Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.

Luna merasa sangat panik, bahkan dia sampai tidak memperhatikan penampilan Andra yang keluar hanya dengan memakai handuk saja untuk menutupi bagian bawahnya.

Andra melihat pakaian yang sudah disiapkan oleh Luna diatas ranjang, kemudian dia menatap Luna yang sedang berdiri didepan lemari.

"Kenapa kamu masih disini? Kamu bisa keluar dan menunggu dibawah." Andra mengambil kemeja putih dari atas ranjang dan memakainya.

Luna tidak menjawab, dia menggigit bibir bawahnya. Pikirannya saat ini masih fokus pada benda yang dia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Apa kamu tidak mendengar ucapanku barusan? Aku meminta kamu untuk menunggu diluar." ucap Andra sambil mengancing kancing kemejanya satu persatu.

Luna meremas pakaian dalam milik Andra yang sedang dia sembunyikan dibelakang tubuhnya, kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Aku mengerti, aku akan keluar dulu."

Luna segera pergi meninggalkan kamar, kali ini Luna keluar kamar dengan membawa ce-lana da-lam milik Andra. Tadinya dia berniat memberikannya, namun sikap dingin Andra membuatnya mengurungkan niatnya.

Luna menutup kembali pintu kamar, lalu dia menarik nafas panjang. Luna memandangi benda yang ada ditangannya yang sejak tadi dia sembunyikan.

"Sekarang gara-gara kamu aku kena masalah lagi. Nanti apa lagi coba?" kali ini Luna berbicara dengan benda berbentuk segitiga itu. Seolah-olah benda itu juga bisa mendengar ucapannya. Beruntung tadi pagi dia sudah menyimpan lingerie seksi pemberian ibu mertuanya kedalam kopernya sebelum Andra masuk ke kamar mandi dan melihatnya.

Luna melihat ke sekelilingnya yang nampak sepi, mungkin semua orang sedang berada di lantai bawah. Karena kamar Andra memang terletak di lantai dua rumah itu.

"Aku simpan dimana ya?" Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mungkin dia masuk kembali ke dalam kamar hanya untuk memberikan benda itu pada Andra. Bisa-bisa Andra akan marah padanya.

Luna melihat dirinya sendiri, kebetulan dia memakai dress pendek selutut. Kemudian Luna memiliki sebuah ide, dia menaikkan sedikit roknya dan memasukkan pakaian dalam itu ke dalam perutnya.

"Simpan disini saja dulu, nanti kalau kak Andra sudah berangkat ke kantor tinggal aku kembalikan lagi kedalam lemari." ujar Luna.

Kemudian Luna segera turun ke lantai bawah. Seorang asisten rumah tangga bernama Lili yang melihat kehadiran Luna langsung tersenyum dan menyapa istri tuan mudanya itu dengan ramah.

"Selamat pagi nona Luna. Mari saya antar ke meja makan, Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu diruang makan." Lili mengantarkan Luna sampai ke ruang makan.

Luna memang belum mengetahui seluk beluk rumah itu hingga tadi Nyonya Devina sengaja menyuruh salah satu asisten rumah tangganya untuk menunggu dibawah tangga, untuk berjaga-jaga jika Luna turun sendirian dan merasa kebingungan.

"Selamat pagi, Luna. Ayo duduk sayang." sapa Devina dengan senyuman hangat. Luna pun tersenyum dan membalas ucapan selamat pagi dari ibu mertuanya.

Lili membantu menarikkan kursi untuk Luna. Kemudian Luna segera duduk. Tangannya masih memegangi perutnya karena takut celana yang dia sembunyikan akan terjatuh. Pasti akan sangat memalukan sekali.

"Kenapa sayang, apa perut kamu sakit?" tanya Devina karena sejak tadi Luna terus memegangi perutnya. Devina tersenyum malu, mungkinkah semalam putranya dan Luna sudah cetak gol?

Meskipun Andra sangat mencintai Aleena, namun yang namanya kucing jika dikasih daging pasti akan dimakan juga. Meskipun pernikahan mereka masih terlalu dini, namun Devina berharap jika Luna dan Andra akan segera memiliki seorang anak.

Dulu Devina selalu rajin menemani Aleena pergi ke dokter kandungan untuk berkonsultasi supaya Aleena cepat hamil. Namun Aleena sudah pergi lebih dulu sebelum keinginan itu sempat terwujud.

"Gak apa-apa ma, Luna baik-baik saja kok." Luna terpaksa berbohong, sejak tadi dia memang terus memegangi perutnya karena takut barang yang dia sembunyikan terjatuh. Dia berniat mengembalikan barang itu selesai sarapan.

