Bab 8 : 4 Bulan berlalu.

Ini sudah memasuki bulan keempat pernikahan Luna dan Andra. Namun masih tidak ada yang berubah. Andra masih tetap bersikap dingin pada Luna. Bahkan Andra lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah, dia akan berangkat kekantor lebih pagi dan pulang hingga larut malam.

Rasa cinta Andra pada Aleena membuatnya tidak bisa menerima kehadiran Luna dengan mudah dalam hidupnya. Membuat Luna rasanya ingin menyerah saja dengan sikap pria itu. Berkali-kali Luna berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik untuk Andra, namun suaminya itu seperti tidak pernah melihat kearahnya.

Seperti pagi ini, Luna sudah menyiapkan sarapan untuk Andra. Luna sengaja bangun lebih awal sebelum keduluan sama suaminya. Biar bagaimanapun sekarang dia adalah seorang istri, sudah seharusnya dia melayani suaminya dengan menyiapkan makanan untuknya.

Soal masakan tidak perlu ditanya lagi, karena Luna memang pandai memasak. Semasa hidup, mamanya selalu mengajarinya memasak dan selalu memberikan nasihat-nasihat positif untuk Luna.

Walaupun Luna juga belum mencintai Andra, namun dia tetap harus menghormati Andra sebagai suaminya.

"Kak, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Sebaiknya kamu duduk dan makan dulu." ucap Luna menghampiri Andra yang baru saja melangkahkan kakinya dilantai bawah.

"Aku belum lapar, nanti aku akan sarapan dikantor saja." jawab Andra masih bersikap dingin.

"Kamu kenapa sih kak? Aku sudah capek-capek bangun pagi dan memasak untuk kamu. Tapi jangankan menyentuh, melihatnya saja kamu tidak mau." kali ini kata-kata Luna terdengar begitu kesal. Bagaimana tidak, selama empat bulan ini Andra terus saja bersikap dingin padanya. Keberadaannya dirumah itu seperti tidak terlihat oleh suaminya itu.

"Memangnya siapa yang menyuruh kamu untuk bangun pagi? Menyiapkan makanan? Disini ada tiga pelayan yang bisa melakukan semua pekerjaan rumah, jadi kamu tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk melakukan semua pekerjaan itu." nada bicara Andra terdengar biasa, namun begitu menusuk di hati Luna.

Kemudian Andra melanjutkan kata-katanya, "Nikmati saja hari-hari kamu dengan baik, tidak perlu memperdulikan aku." kemudian Andra segera pergi meninggalkan Luna, dia berjalan ke arah pintu depan.

Luna menatap kesal pada Andra, reflek dia melemparkan centong nasi ditangannya hingga mengenai tungkak kepala suaminya. Luna langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tamatlah riwayatnya pagi ini.

Langkah kaki Andra terhenti. Dia memegangi kepala bagian belakangnya dan melihat centong nasi yang tergeletak dilantai. Andra menarik nafas berat, kemudian dia membalikkan badannya dan menatap Luna yang sedang berdiri dengan wajah panik.

Luna mencoba bersikap tenang, aura wajah Andra membuat Luna merinding. Tatapan pria itu seperti ingin memakannya saja.

Kemudian Luna berpura-pura tertawa. "Si-sinetron kesukaan aku, Ganteng-Ganteng Garangan sepertinya sudah mulai, aku mau pergi nonton dulu."

Luna langsung lari kedalam setelah berkata seperti itu, padahal sinetron yang Luna maksud tayangnya malam hari, bukan pagi hari. Sementara Andra hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah Luna yang selalu membuatnya kesal. Kelakuan Luna sungguh berbanding terbalik dengan Aleena, kakaknya.

Sementara Nyonya Devina sejak tadi mengintip dibalik tembok. Dia menahan tawanya melihat kelakuan Luna dan Andra. Setelah Andra pergi, Nyonya Devina langsung menemui Luna didapur. Rupanya Luna ingin membuat sup, dia sedang mengiris wortel.

"Luna, siang ini kamu kekantor Andra ya? Anterin makan siang untuk Andra." ucap Devina, membuat Luna langsung berhenti mengiris wortel dan menatap ibu mertuanya itu.

