Bab 14 : WCTR

Andra keluar dari ruangan meeting bersama dengan Hansen. Dia mencoba menelfon Luna, namun ponsel Luna sedang sibuk terus hingga dia terus mencoba beberapa kali. Andra jadi teringat dengan ucapan Luna semalam.

"Tapi yang menelfonku adalah seorang pria."

Tiba-tiba Andra menjadi resah memikirkan kata-kata Luna itu. Benarkah semalam yang menelfon Luna adalah seorang pria? Mungkinkah itu pria yang bernama Radit? Pria yang disebut Luna dalam tidurnya empat bulan lalu.

"Hansen, aku ada tugas untuk kamu." ucap Andra seraya menyimpan kembali ponselnya dibalik jasnya.

"Tugas apa itu, Tuan?" tanya Hansen berdiri menghadap tuannya.

"Tolong kamu suruh orang untuk memindahkan barang-barang Aleena dari dalam kamarku dilantai dua. Dan masukkan barang-barang milik Luna yang ada didalam koper ke dalam lemari. Pastikan sebelum aku pulang semuanya sudah beres. Dan jangan lupa kamu awasi pekerjaan orang itu, pastikan dia bekerja dengan benar."

Sejak empat bulan ini Andra memang belum mengijinkan Luna untuk memakai lemari pakaian milik Aleena. Pria itu masih sangat kehilangan Aleena sehingga dia tidak rela jika barang-barang yang mengingatkannya pada mendiang istrinya itu sampai dia pindahkan ke tempat lain.

Namun hari ini, entah ada apa dengan hari ini. Tiba-tiba saja Andra kepikiran Luna terus. Bahkan dia sampai tidak berkonsentrasi saat memimpin rapat tadi. Tidak mungkinkan hanya karena sebuah ciuman dipipi mampu membuatnya seperti tersihir oleh Luna. Hingga bayang-bayang wajah Luna terus menari-nari di pikirannya.

Hansen menganggukkan kepalanya, "Baik, Tuan muda. Saya akan mencari seorang pelayan wanita untuk melakukannya."

"Lakukan sekarang juga!" Andra sengaja memerintah Hansen karena semua pelayan dirumah sedang diliburkan oleh mamanya.

Kemudian Hansen pun segera pergi untuk menjalankan tugas dari tuannya. Dalam hal ini Andra memang bisa mempercayakan pada Hansen. Asistennya itu selalu bisa untuk diandalkan.

Setelah Hansen pergi, Felicia datang menghampiri Andra sebelum pria itu sempat melangkahkan kakinya ke ruangan kerjanya.

"Kak, ayo kita makan siang bareng." ajak Felicia.

Andra tidak langsung menjawab, sebenarnya dia ingin keruangan kerjanya untuk mencoba menelfon Luna lagi. Karena semalam Luna mengeluh perutnya sakit sehingga Andra merasa sedikit khawatir. Dia ingin menanyakan kondisinya.

"Baiklah." jawab Andra membuat Felicia tersenyum kegirangan.

Mereka makan ditempat mereka biasa makan. Didekat kantor memang ada sebuah restauran yang menjadi langganan untuk mereka makan setiap hari.

"Rafandra Harrison, seandainya kamu tau sebuah rahasia. Apa kamu masih bisa setenang ini?" batin Felicia. Saat ini mereka sudah duduk di restauran dan sedang menunggu makanan yang mereka pesan datang.

Andra memang sedang duduk dengan tenang sembari mencoba menelfon Luna lagi. Namun Luna tidak menjawab telefonnya.

"Sebenarnya apa yang sedang gadis lakukan sampai dia mengabaikan panggilanku terus." gumam Andra dalam hati.

...☘️☘️☘️☘️☘️...

Damar yang mendengar suara dering telefon dari kamar Felicia menjadi ingin melihat kamar putrinya itu. Apakah mungkin Felicia meninggalkan ponselnya di rumah? Namun itu bukan suara nada dering ponsel Felicia.

