NovelToon NovelToon

Pelayan Cinta Tuan Mafia

Menjadi Pelayan Cinta Tuan Ello

"Aku sudah mengirim uang ke rekening Mommy Bonita!" kata Pria itu sambil mengenakan jubah mandinya, lalu hendak masuk ke kamar mandi.

"Terima kasih, Tuan," balas Wanita yang masih tanpa sehelai pakaian pun, tampak duduk masih dengan posisi menantang, seakan belum puas dengan percintaan tadi dengan sang pria, tapi ternyata sang pria tampak sudah tidak tertarik lagi.

"Pergilah! Sebelum aku berubah pikiran mengirimkanmu ke Afrika!" Perintah pria itu, dan wanita itu kembali mengenakan pakaiannya, sedikit merapikan rambutnya dan pergi meninggalkan kamar hotel itu.

Pria itu kembali hendak melangkah memasuki kamar mandi, namun ponselnya sudah berdering, sehingga dia kembali melangkah ke meja dimana ponselnya berada, kemudian menekan tombol hijau pada ponselnya.

"Ada apa?" tanyanya

"Wanita yang anda inginkan sudah ada dirumah!" jawab seorang pria dari sebrang sana, suaranya terdengar berat.

"Oke! Aku akan pulang sebentar lagi!" balas pria itu, kemudian menekan tombol merah pada ponselnya dan meletakkan kembali ponselnya di meja, kemudian kembali melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.

Sementara itu, seorang gadis cantik nan polos baru saja datang dan masuk ke rumah besar bergaya Eropa, terlihat mewah dan pastinya mahal dengan segala macam barang yang tentu juga tidaklah murah harganya.

“Giana Liam, benar namamu itu?” tanya seorang wanita yang sepertinya merupakan kepala asisten rumah tangga di rumah besar itu, dialah Jino. Asisten rumah tangga kepercayaan pemilik rumah itu, Marcello Abraham, atau biasa di sebut Ello Abraham. Sang penguasa beberapa bisnis lain di negara itu, mulai dari bisnis perhotelan, club malam, dan beberapa perusahaan berskala internasional.

“I-iya, saya Giana Liam,” jawab gadis yang terlihat sangat polos itu, bahkan bersolek pun tidak. Rambutnya hitam panjang dan hanya diikat seadanya. Wajahnya begitu cantik alami dan tampak halus sekali kulit wajahnya, bahkan tidak ada satupun jerawat menempel di wajah cantik itu. Tingginya mungkin hanya sekitar 160 centi saja, maka dari itu terlihat mungil.

“Apakah kamu siap bekerja disini? Dengan apapun ysng diperintahkan Tuan Ello?” tanya Jino. Wanita itu tampak sudah berumur sekitar 40 tahunan, dan terlihat tegas, juga ada kesan galak dari gestur wajahnya yang tampak kaku.

“Saya bisa mengerjakan apapun,” jawab Giana, “Saya bisa mencuci, mengepel, membersihkan piring kotor…”

"Kamu tidak akan mengerjakan itu semua disini, kamu hanya dibutuhkan untuk mengurus segala kebutuhan Tuan Ello,” potong Jino

“Hah!? Apa maksudnya?” tanya Giana

“Kamu diterima bekerja disini untuk menjadi pelayan khusus Tuan Ello, mengerti?” tanya Jino

“Me-mengerti, tapi kalau boleh tahu, nanti tugas saya apa?” Giana tampak takut untuk bertanya, tapi dia harus bertanya, karena baru kali ini mendengar istilah pelayan khusus. Apa bedanya juga dengan pelayan biasa?

“Nanti kamu akan tahu sendiri setelah bekerja disini! Ayo aku tunjukkan kamarmu dan seragam kerjamu!” seru Jino sambil melangkah masuk

Giana mengikuti langkah Jino menuju ke belakang, tepatnya di kamar para asisten rumah tangga, terlihat beberapa pelayan dengan seragam yang sama menatap Giana dengan tatapan yang datar, tetapi ada juga yang tersenyum. Beberapa pria tampak berseragam hitam, sudah dipastikan mereka adalah security rumah besar itu.