"Tapi, ma. Luna belum pernah pergi ketempat seperti itu. Luna takut membuat kak Andra malu disana."

Luna memang belum pernah memasuki gedung kantoran. Tempat yang sering dia kunjungi adalah pasar. Lebih baik dia disuruh jualan sayuran seperti dulu daripada harus pergi kekantor suaminya.

"Kan ada Hansen, asistennya Andra. Nanti mama telefon dia dan suruh dia untuk jemput kamu. Kamu tenang saja, Hansen akan mengarahkan kamu disana."

Luna tidak menjawab, dia masih berfikir. Dirumah saja Andra bersikap dingin padanya, apalagi jika diluar rumah. Mungkin Andra akan berpura-pura tidak mengenalnya.

"Maaf ya, ma. Tapi sepertinya Luna nggak bisa deh, soalnya Luna...." Luna tidak melanjutkan ucapannya saat melihat wajah ibu mertuanya berubah menjadi sedih.

"Padahal dulu Aleena hampir setiap hari datang ke kantor hanya untuk mengantarkan makan siang untuk suaminya. Aleena pasti merasa sangat sedih karena tidak ada yang memperhatikan Andra lagi sekarang." Devina berpura-pura menangis. Walaupun dia memang sangat sedih karena telah kehilangan Aleena, menantu yang sangat dia sayangi.

Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia menjadi serba salah. "Mama jangan nangis dong ma. Iya nanti Luna anterin makanan buat kak Andra."

"Beneran sayang??"

Luna menganggukan kepalanya. Devina langsung memeluknya erat, dia sangat menyayangi Luna seperti dia menyayangi Aleena dulu.

"Makasih ya, sayang."

"Iya, ini sudah menjadi kewajiban Luna sebagai seorang istri, Ma."

Devina melepaskan pelukannya dan mengusap wajah Luna. "Aleena memang tidak salah memilih kamu sebagai istri Andra."

"Ya, sudah, mama mau siapin baju dulu untuk papanya Andra. Mama tinggal dulu ya?"

Sementara Devina pergi ke kamarnya, Luna kembali termenung. Bagaimana jika nanti Andra marah karena dia tanpa ijin datang kekantornya hanya untuk membawakan makan siang? Lalu bagaimana jika orang-orang dikantor mengetahui jika sekarang dia adalah istri Andra? Luna tidak ingin membuat Andra malu karena kehadiran dirinya.

...💖💖💖💖💖...

Siang ini Andra kedatangan temannya sewaktu kuliah dulu. Seorang wanita berparas cantik yang kini berprofesi sebagai seorang model dan pemain film.

"Andra, apa kamu tidak berniat untuk menikah lagi?" tanya Laura, saat ini mereka sedang duduk dikursi sofa ruangan kerja Andra.

"Kenapa memangnya?" tanya Andra balik.

Pernikahan Andra dan Luna memang belum diketahui banyak orang, kecuali keluarga mereka. Karena saat itu mereka masih berduka atas meninggalnya Aleena. Hingga mereka memutuskan untuk menutupi pernikahan Luna dan Andra sementara waktu.

Laura segera bangun dari duduknya, dia berpindah tempat duduk disamping Andra.

"Apa kamu tidak kesepian? Kamu masih sangat muda dan masih membutuhkan belaian." Laura ingin membelai wajah Andra, namun pria itu langsung menangkap pergelangan tangannya.

"Aku atau kamu yang membutuhkan itu?"

Andra sangat tau wanita seperti apa Laura. Wanita itu memang sudah mengejar-ngejarnya sejak mereka duduk dibangku kuliah dulu. Namun Laura juga adalah wanita gampangan yang bisa tidur dengan pria manapun selama itu menguntungkan baginya.

"Jangan munafik, Ndra. Kita sama-sama sudah dewasa. Jika kamu mau, aku bisa memberikan apa yang kamu inginkan sekarang." Laura menurunkan bagian lengan dress yang dia pakai, hingga belahan gundukan melon miliknya terlihat dan nampak begitu menggoda. Jika sudah seperti ini tidak akan ada pria yang berani menolak pesonanya.