Karena penasaran, Damar memegang gagang pintu dan ingin membuka pintu kamar itu. Namun dia tidak jadi membukanya saat melihat Soraya pulang. Rupanya Soraya ingin mengambil barangnya yang ketinggalan dikamar.

Akhirnya Damar memilih untuk menghampiri istrinya saja. Dia sampai melupakan dering telefon yang terdengar dari dalam kamar Felicia tadi.

"Ma! Mama ini sudah tua. Harusnya mama malu keluyuran terus setiap hari." ucap Damar dengan nada tinggi. Dia sudah sangat kesal pada istrinya itu. Entah harus dengan cara apa lagi dia harus menasehati istrinya untuk meninggalkan gaya hidup borosnya.

"Enak aja mama dibilang udah tua. Papa tuh yang udah tua! Penyakitan lagi." balas Soraya tidak terima karena dikatain tua sama suaminya.

Soraya kembali berkata, "Mending papa minta Andra supaya memasukkan lagi papa kedalam perusahaannya. Biar kita jadi ada pemasukan lagi. Biar papa jadi ada gunanya dikit, daripada gak jelas diam dirumah."

Damar nampak marah mendengar ucapan istrinya, dia sampai mengangkat tangan kanannya dan ingin menampar wajah wanita itu.

"Kenapa? Papa mau nampar mama? Papa ingat ya, dulu papa yang cinta mati sama mama sampai papa lebih memilih cerai dari Dania. Jadi jangan papa pikir mama tidak berani meminta cerai jika papa berani kasar sama mama!" Nafas Soraya nampak menggebu-gebu, matanya memerah karena menahan kesal. Akhirnya dia memilih pergi kekamarnya sebentar sebelum akhirnya pergi keluar rumah.

Sebenarnya dulu Soraya memang sengaja membuat Damar tergila-gila padanya. Apalagi dengan jabatan yang dimiliki oleh Damar diperusahaan keluarga Harrison, membuat Soraya rela menjadi seorang pelakor dalam rumah tangga Damar dan Dania.

"Ya Tuhan, aku sudah sangat bersalah pada Dania. Mungkin ini semua adalah karma untukku." gumam Damar dengan mata yang nampak berkaca-kaca.

Damar kembali teringat akan Dania, istri pertamanya. Seandainya saja dulu dia tidak terjebak kedalam permainan Soraya, mungkin sekarang dia sudah bahagia hidup dengan Dania dan kedua putri mereka, Aleena dan Luna. Sekarang semuanya hanya tinggal penyesalan.

Rupanya sejak tadi Luna juga mendengarkan pertengkaran papa dan mama tirinya itu dari balik pintu kamar Felicia. Air mata Luna menetes, dia merasa kasihan pada papanya. Tidak seharusnya papanya diperlakukan seperti ini oleh mama tirinya itu.

Luna mendapatkan sebuah pesan masuk di ponselnya. Beruntung tadi Luna sudah men-silence nada dering ponselnya saat papanya tidak jadi membuka pintu kamar itu. Karena sejak tadi nomor dengan nama kontak 'Pria Tampan' terus berusaha menghubunginya. Kemudian Luna membuka pesan itu.

[ Hei, Nona. Aku ingin bertemu denganmu dan mengajakmu untuk makan siang. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf kamu padaku. Sekarang juga aku menunggumu ditaman yang kemarin, jika kamu tidak datang maka aku akan terus meneror kamu sampai suami kamu menceraikan kamu. ]

Luna merasa sangat kesal sekali setelah membaca pesan dari pria itu. Sampai dia hampir saja membanting ponselnya sendiri saking kesalnya.

"Dasar cowok rese! Berani sekali dia mengancamku. Awas saja, aku kerjain balik kamu nanti." Luna berkata pada dirinya sendiri dengan kesal. Lalu dia keluar dari kamar Felicia dengan sangat hati-hati. Dia ingin mencari keberadaan papanya.

Rupanya Damar sedang duduk disebuah kursi, di teras belakang rumahnya. Dia sedang memikirkan masa lalunya bersama Dania. Damar sampai lupa jika dia tadi sedang mencari Luna untuk mengajaknya makan siang.