Ello, sang milyader itu memang memiliki rumah yang superbesar, dengan banyaknya asisten rumah tangga yang bekerja disana, juga security yang tampak begitu ketat menjaga kondisi rumah tersebut, Ello selama ini tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya juga kakak laki-lakinya yang bernama Gio, mengurus bisnis mereka sendiri di sebuah negara di China. Orang tua Ello jarang ke rumah untuk mengunjungi Ello karena mereka sibuk bekerja.

Jino membawa Giana ke sebuah kamar yang cukup besar.

“Ini kamar kamu! Masuklah! Kamu bisa mulai merapikan pakaianmu di dalam lemari. Aku tunggu diluar, kamu sudah harus berganti seragam yang sudah disediakan!” perintah Jino

“Baik, Nyonya,” balas Giana

“Panggil saja aku Bibi Jino! Aku bukan nyonya rumah ini!” hardik Jino

Giana hanya menganggukkan kepala saja, lalu dia masuk sambil membawa sebuah tas usang pemberian ayahnya. Giana hanya membawa beberapa pakaian saja, karena dia tahu sebagai seorang pelayan pasti sehari-hari sudah ada seragam yang harus dia kenakan.

Giana kemudian dengan cepat menata pakaiannya, lalu berganti dengan seragam pelayan. Giana sesaat tampak terdiam seperti orang bingung ketika melihat model seragam miliknya, warna seragam pelayan memang sama dengan yang dikenakan pelayan lain, tetapi kenapa seragam miliknya lebih pendek. Seragam lain tampak roknya dibawah lutut, tapi seragamnya diatas lutut. Ditambah lagi atasannya terlihat akan sangat ketat ketika dikenakan Giana nanti, sehingga akan memberikan kesan Giana akan tampil seksi dengan pakaian seragam itu. Giana akhirnya keluar dari kamarnya, karena tidak enak ditunggu lama Jino.

“Bibi, apakah aku salah memakai seragamnya?” tanya Giana

“Tidak, itu memang seragam kamu, seragam khusus untuk pelayan yang menjadi pelayan khususnya Tuan Ello,” jawab Jino.

Giana hanya menelan ludah saja, berpikir dia bagaimana mau bekerja jika seragamnya saja tidak membuat dia bebas bergerak, salah sedikit saja bisa robek seragamnya.

“Ayo ikut aku! Tuan Ello belum pulang! Waktunya kamu belajar tentang apa saja kebiasaan Tuan Ello, bagaimana pola hidup Tuan Ello, dan apa yang tidak boleh kamu lakukan!”perintah Jino lagi

Giana akhirnya mengikuti langkah Jino, dengan menaiki lift mereka sampai di lantai tiga rumah besar itu. Ada 3 lantai dirumah besar milik Ello, sehingga semakin terlihat sangat besar dan megah. Pantas kalau pelayan rumah tangganya banyak.

“Ini adalah kamar Tuan Ello, ingat baik-baik! Dilantai tiga ini ada 4 kamar, dan kamar Tuan Ello yang pintunya berwarna putih, sementara kamar lain pintunya berwarna hitam,” kata Jino

“Iya, saya akan mengingatnya,” balas Giana

“Tuan Ello pulang bekerja daat pukul lima sore, dan pagi berangkat kerja sekitar pukul delapan. Kamu bertugas setiap pagi menyiapkan pakaiannya untuk bekerja, juga aksesorisnya. Menyiapkan air mandinya, dan juga siap memijatnya jika dia menginginkan.”

"Memijat?" tanya Giana, "Aku bahkan tidak ada keahlian memijat."

“Yang penting memijat saja, dan saat Tuan Ello pulang, kamu harus menyiapkan air hangat untuk mandi dan berendam. Pakaian ganti juga harus sudah kamu siapkan." Jino memberikan penjelasan pada Giana.

Gadis itu kemudian terdiam, dalam pikirannya memiliki banyak pertanyaan, "Kenapa semua semua kebutuhan Tuan Ello harus dia yang menyiapkan? Lalu kemana istrinya?"

Gadis itu membayangkan jika seorang Ello Abraham adalah pria tua yang usianya sekitar 40 sampai 50 tahunan, dan sudah memiliki istri dan anak.