Sementara itu dibalik pintu, sejak tadi Felicia sedang menguping pembicaraan Andra dan temannya itu. Kebetulan pintu ruangan itu memang tidak ditutup dengan rapat hingga Felicia bisa mendengar dan mengintip sedikit jika wanita itu sedang mencoba untuk merayu Andra.

"Dasar wanita sialan! Ngapain sih dia nunjukin asetnya didepan Andra." maki Felicia dalam hati. Felicia begitu takut jika Andra akan tergoda dengan wanita itu.

Tiba-tiba Felicia mendengar suara langkah kaki, dia langsung membalikkan tubuhnya dan melihat Luna datang bersama dengan asisten Hansen. Felicia langsung buru-buru menghampiri mereka.

"Luna, kakak kangen sekali sama kamu. Sudah lama kamu tidak main kerumah, baru saja kakak berniat ingin mengunjungi kamu nanti sepulang dari kantor, tapi kita malah bertemu disini." Felicia harus bersikap baik pada Luna didepan asisten Hansen. Dia harus terlihat seperti kakak yang baik pada adiknya, walaupun mereka hanya saudara tiri.

"Maaf kak, aku belum sempat pulang ke rumah. Jika ada waktu aku pasti akan datang untuk berkunjung."

Luna bukannya tidak ingin pulang mengunjungi papanya. Namun jika dia pulang tidak bersama dengan Andra, papanya pasti akan mempertanyakannya. Luna tidak mau membuat papanya sedih karena hubungannya dengan Andra memang belum ada perubahan.

Felicia menatap pada rantang makanan yang ditangan Luna. "Kamu kesini pasti mau bawain makan siang untuk kak Andra kan?"

Kemudian Felicia menatap pada asisten Hansen, "Biar aku saja yang mengantarkan Luna keruangan kak Andra."

Assisten Hansen mengangguk kepalanya, "Baiklah, kalau begitu saya turun dulu."

Asisten Hansen begitu percaya pada Felicia, karena Felicia adalah kakak Luna.

"Ayo ikut kakak, kakak anterin kamu keruangan kak Andra."

Kemudian Felicia menarik tangan Luna. Sesampainya didepan pintu ruangan Andra, Felicia langsung mendorong tubuh Luna untuk masuk ke dalam.

Luna nampak kebingungan, dia tidak mengerti mengapa Felicia tiba-tiba mendorong tubuhnya. Luna melihat sekeliling tempat itu, sebuah ruangan kerja yang begitu luas. Namun tatapan Luna terhenti disebuah sofa, dia begitu tercengang saat melihat tubuh suaminya sedang berada di bawah kungkungan seorang wanita.

...💐💐💐💐💐...

🌈Aku tunggu like, komen, vote dan hadiahnya kakak-kakak. Biar makin semangat update 🤭🙏