"Pa, Luna mau pergi sebentar ya?" Luna menghampiri Damar. Lamunan Damar langsung buyar begitu mendengar suara putrinya. Pria itu segera bangun dari duduknya dan menatap wajah Luna.

"Kamu mau kemana?" tanya Damar pada Luna.

"Luna ada janji sama teman pa. Luna janji sebelum kak Andra datang, Luna pasti sudah pulang." jawab Luna.

Damar mengernyitkan keningnya, "Teman? Memangnya sejak kapan kamu punya teman?"

Damar bukannya tidak suka jika Luna memiliki teman. Hanya saja siapa lagi yang Luna kenal dikota itu selain keluarganya dan keluarga suami Luna, yaitu keluarga Harrison.

Damar melanjutkan kata-katanya, "Luna, papa senang jika kamu sudah punya teman dikota ini. Tapi kamu jangan terlalu percaya sama orang yang baru kamu kenal, takutnya mereka berniat jahat sama kamu. Apa nak Andra juga kenal dengan teman kamu itu?"

Luna nampak bingung untuk menjawab. Semua ini gara-gara pria rese yang dia temui kemarin. Namun Luna juga ingin datang ke taman karena berharap bisa bertemu kembali dengan pria yang membawa anak kecil kemarin. Karena Luna tidak mendapatkan petunjuk apapun dikamar Felicia tadi.

"Iya, Pa. Kak Andra juga kenal kok. Dia temannya kak Andra dan kak Andra juga tau kalau Luna mau ketemuan sama temennya itu." Luna terpaksa berbohong, dia tidak ingin membuat papanya khawatir.

Damar menganggukkan kepalanya, "Ya sudah, yang penting suami kamu sudah tau kalau kamu mau ketemuan sama temennya."

Setelah berpamitan pada papanya, Luna pergi ke taman dengan menaiki taksi online. Dia sangat berharap bisa bertemu dengan pria dalam foto itu lagi. Luna ingin tau apa hubungan pria itu dengan Aleena dimasa lalu. Atau foto-foto itu hanya fitnahan Felicia saja untuk mendapatkan Andra.

...❣️❣️❣️❣️❣️...