“Maaf, Bibi. Bolehkah saya bertanya sesuatu?” tanya Giana

“Apa yang mau kamu tanyakan?" Jino balik bertanya

“Kenapa harus saya yang menyiapkan semua? Memangnya istri Tuan Ello kemana?” tanya Giana

“Tuan Ello itu belum menikah, bahkan sepertinya kekasih saja dia tidak punya,” jawab Jino

Perjaka tua! Giana membayangkan pria yang bernama Ello adalah pria tua namun masih berstatus perjaka. Bagaimana bisa pria sekaya raya Ello belum menikah?

“Tuan Ello setiap pagi hanya mau sarapan dengan buah dan telur rebus saja, minumannya secangkir susu cokelat,” lanjut Jino, “Tuan Ello tidak menyukai kopi sama sekali. Makan malam biasanya di ruang makan. Sarapan pagi bisa kamu siapkan dikamarnya."

Giana mencoba mengingat-ingat semua yang dikatakan Jino, supaya tidak lupa dan tidak melakukan kesalahan.

Sore hari akhirnya tiba, seorang pria tampak memasuki kamar besar itu, Giana tampak baru saja keluar dari kamar mandi untuk menyiapkan air hangat di bathtub.

Pria itu kemudian melepas dasinya, dan membuangnya sembarangan, sehingga dasinya teronggok dilantai begitu saja. Jas yang sudah di lepaskan dilempar begitu saja di sofa, kemudian dirinya tengah melepaskan kancing-kancing kemejanya, sehingga terlihatlah keindahan dibalik kemeja pria itu, dada bidang dan 6 kotakan dibagian perutnya. Lelaki yang begitu sempurna sekali, bahkan Giana hanya terbengong saja melihat siapa pria yang ternyata merupakan tuannya, juga pemilik kamar tersebut.

Giana berpikir bahwa tuannya adalah perjaka tua, karena belum menikah. Tetapi ternyata dugaan Giana salah. Dihadapannya kini berdiri pria tampan yang mungkin usianya sudah 25 tahunan. Tubuhnya tinggi, tegap dan gagah. Memakai kaca mata, wajahnya memang manis, ditambah lagi pahatan hidungnya yang mancung menandakan sang pemilik memang sangat tampan. Kulitnya tampak halus, bersih juga putih, dengan rambut yang berwarna hitam legam Sepertinya dia adalah pria keturunan China juga, sehingga wajah orientalnya masih terlihat sekali.

“Siapa kamu? Kenapa ada dikamarku?” suara berat pria itu mengejutkan Giana

“Sa-saya Giana, saya yang menjadi pelayan Tuan mulai hari ini,” jawabnya dengan gugup.

“Oh, jadi kamu yang bernama Giana?" tanyanya

“Iya, saya Giana,” jawab gadis itu sambil menundukkan wajahnya, Giana sama sekali tidak berani menatap pria itu.

“Apakah kamu sudah menyiapkan air mandiku?” tanya pria itu

“Sudah, Tuan,” jawab Giana

“Aku akan mandi dulu, kamu jangan pergi dari kamar ini!” perintahnya, “Persiapkan saja dirimu yang nanti akan melayaniku!”

“Melayani apa maksudnya?” tanya Giana dalam hati, “Tugasku kan memang melayani dia?”

Pelayan khusus = Pelayan Ranjang

Ello kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Giana mempersiapkan teh lemon hangat untuk tuannya. Gadis cantik yang terlihat polos itu mulai menjalankan tugasnya untuk melayani tuannya. Baginya bekerja sebagai pelayan rumah tangga adalah hal yang sangat mudah, sudah menjadi pekerjaan sehari-harinya selama ini dirumah. Dia mengurus rumah ayahnya yang kecil, dan mengurus sendiri segalanya secara mandiri. Mana kuat ayahnya memperkerjakan asisten rumah tangga, sedangkan untuk hidup saja selama inj serba pas-pasan.

Harapannya bekerja sebagai asisten rumah tangga kelak adalah dia bisa mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikannya. Giana bercita-cita ingin menjadi dokter, sayang cita-citanya harus terhenti karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan.

Pintu kamar mandi terdengar terbuka saat Giana menyiapkan teh hangat di meja kecil yang ada didekat sofa kamar besar itu, tampak Ello keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang terlilit di pinggangnya, sebagian rambutnya tampak masih basah, sehingga airnya menetes dan mengenai bagian dada dan punggungnya. Apa yang dilihat Giana saat itu juga adalah tuannya tampak seksi. Apalagi dengan adanya beberapa tato yang terlukis di tubuhnya.