Tak lama kemudian Andra datang dengan style kerjanya. Penampilan pria berusia 28 tahun itu sukses mencuri perhatian Luna. Luna merasa Andra terlihat sangat tampan dengan berpakaian seperti sekarang.

Kemudian Andra segera duduk disamping Luna. Sebenarnya Andra masih sangat kehilangan, itulah sebabnya dia memilih untuk pergi ke kantor. Dengan bekerja mungkin akan membuat suasana hatinya sedikit lebih baik. Kemudian mereka pun menikmati sarapan pagi mereka.

"Andra sudah selesai makan, Andra berangkat ke kantor dulu." Andra segera bangun dari duduknya, dia menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Sayang, kamu tidak perlu buru-buru masuk kantor. Ada papa kamu ini yang bisa menghandle semua pekerjaan. Sebaiknya kamu dirumah dulu dan menemani Luna dirumah." ujar Devina, membuat Luna yang sedang makan segera menghentikan makannya dan menatap ke arah Andra yang sedang berdiri di sampingnya.

Andra menatap Luna sebentar. "Pekerjaanku jauh lebih penting dari apapun. Kecuali jika masih ada Aleena disini."

Luna segera menurunkan pandangannya dari suaminya itu, lalu dia berpura-pura tertawa. Dia sadar kehadirannya dirumah itu memang belum dianggap ada oleh Andra.

"Tidak apa-apa ma, biarkan saja kak Andra pergi ke kantor. Luna tidak apa-apa kok sendirian dirumah." ucap Luna.

Devina tersenyum dan memegang tangan Luna yang berada diatas meja. "Kamu memang wanita yang sangat pengertian. Kamu sangat mirip sekali dengan kakak kamu, Aleena."

"Kalau begitu Luna anterin kak Andra sampai kedepan dulu ya, ma." Kemudian Luna segera bangun dari duduknya. Ce-lana da-lam milik Andra yang dia simpan dibalik bajunya pun terjatuh ke lantai, membuat Luna membulatkan matanya, bisa-bisanya dia sampai lupa dengan barang itu.

Andra menatap kaget pada benda yang sangat familiar itu. Antonio dan Devina memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat apa yang dijatuhkan oleh Luna. Mereka langsung menahan tawa saat menyadari benda apa itu yang tergeletak diatas lantai.

Andra menarik nafas berat, dia memejamkan matanya sebentar, menahan marah dalam dirinya. Seumur hidupnya baru kali ini dia mengalami hal memalukan seperti ini.

Kemudian Andra membungkukkan badannya dan mengambil ce-lana da-lam itu dengan cepat, lalu dia menatap Luna dengan tatapan marah.

"Jangan pernah menyentuh barang-barang milikku lagi!! Tugasmu disini hanya untuk hidup enak dan menikmati harta keluarga Harrison. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf Aleena karena selama 20 tahun ini kamu sudah hidup menderita diluar sana!!" Andra mengatakannya dengan nada membentak. Dia merasa sangat marah sekali pada Luna.

"Andra!!!!" bentak Devina, wanita itu segera bangun dari duduknya dan menatap kesal pada putranya. Suasana dimeja makan pun berubah menjadi tegang.

Kemudian Andra segera pergi meninggalkan ruang makan. Dia tidak mempedulikan Luna yang masih terdiam tanpa berani menatap kearah kepergiannya.

"Luna...."

Luna buru-buru memotong ucapan Devina, "Ma, Pa, Luna pamit ke kamar dulu ya?"

Luna segera pergi meninggalkan ruangan makan tanpa mendengar jawaban dari kedua mertuanya itu. Dia menutup pintu kamarnya dan menyenderkan tubuhnya dibelakang pintu.

"Kak Aleena... Kenapa kakak memberikan tanggung jawab sebesar ini padaku?" Luna tidak bisa menahan tangisannya lagi. Dia menutup mulutnya dengan tangannya supaya tangisnya tidak sampai terdengar keluar. Kata-kata Andra tadi begitu menusuk hatinya.

...❣️❣️❣️❣️❣️...