Terpopuler

Comments

Rona Risa

Rona Risa

nasi sudah jadi bubur... paling kasihan ya luna 🥲

2024-03-31

6

Rona Risa

Rona Risa

aslinya emang kenal... tapi luna jangan terlalu naif lah 😅

2024-03-31

1

Rona Risa

Rona Risa

sifat melindungi dari seorang ayah langsung muncul

2024-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kepergian Aleena.
2 Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3 Bab 3 : Kehidupan Baru.
4 Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5 Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6 Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7 Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8 Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9 Bab 9 : Laura Pohan.
10 Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11 Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12 Bab 12 : Tamu Bulanan.
13 Bab 13 : Dirumah Papa.
14 Bab 14 : WCTR
15 Bab 15 : WCTR
16 Bab 16 : WCTR
17 Bab 17 : WCTR
18 Bab 18 : WCTR
19 Bab 19 : WCTR
20 Bab 20 : WCTR
21 Bab 21 : WCTR
22 Bab 22 : WCTR
23 Bab 23 : WCTR
24 Bab 24 : WCTR
25 Bab 25 : WCTR
26 Bab 26 : WCTR
27 Bab 27 : WCTR
28 Bab 28 : WCTR
29 Bab 29 : WCTR
30 Bab 30 : WCTR
31 Bab 31 : WCTR
32 Bab 32 : WCTR
33 Bab 33 : WCTR
34 Bab 34 : WCTR
35 Bab 35 : WCTR
36 Bab 36 : WCTR
37 Bab 37 : WCTR
38 Bab 38 : WCTR
39 Bab 39 : WCTR
40 Bab 40 : WCTR
41 Bab 41 : WCTR
42 Bab 42 : WCTR
43 Bab 43 : WCTR
44 Bab 44 : WCTR
45 Bab 45 : WCTR
46 Bab 46 : WCTR
47 Bab 47 : WCTR
48 Bab 48 : WCTR
49 Bab 49 : WCTR
50 Bab 50 : WCTR
51 Bab 51 : WCTR
52 Bab 52 : WCTR
53 Bab 53 : WCTR
54 Bab 54 : WCTR
55 Bab 55 : WCTR
56 Bab 56 : WCTR
57 Bab 57 : WCTR
58 Bab 58 : WCTR
59 Bab 59 : WCTR
60 Bab 60 : WCTR
61 Bab 61 : WCTR
62 Bab 62 : WCTR
63 Bab 63 : WCTR
64 Bab 64 : WCTR
65 Bab 65 : WCTR
66 Bab 66 : WCTR
67 Bab 67 : WCTR
68 Bab 68 : WCTR
69 Bab 69 : WCTR
70 Bab 70 : WCTR
71 Bab 71 : WCTR
72 Bab 72 : WCTR
73 Bab 73 : WCTR
74 Bab 74 : WCTR
75 Bab 75 : WCTR
76 Bab 76 : WCTR
77 Bab 77 : WCTR
78 Bab 78 : WCTR
79 Bab 79 : WCTR
80 Bab 80 : WCTR
81 Bab 81 : WCTR (FINAL)
82 Pengumuman
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Kepergian Aleena.
2
Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3
Bab 3 : Kehidupan Baru.
4
Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5
Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6
Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7
Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8
Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9
Bab 9 : Laura Pohan.
10
Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11
Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12
Bab 12 : Tamu Bulanan.
13
Bab 13 : Dirumah Papa.
14
Bab 14 : WCTR
15
Bab 15 : WCTR
16
Bab 16 : WCTR
17
Bab 17 : WCTR
18
Bab 18 : WCTR
19
Bab 19 : WCTR
20
Bab 20 : WCTR
21
Bab 21 : WCTR
22
Bab 22 : WCTR
23
Bab 23 : WCTR
24
Bab 24 : WCTR
25
Bab 25 : WCTR
26
Bab 26 : WCTR
27
Bab 27 : WCTR
28
Bab 28 : WCTR
29
Bab 29 : WCTR
30
Bab 30 : WCTR
31
Bab 31 : WCTR
32
Bab 32 : WCTR
33
Bab 33 : WCTR
34
Bab 34 : WCTR
35
Bab 35 : WCTR
36
Bab 36 : WCTR
37
Bab 37 : WCTR
38
Bab 38 : WCTR
39
Bab 39 : WCTR
40
Bab 40 : WCTR
41
Bab 41 : WCTR
42
Bab 42 : WCTR
43
Bab 43 : WCTR
44
Bab 44 : WCTR
45
Bab 45 : WCTR
46
Bab 46 : WCTR
47
Bab 47 : WCTR
48
Bab 48 : WCTR
49
Bab 49 : WCTR
50
Bab 50 : WCTR
51
Bab 51 : WCTR
52
Bab 52 : WCTR
53
Bab 53 : WCTR
54
Bab 54 : WCTR
55
Bab 55 : WCTR
56
Bab 56 : WCTR
57
Bab 57 : WCTR
58
Bab 58 : WCTR
59
Bab 59 : WCTR
60
Bab 60 : WCTR
61
Bab 61 : WCTR
62
Bab 62 : WCTR
63
Bab 63 : WCTR
64
Bab 64 : WCTR
65
Bab 65 : WCTR
66
Bab 66 : WCTR
67
Bab 67 : WCTR
68
Bab 68 : WCTR
69
Bab 69 : WCTR
70
Bab 70 : WCTR
71
Bab 71 : WCTR
72
Bab 72 : WCTR
73
Bab 73 : WCTR
74
Bab 74 : WCTR
75
Bab 75 : WCTR
76
Bab 76 : WCTR
77
Bab 77 : WCTR
78
Bab 78 : WCTR
79
Bab 79 : WCTR
80
Bab 80 : WCTR
81
Bab 81 : WCTR (FINAL)
82
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!