Pria itu dengan cueknya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil lalu mengalungkan handuk tersebut dikedua pundaknya, namn seketika matanya menatap kearah Giana.

"Maaf, aku lupa kalau ada kamu disini," ucap pria itu dengan nada santai.

Giana hanya menundukkan wajahnya, tidak berani memandang tuannya yang tengah dalam posisi seksi, menurut pandangan mata wanita manapun. Wanita pasti akan terpesona dengan pahatan indah di dada dan perut pria seperti Ello. Bohong jika Giana tidak kagum. Giana bahkan nyaris tidak mengatupkan mulutnya sejak Ello keluar dari kamar mandi tadi.

“Maaf Tuan, pakaian Tuan sudah saya siapkan, dan ini teh lemon untuk anda. Maaf masih sedikit panas,” kata Giana sambil berusaha mengalihkan pandangan matanya, keringat mulai mengalir dipelipisnya.

Pria hanya menganggukkan kepala saja kemudian ia menuju walk in closet, dan mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Giana. Sebuah setelan pakaian santai, namun dia tidak mendapati pakaian dalam ditumpukan pakaian yang sudah disiapkan Giana.

Pria itu hanya tersenyum, dan ia mengambil sendiri pakaian dalamnya. Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar ganti dengan tampang lebih segar dan wangi, setelah dia menyemprotkan parfum ke tubuhnya

“Kalau menyiapkan pakaianku, jangan lupa sekalian pakaian dalamnya!” tegur pria itu sambil melangkah menuju sofa, melewati Giana yang masih berdiri mematung, mencium aroma khas pria tersebut.

“Oh! I-Iya, Tuan! Ma-maafkan saya, Tuan. Saya pikir itu kurang sopan karena saya hanya seorang pelayan,” balas Giana

“Tidak! Kamu aku bayar untuk menjadi pelayan khususku, maka kamu harus menyiapkan segala keperluanku, termasuk pakaian dalam, paham!?" kata pria itu yang kemudian meneguk teh hangatnya.

“Baik, Tuan,” balas Giana

“Apakah kamu sudah mendapatkan penjelasan dari Mommy Bonita mengenai tugasmu apa selama melayani aku?" tanya Ello

“Mommy Bonita?" Giana merasa asing dengan nama tersebut. Giana bahkan baru mendengar nama itu dari mulut tuannya, “Saya hanya mendapatkan penjelasan dari Bibi Jino untuk tugas-tugas saya melayani tuan secara khusus apa. Maaf, saya tidak kenal Mommy Bonita."

Pria itu hanya tertawa kecil, kemudian dia duduk di sofa.

"Duduk sini!" seru pria itu sambil menepuk pahanya sendiri, tentu saja Giana terkejut, masa iya dia duduk dipangkuan tuannya. Namun gadis itu tidak berani menolak perintah tuannya, dia kemudian duduk dipangkuan Ello dengan posisi duduk menyamping, dan pria itu tiba-tiba menarik tangan Giana dan merangkulkan dipundaknya, sedangkan tangan kekar pria itu melingkar di pinggang ramping gadis cantik itu.

“Berapa usiamu?” tanyanya. Pria itu tampak memandang lekat Gadis itu, dari perkiraannya usia wanita itu tidak lebih dari dua puluh tahun.

“Delapan belas tahun, Tuan,” jawab Giana, sambil berusaha membuang muka, tidak berani memandangi wajah tuannya.

“Kamu tidak tahu siapa Mommy Bonita?” tanya Ello sekali lagi, "Dia wanita yang mengatur semua kebutuhan wanitaku, termasuk membawamu kemari dan akan melayani aku."

“Tidak, Tuan,” jawab Giana, "Kebutuhan wanita? Maksudnya apa Tuan?"

“Kamu belum pernah tidur dengan pria manapun? Apakah kamu sudah pernah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta?"

Giana terkejut dengan pertanyaan yang sedikit frontal dari tuannya itu, “Hah! Ti-tidak pernah, Tuan!” seru Giana. Jangankan tidur dengan pria, pacaran saja dia tidak pernah selama ini. Tidur dan bercinta dengan pria? Bahkan Giana tidak pernah kepikiran sampai melakukan itu selama ini. Yang ada dalam pikirannya selama ini adalah bagaimana bisa cepat lulus dari sekolah kemudian bisa bekerja dan menghasilkan uang.

