklah! Kamu bisa mulai merapikan pakaianmu di dalam lemari. Aku tunggu diluar, kamu sudah harus berganti seragam yang sudah disediakan!” perintah Jino

“Baik, Nyonya,” balas Giana

“Panggil saja aku Bibi Jino! Aku bukan nyonya rumah ini!” hardik Jino

Giana hanya menganggukkan kepala saja, lalu dia masuk sambil membawa sebuah tas usang pemberian ayahnya. Giana hanya membawa beberapa pakaian saja, karena dia tahu sebagai seorang pelayan pasti sehari-hari sudah ada seragam yang harus dia kenakan.

Giana kemudian dengan cepat menata pakaiannya, lalu berganti dengan seragam pelayan. Giana sesaat tampak terdiam seperti orang bingung ketika melihat model seragam miliknya, warna seragam pelayan memang sama dengan yang dikenakan pelayan lain, tetapi kenapa seragam miliknya lebih pendek. Seragam lain tampak roknya dibawah lutut, tapi seragamnya diatas lutut. Ditambah lagi atasannya terlihat akan sangat ketat ketika dikenakan Giana nanti, sehingga akan memberikan kesan Giana akan tampil seksi dengan pakaian seragam itu. Giana akhirnya keluar dari kamarnya, karena tidak enak ditunggu lama Jino.

“Bibi, apakah aku salah memakai seragamnya?” tanya Giana

“Tidak, itu memang seragam kamu, seragam khusus untuk pelayan yang menjadi pelayan khususnya Tuan Ello,” jawab Jino.

Giana hanya menelan ludah saja, berpikir dia bagaimana mau bekerja jika seragamnya saja tidak membuat dia bebas bergerak, salah sedikit saja bisa robek seragamnya.

“Ayo ikut aku! Tuan Ello belum pulang! Waktunya kamu belajar tentang apa saja kebiasaan Tuan Ello, bagaimana pola hidup Tuan Ello, dan apa yang tidak boleh kamu lakukan!”perintah Jino lagi

Giana akhirnya mengikuti langkah Jino, dengan menaiki lift mereka sampai di lantai tiga rumah besar itu. Ada 3 lantai dirumah besar milik Ello, sehingga semakin terlihat sangat besar dan megah. Pantas kalau pelayan rumah tangganya banyak.

“Ini adalah kamar Tuan Ello, ingat baik-baik! Dilantai tiga ini ada 4 kamar, dan kamar Tuan Ello yang pintunya berwarna putih, sementara kamar lain pintunya berwarna hitam,” kata Jino

“Iya, saya akan mengingatnya,” balas Giana

“Tuan Ello pulang bekerja daat pukul lima sore, dan pagi berangkat kerja sekitar pukul delapan. Kamu bertugas setiap pagi menyiapkan pakaiannya untuk bekerja, juga aksesorisnya. Menyiapkan air mandinya, dan juga siap memijatnya jika dia menginginkan.”

"Memijat?" tanya Giana, "Aku bahkan tidak ada keahlian memijat."

“Yang penting memijat saja, dan saat Tuan Ello pulang, kamu harus menyiapkan air hangat untuk mandi dan berendam. Pakaian ganti juga harus sudah kamu siapkan." Jino memberikan penjelasan pada Giana.

Gadis itu kemudian terdiam, dalam pikirannya memiliki banyak pertanyaan, "Kenapa semua semua kebutuhan Tuan Ello harus dia yang menyiapkan? Lalu kemana istrinya?"

Gadis itu membayangkan jika seorang Ello Abraham adalah pria tua yang usianya sekitar 40 sampai 50 tahunan, dan sudah memiliki istri dan anak.

“Maaf, Bibi. Bolehkah saya bertanya sesuatu?” tanya Giana

“Apa yang mau kamu tanyakan?" Jino balik bertanya

“Kenapa harus saya yang menyiapkan semua? Memangnya istri Tuan Ello kemana?” tanya Giana

“Tuan Ello itu belum menikah, bahkan sepertinya kekasih saja dia tidak punya,” jawab Jino

Perjaka tua! Giana membayangkan pria yang bernama Ello adalah pria tua namun masih berstatus perjaka. Bagaimana bisa pria sekaya raya Ello belum menikah?

“Tuan Ello setiap pagi hanya mau sarapan dengan buah dan telur rebus saja, minumannya secangkir susu cokelat,” lanjut Jino, “Tuan Ello tidak menyukai kopi sama sekali. Makan malam biasanya di ruang makan. Sarapan pagi bisa kamu siapkan dikamarnya."

Giana mencoba mengingat-ingat semua yang dikatakan Jino, supaya tidak lupa dan tidak melakukan kesalahan.

Sore hari akhirnya tiba, seorang pria tampak memasuki kamar besar itu, Giana tampak baru saja keluar dari kamar mandi untuk menyiapkan air hangat di bathtub.

Pria itu kemudian melepas dasinya, dan membuangnya sembarangan, sehingga dasinya teronggok dilantai begitu saja. Jas yang sudah di lepaskan dilempar begitu saja di sofa, kemudian dirinya tengah melepaskan kancing-kancing kemejanya, sehingga terlihatlah keindahan dibalik kemeja pria itu, dada bidang dan 6 kotakan dibagian perutnya. Lelaki yang begitu sempurna sekali, bahkan Giana hanya terbengong saja melihat siapa pria yang ternyata merupakan tuannya, juga pemilik kamar tersebut.

Giana berpikir bahwa tuannya adalah perjaka tua, karena belum menikah. Tetapi ternyata dugaan Giana salah. Dihadapannya kini berdiri pria tampan yang mungkin usianya sudah 25 tahunan. Tubuhnya tinggi, tegap dan gagah. Memakai kaca mata, wajahnya memang manis, ditambah lagi pahatan hidungnya yang mancung menandakan sang pemilik memang sangat tampan. Kulitnya tampak halus, bersih juga putih, dengan rambut yang berwarna hitam legam Sepertinya dia adalah pria keturunan China juga, sehingga wajah orientalnya masih terlihat sekali.

“Siapa kamu? Kenapa ada dikamarku?” suara berat pria itu mengejutkan Giana

“Sa-saya Giana, saya yang menjadi pelayan Tuan mulai hari ini,” jawabnya dengan gugup.

“Oh, jadi kamu yang bernama Giana?" tanyanya

“Iya, saya Giana,” jawab gadis itu sambil menundukkan wajahnya, Giana sama sekali tidak berani menatap pria itu.

“Apakah kamu sudah menyiapkan air mandiku?” tanya pria itu

“Sudah, Tuan,” jawab Giana

“Aku akan mandi dulu, kamu jangan pergi dari kamar ini!” perintahnya, “Persiapkan saja dirimu yang nanti akan melayaniku!”

“Melayani apa maksudnya?” tanya Giana dalam hati, “Tugasku kan memang melayani dia?”

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!