Terpopuler

Comments

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

ayolah thor jgn bikin Luna lembek2 amat...kuat sedikit napa

2024-04-22

2

Anita Jenius

Anita Jenius

Lanjut baca kak

2024-04-09

1

Rona Risa

Rona Risa

haduuuw 😅

2024-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kepergian Aleena.
2 Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3 Bab 3 : Kehidupan Baru.
4 Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5 Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6 Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7 Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8 Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9 Bab 9 : Laura Pohan.
10 Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11 Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12 Bab 12 : Tamu Bulanan.
13 Bab 13 : Dirumah Papa.
14 Bab 14 : WCTR
15 Bab 15 : WCTR
16 Bab 16 : WCTR
17 Bab 17 : WCTR
18 Bab 18 : WCTR
19 Bab 19 : WCTR
20 Bab 20 : WCTR
21 Bab 21 : WCTR
22 Bab 22 : WCTR
23 Bab 23 : WCTR
24 Bab 24 : WCTR
25 Bab 25 : WCTR
26 Bab 26 : WCTR
27 Bab 27 : WCTR
28 Bab 28 : WCTR
29 Bab 29 : WCTR
30 Bab 30 : WCTR
31 Bab 31 : WCTR
32 Bab 32 : WCTR
33 Bab 33 : WCTR
34 Bab 34 : WCTR
35 Bab 35 : WCTR
36 Bab 36 : WCTR
37 Bab 37 : WCTR
38 Bab 38 : WCTR
39 Bab 39 : WCTR
40 Bab 40 : WCTR
41 Bab 41 : WCTR
42 Bab 42 : WCTR
43 Bab 43 : WCTR
44 Bab 44 : WCTR
45 Bab 45 : WCTR
46 Bab 46 : WCTR
47 Bab 47 : WCTR
48 Bab 48 : WCTR
49 Bab 49 : WCTR
50 Bab 50 : WCTR
51 Bab 51 : WCTR
52 Bab 52 : WCTR
53 Bab 53 : WCTR
54 Bab 54 : WCTR
55 Bab 55 : WCTR
56 Bab 56 : WCTR
57 Bab 57 : WCTR
58 Bab 58 : WCTR
59 Bab 59 : WCTR
60 Bab 60 : WCTR
61 Bab 61 : WCTR
62 Bab 62 : WCTR
63 Bab 63 : WCTR
64 Bab 64 : WCTR
65 Bab 65 : WCTR
66 Bab 66 : WCTR
67 Bab 67 : WCTR
68 Bab 68 : WCTR
69 Bab 69 : WCTR
70 Bab 70 : WCTR
71 Bab 71 : WCTR
72 Bab 72 : WCTR
73 Bab 73 : WCTR
74 Bab 74 : WCTR
75 Bab 75 : WCTR
76 Bab 76 : WCTR
77 Bab 77 : WCTR
78 Bab 78 : WCTR
79 Bab 79 : WCTR
80 Bab 80 : WCTR
81 Bab 81 : WCTR (FINAL)
82 Pengumuman
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Kepergian Aleena.
2
Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3
Bab 3 : Kehidupan Baru.
4
Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5
Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6
Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7
Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8
Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9
Bab 9 : Laura Pohan.
10
Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11
Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12
Bab 12 : Tamu Bulanan.
13
Bab 13 : Dirumah Papa.
14
Bab 14 : WCTR
15
Bab 15 : WCTR
16
Bab 16 : WCTR
17
Bab 17 : WCTR
18
Bab 18 : WCTR
19
Bab 19 : WCTR
20
Bab 20 : WCTR
21
Bab 21 : WCTR
22
Bab 22 : WCTR
23
Bab 23 : WCTR
24
Bab 24 : WCTR
25
Bab 25 : WCTR
26
Bab 26 : WCTR
27
Bab 27 : WCTR
28
Bab 28 : WCTR
29
Bab 29 : WCTR
30
Bab 30 : WCTR
31
Bab 31 : WCTR
32
Bab 32 : WCTR
33
Bab 33 : WCTR
34
Bab 34 : WCTR
35
Bab 35 : WCTR
36
Bab 36 : WCTR
37
Bab 37 : WCTR
38
Bab 38 : WCTR
39
Bab 39 : WCTR
40
Bab 40 : WCTR
41
Bab 41 : WCTR
42
Bab 42 : WCTR
43
Bab 43 : WCTR
44
Bab 44 : WCTR
45
Bab 45 : WCTR
46
Bab 46 : WCTR
47
Bab 47 : WCTR
48
Bab 48 : WCTR
49
Bab 49 : WCTR
50
Bab 50 : WCTR
51
Bab 51 : WCTR
52
Bab 52 : WCTR
53
Bab 53 : WCTR
54
Bab 54 : WCTR
55
Bab 55 : WCTR
56
Bab 56 : WCTR
57
Bab 57 : WCTR
58
Bab 58 : WCTR
59
Bab 59 : WCTR
60
Bab 60 : WCTR
61
Bab 61 : WCTR
62
Bab 62 : WCTR
63
Bab 63 : WCTR
64
Bab 64 : WCTR
65
Bab 65 : WCTR
66
Bab 66 : WCTR
67
Bab 67 : WCTR
68
Bab 68 : WCTR
69
Bab 69 : WCTR
70
Bab 70 : WCTR
71
Bab 71 : WCTR
72
Bab 72 : WCTR
73
Bab 73 : WCTR
74
Bab 74 : WCTR
75
Bab 75 : WCTR
76
Bab 76 : WCTR
77
Bab 77 : WCTR
78
Bab 78 : WCTR
79
Bab 79 : WCTR
80
Bab 80 : WCTR
81
Bab 81 : WCTR (FINAL)
82
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!