Untuk apa tuannya itu menanyakan soal dia sudah pernah tidur dan bercinta dengan pria lain atau belum? Bukankah tugasnya adalah pelayan? Pelayan artinya tentu saja melayani kebutuhan majikannya secara wajar, bukan melayani urusan ranjangnya juga. Kenapa sampai ke urusan tidur dengan pria lain dibawa-bawa? Giana sungguh dibuat bingung dengan apa yang ditanyakan Ello. Pria itu tentu saja tampak tersenyum, senyum yang sebenarnya jarang dilihat banyak kaum wanita, karena selama ini aura dingin selalu menjadi image Ello, tapi entah kenapa banyak wanita justru menyukainya.

“Baguslah, berarti kamu memang benar-benar masih virgin dan belum pernah tidur dengan pria manapun,” kata Ello, "Sebanding dengan uang yang aku keluarkan untuk membeli tubuhmu."

“Tuan, maksud anda apa berbicara seperti itu?” tanya Giana

“Jadi kamu tidak tahu artinya pelayan khusus?”

Giana menggelengkan kepala, karena dia benar-benar tidak tahu. Pelayan dalam konteks secara luas tentu hanya melayani kebutuhan majikannya.

“Pelayan khusus berbeda dengan pelayan biasa, artinya juga melayani urusan ranjangku, melayani aku bercinta, dan menemani aku sepanjang malam diranjangku,” kata pria itu

Giana seketika terdiam, seluruh tubuhnya kaku. Dia tidak menyangka bahwa dia yang niatnya mau bekerja untuk menjadi asisten rumah tangga, justru kini terjerumus dalam dunia gelap sebagai wanita yang hanya akan menjadi pemuas hasrat pria. Anehnya, bahkan dia tidak mengenal siapa wanita yang dipanggil Mommy Bonita itu, apa hak dia sampai hati menjual dirinya pada seorang pria yang dia yakini sebagai tuannya, ternyata justru akan menjadi pemuas nafsu pria tersebut.

Ello memang tampan, dari sisi manapun pria itu terlihat tampan. Tidak akan ada wanita yang sanggup menolak untuk tidur dengannya walau hanya satu malam saja, tetapi hal ini tidak berlaku untuk Giana. Gadis cantik yang tidak pernah mengenal apa itu cinta, tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun, tentu sangat terkejut dengan pernyataan Ello.

“Maksudnya, aku melayani dia di ranjang juga?” tanya Giana dalam hati, "Tidur dengannya!?"

Giana terdiam.

"Demi dewa Yunani! Mana mungkin aku melayani dia sampai tidur di ranjangnya dan bercinta dengannya!" seru Giana dalam hati.

Wanita Malam ?

Giana merasa terkejut dan tidak nyaman, karena ia tidak pernah berpikir bahwa tugasnya sebagai pelayan rumah tangga akan meliputi memuaskan keinginan cinta dari tuannya. Saat ia mengajukan lamaran kerja kemarin, hal tersebut tidak pernah dibahas atau dijanjikan sebelumnya.

"Dapatkah Tuan menjelaskan kepada saya apa yang Tuan maksudkan dengan pelayan ranjang?" tanya Giana dengan hati-hati.

"Sabarlah, kamu akan mengetahuinya sendiri nanti," balas Ello dengan suara yang penuh tekanan, membuat Giana merasa sedikit was-was.

Keduanya kemudian keluar dari kamar besar itu dan sampai di ruang makan yang dipenuhi dengan berbagai hidangan lezat. Ello duduk di salah satu kursi, sementara Giana berdiri di belakangnya dengan perasaan gelisah.

"Duduklah disebelahku!" perintah pria itu sambil menunjuk pada kursi kosong disebelahnya.

"Maaf, Tuan. Saya rasa tidak sopan jika saya duduk disebelah tuan, saya akan menunggu Tuan sampai selesai makan," balas Giana. Dia hanyalah seorang pelayan, kenapa juga lancang harus ikut duduk bersama Tuannya di kursi yang sama.

"Jadi kamu membantah perintahku !?" hardik Ello, "Kalau kamu bekerja padaku maka kamu harus mengikuti semua perintahku."

Giana tampak memandang kearah Jino, wanita itu kemudian memberikan kode agar Giana menuruti perintah tuannya.

Saat Giana duduk di samping pria tampan itu, dia merasa canggung karena sebenarnya dia hanya seorang pelayan, bukan nyonya di rumah itu. Meskipun sikap Ello lebih cenderung dingin dan galak, tetapi menurut Giana, Ello tetap terlihat tampan.

"Ambilkan aku makan secukupnya, tolong suapi aku. Aku masih harus mengurus beberapa pekerjaan melalui ponselku!" pinta Ello, kali ini dengan intonasi suara lebih rendah. Ello terlihat sangat fokus pada ponselnya, sehingga Giana merasa bingung tentang apa yang sebenarnya dilakukan Ello dengan ponselnya selama ini. Giana menganggukkan kepala untuk memenuhi permintaan Ello.

Giana melihat Ello tanpa sepatah kata pun saat dia menyuap makanan untuknya. Giana merasa seperti sedang menyuapi bayi besar yang harus disuapi oleh pengasuh. Setelah makan malam selesai, Ello berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya. Sebelum menaiki lift, dia membalikkan badannya dan mengingatkan Giana untuk makan terlebih dahulu.

"Makanlah dahulu, lalu susul aku kekamar!" perintah pria itu

Giana langsung mengikuti perintah Ello untuk makan terlebih dahulu, dan ia pergi ke dapur untuk makan makanan yang disediakan untuk pelayan. Dia terburu-buru makan karena takut membuat Ello marah jika terlalu lama. Giana baru beberapa jam bekerja di rumah itu dan masih perlu mempelajari sifat Ello, yang kadang-kadang tegas, dan kadang-kadang lembut.

Setelah setengah jam, Giana kembali ke kamar Ello. Tampak Ello masih asyik dengan ponselnya, dan Giana tidak tahu apa yang sedang dilakukannya dengan ponsel tersebut.

"Kamu bisa memijat kan!? Tolong pijat kakiku!" perintah Ello

"Iya, Tuan. Saya bisa memijat, tapi maaf jika tenaga saya kurang kuat," balas Giana yang langsung memberikan pijitan pada kaki Ello yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus, terdapat gambar tato geometrik salah satu tokoh dewa Yunani disana, sehingga kaki putih Ello tampak terlihat maskulin jika tato itu nampak.

Ello kemudian memandang Giana, "Kamu tidak tahu siapa Mommy Bonita? Padahal aku membayar kamu dengan harga yang mahal untuk dia. Dia terkenal di antara para wanita malam."

"Saya tidak kenal dengan wanita itu, Tuan. Bahkan baru mendengarnya juga dari Tuan. Lagi pula apa bedanya wanita pagi, siang, sore dan malam? Bukankah sama saja?"

Ello menjawab, "Ya, Mommy Bonita adalah seorang mucikari yang biasanya mencarikan perempuan untuk menjadi penghibur atau teman tidur bagi para pria."

Giana terkejut dan bertanya dengan polos, "Benarkah ada pekerjaan seperti itu, Tuan?" Giana tidak tahu tentang dunia gelap itu, karena dia hanya fokus pada belajar dan menyelesaikan sekolah agar tidak membebani ayahnya yang hanya seorang penjual rokok di kedai kecil.

Ello akhirnya memperhatikan Giana dan terkejut dengan ketidaktahuan Giana tentang Mommy Bonita. Ello kemudian kembali ke ponselnya untuk menghubungi Mommy Bonita dan bertanya tentang Giana.

"Selamat malam, Mommy Bonita. Saya ingin tahu, siapa yang memberikan Giana kepadamu?" tanya Ello

Suara wanita yang lembut dan mendayu di sana menjawab, "Dia adalah salah satu dari anak buahku juga." Ello sengaja menyalakan loud speaker pada ponselnya untuk mendengar percakapan itu. Wanita tersebut bertanya dengan nada seksi, "Apakah dia tidak memuaskanmu, handsome?"

Ello menjawab,"Aku bahkan belum mencobanya, aku hanya ingin tahu dari siapa gadis polos ini berasal?"

Wanita tersebut menjawab, "Namanya Cameron Miller."

"It-itu ibuku," kata Giana seketika

Ello tidak percaya dengan apa yang ia dengar, dia terkejut mengetahui bahwa Giana sungguh dijual oleh ibunya sendiri untuk menjadi seorang pelayan. "Benarkah itu ibumu, ibu kandungmu?" tanya Ello dengan mata melotot.

"Iya, benar Tuan. Ibuku sudah berpisah dengan ayahku ketika aku masih berusia 10 tahun. Sejak itu, aku tidak pernah bertemu dengannya," jawab Giana dengan wajah sedih.

Elo kemudian mematikan sambungan telepon dengan wanita bernama Mommy Bonita.

Ello terdiam sejenak sambil mengusap wajahnya yang kasar. Dia memandangi Giana dengan tatapan kosong, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ello memang terkenal suka berganti pasangan untuk menemani tidurnya di malam hari, tetapi dia tidak pernah membayangkan kalau gadis yang dipesannya dari Bonita, masih virgin, ternyata dijual oleh ibunya sendiri. Meski sebejat-bejatnya Ello, dia tidak bisa membayangkan seorang ibu yang tega menjual anak gadisnya.

Ello memutuskan percakapan dengan Giana dan memerintahkan dia untuk tidur. "Tidurlah, sudah malam. Besok pagi, siapkan semua yang aku butuhkan!" perintah Ello kepada Giana dengan nada tegas.

Giana meninggalkan kamar Ello dan mengangguk setuju dengan perintahnya. Dia menuju kamarnya dan segera berganti dengan pakaian yang lebih longgar untuk bisa lebih nyaman bergerak. Dia takut jika terlalu banyak bergerak dengan pakaian ketat yang ia kenakan sebelumnya akan membuat bajunya robek.

Sementara itu, Ello kembali meraih ponselnya dan menelepon seseorang.

Ello mengirimkan perintah melalui telepon, "Cari tahu tentang keluarga Giana Liam, pelayan baruku! Aku ingin mengetahui latar belakangnya. Besok pagi, informasi yang kau cari harus sudah ada di atas meja kerjaku!" Suaranya berbicara dengan nada tegas dan memerintah seperti biasa.

Esok harinya, sebelum Ello bangun, Giana masuk ke kamar Ello dengan langkah pelan dan menyiapkan segala keperluan Ello. Karena hari masih pagi, Giana hanya mengenakan pakaian santai berupa celana pendek dan kaos tanpa lengan.

Ello terbangun karena Giana membuka gorden di kamarnya. Dia melihat Giana dengan tatapan tajam dan menilai keindahan wanita itu. Dia terkesan dengan kepolosan Giana yang terlihat cantik meskipun tanpa riasan apapun.

Ello masih terlihat mengantuk dan bertanya pada Giana, "Jam berapa?" dengan suara yang masih serak karena baru bangun tidur.

Giana menjawab dengan ramah, "Jam enam, Tuan Ello."

Ello kemudian bertanya apakah air untuk mandinya sudah siap. "Sudah siap, Tuan," jawab Giana dengan sopan. Dia juga menambahkan bahwa pakaian kerja Ello sudah disiapkan dan berharap pakaian itu akan disukainya.

Ello kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Sementara itu, Giana meninggalkan kamar untuk mengambil sarapan pagi untuk Ello, yang terdiri dari susu cokelat dan irisan buah apel dan pir.

Giana membawa nampan sarapan pagi Ello ke dalam kamarnya. Ello terlihat sudah mandi dan mengenakan pakaian rapi, tetapi dia belum mengenakan dasinya.

"Tolong pasangkan dasiku, bisa?" Ello meminta bantuan pada Giana.

"Tentu saja, Tuan," balas Giana.

Giana memasangkan dasi pada leher Ello. Karena tinggi Ello yang sangat menjulang, Giana pun harus berdiri di atas jari-jarinya kakinya alias menjinjit untuk bisa menyesuaikan dasi tersebut sehingga rapi di leher Ello.

Ello memberi peringatan pada Giana sebelum meninggalkan rumah, "Jangan kemana-mana selama aku pergi, tetap di rumah bersama dengan Bibi Jino!"

Giana menjawab dengan sopan, "Baik, Tuan."

Kemudian, Ello dan Giana meninggalkan kamar menuju halaman rumah, dimana mobil telah disiapkan oleh pelayan lain. Giana membawa tas kerja Ello dan menyerahkan kepadanya saat ia akan masuk ke dalam mobil.

Ello memanggil kepala asisten rumah, Jino, dan meminta agar Giana diberikan pakaian lain yang sesuai dengan gaya hidupnya sebagai penghuni rumah tersebut. Jika perlu, pakaian tersebut bisa dibeli di mall atau butik. Ello tidak ingin Giana tetap menggunakan pakaian pelayan, yang biasanya dipakai oleh karyawan lain di rumah tersebut. Jino menyanggupi permintaan Ello.

Namun, Giana merasa tidak mengerti dengan permintaan Ello. Dia kemudian bertanya pada Jino mengenai maksud permintaan tuannya setelah Ello pergi dari ruangan tersebut. Jino menjelaskan bahwa Ello tidak ingin Giana terlihat seperti pelayan, namun memakai pakaian yang lebih sopan dan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.

"Kenapa Tuan meminta begitu, Bi?" tanya Giana bingung.

"Ya, Tuan tidak ingin kamu dianggap sebagai seorang pelayan. Tuan menginginkan kamu terlihat lebih baik," jelas Jino.

"Kalau begitu, tidak perlu membeli kan, Bi? Aku punya beberapa pakaian yang pantas untuk dipakai di rumah ini," ujar Giana.

Jino tersenyum, "aku pastikan akan mengkomunikasikan hal ini dengan Tuan. Tapi pasti akan lebih baik jika kamu bisa menampilkan sisi terbaik dari dirimu, Giana."

"Kamu turuti saja permintaan Tuan kali ini, mandi dan bersiaplah. Aku antar kamu ke butik langganan, disana banyak pakaian-pakaian untuk seusiamu, semoga Tuan Ello senang," lanjut Jino

Setelah Ello memerintahkan Jino untuk memberikan Giana pakaian baru, Giana hanya mengangguk patuh. Namun, dalam pikirannya, dia bertanya-tanya dengan uang apa dia akan membeli pakaian tersebut. Mungkinkah gaji dia akan dipotong? Sebenarnya, dia tidak membutuhkan pakaian baru. Giana lebih memilih menghemat gajinya untuk menabung untuk kuliah kelak.

Sementara itu, Ello sudah masuk ke dalam gedung pencakar langit tempat dia bekerja sebagai CEO dari berbagai jenis bidang usaha, seperti eksport dan import barang. Ketika dia sampai di ruang kerjanya, dia melihat seorang pria sudah menunggunya sejak beberapa saat yang lalu.

"Sudahkah kamu mendapatkan apa yang aku minta semalam, Kai?" tanya Ello

"Sudah, Tuan. Semua ada di map yang saya letakkan di meja anda." Kai atau Kairo menjawab bahwa semua yang diminta oleh Ello semalam sudah tersedia dan disimpan dalam sebuah map yang dia letakkan di atas meja Ello. Kairo sendiri merupakan asisten Ello yang sudah bekerja bersamanya selama beberapa waktu dan hampir sebaya dengan Ello.

Ello duduk di kursi kerjanya sambil menatap map hitam yang terletak di meja. "Apakah hari ini Hover mau bicara?" tanyanya pada Kai yang berdiri di depannya.

Kai menggelengkan kepalanya, "Belum. Hover masih belum bersedia untuk berbicara. Dia hanya terus mengirimkan barang ke tempat yang tidak diketahui."

"Tapi kita harus mencari tahu di mana dia berada dan apa yang sedang direncanakannya," balas Ello dengan serius.

Kai mengangguk, "Saya setuju. Tapi bagaimana caranya?"

Ello berpikir sejenak, lalu berkata tegas,"Kalau begitu ambil adiknya, dan bawa ke markas. Pasti Hover akan mau berbicara jika nyawa adiknya menjadi taruhannya!"

"Siap!" balas Kai yang kemudian berpamitan keluar dari ruangan Ello.

Ello membuka map hitam yang dipegangnya dan memeriksa isinya dengan cermat. Setelah beberapa saat membaca, dia tersenyum lebar dan menutup map itu dengan hati-hati.

"Akhirnya aku menemukannya," gumam Ello dengan gembira, wajahnya terlihat berbinar.

Dia merasa senang karena orang yang selama ini dicarinya akhirnya ditemukan. Ello merasa seperti mendapat hadiah besar setelah melakukan pencarian yang panjang dan sulit selama ini.

"Tidak sia-sia telah berjuang selama ini," pikirnya dengan senyum bahagia masih terlihat di wajahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!