💐 Semoga bisa menghibur kalian ya, bagi yang tidak suka dengan ceritanya bisa langsung skip. Dan bagi yang suka mari kita lanjutkan💐

Terpopuler

Comments

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

lagian sih kenapa juga harus d buka2 bukannya lngsung taro z sekalian .. cari perkara sendri kamu mah lun lun....sabar ya luna

2024-04-22

2

Rona Risa

Rona Risa

hiyaa ketahuan 🙈

2024-03-27

1

Rona Risa

Rona Risa

benar... kesibukan bisa mengalihkan kesedihan

2024-03-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kepergian Aleena.
2 Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3 Bab 3 : Kehidupan Baru.
4 Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5 Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6 Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7 Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8 Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9 Bab 9 : Laura Pohan.
10 Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11 Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12 Bab 12 : Tamu Bulanan.
13 Bab 13 : Dirumah Papa.
14 Bab 14 : WCTR
15 Bab 15 : WCTR
16 Bab 16 : WCTR
17 Bab 17 : WCTR
18 Bab 18 : WCTR
19 Bab 19 : WCTR
20 Bab 20 : WCTR
21 Bab 21 : WCTR
22 Bab 22 : WCTR
23 Bab 23 : WCTR
24 Bab 24 : WCTR
25 Bab 25 : WCTR
26 Bab 26 : WCTR
27 Bab 27 : WCTR
28 Bab 28 : WCTR
29 Bab 29 : WCTR
30 Bab 30 : WCTR
31 Bab 31 : WCTR
32 Bab 32 : WCTR
33 Bab 33 : WCTR
34 Bab 34 : WCTR
35 Bab 35 : WCTR
36 Bab 36 : WCTR
37 Bab 37 : WCTR
38 Bab 38 : WCTR
39 Bab 39 : WCTR
40 Bab 40 : WCTR
41 Bab 41 : WCTR
42 Bab 42 : WCTR
43 Bab 43 : WCTR
44 Bab 44 : WCTR
45 Bab 45 : WCTR
46 Bab 46 : WCTR
47 Bab 47 : WCTR
48 Bab 48 : WCTR
49 Bab 49 : WCTR
50 Bab 50 : WCTR
51 Bab 51 : WCTR
52 Bab 52 : WCTR
53 Bab 53 : WCTR
54 Bab 54 : WCTR
55 Bab 55 : WCTR
56 Bab 56 : WCTR
57 Bab 57 : WCTR
58 Bab 58 : WCTR
59 Bab 59 : WCTR
60 Bab 60 : WCTR
61 Bab 61 : WCTR
62 Bab 62 : WCTR
63 Bab 63 : WCTR
64 Bab 64 : WCTR
65 Bab 65 : WCTR
66 Bab 66 : WCTR
67 Bab 67 : WCTR
68 Bab 68 : WCTR
69 Bab 69 : WCTR
70 Bab 70 : WCTR
71 Bab 71 : WCTR
72 Bab 72 : WCTR
73 Bab 73 : WCTR
74 Bab 74 : WCTR
75 Bab 75 : WCTR
76 Bab 76 : WCTR
77 Bab 77 : WCTR
78 Bab 78 : WCTR
79 Bab 79 : WCTR
80 Bab 80 : WCTR
81 Bab 81 : WCTR (FINAL)
82 Pengumuman
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 : Kepergian Aleena.
2
Bab 2 : Menjalankan wasiat dari Aleena.
3
Bab 3 : Kehidupan Baru.
4
Bab 4 : Tragedi Di Pagi Hari.
5
Bab 5 : Niat Untuk Meminta Maaf.
6
Bab 6 : Aku Luna, bukan Aleena.
7
Bab 7 : Belum bisa menerima kenyataan.
8
Bab 8 : 4 Bulan berlalu.
9
Bab 9 : Laura Pohan.
10
Bab 10 : Pria dari masa lalu Aleena.
11
Bab 11 : Marvel Ardiansyah.
12
Bab 12 : Tamu Bulanan.
13
Bab 13 : Dirumah Papa.
14
Bab 14 : WCTR
15
Bab 15 : WCTR
16
Bab 16 : WCTR
17
Bab 17 : WCTR
18
Bab 18 : WCTR
19
Bab 19 : WCTR
20
Bab 20 : WCTR
21
Bab 21 : WCTR
22
Bab 22 : WCTR
23
Bab 23 : WCTR
24
Bab 24 : WCTR
25
Bab 25 : WCTR
26
Bab 26 : WCTR
27
Bab 27 : WCTR
28
Bab 28 : WCTR
29
Bab 29 : WCTR
30
Bab 30 : WCTR
31
Bab 31 : WCTR
32
Bab 32 : WCTR
33
Bab 33 : WCTR
34
Bab 34 : WCTR
35
Bab 35 : WCTR
36
Bab 36 : WCTR
37
Bab 37 : WCTR
38
Bab 38 : WCTR
39
Bab 39 : WCTR
40
Bab 40 : WCTR
41
Bab 41 : WCTR
42
Bab 42 : WCTR
43
Bab 43 : WCTR
44
Bab 44 : WCTR
45
Bab 45 : WCTR
46
Bab 46 : WCTR
47
Bab 47 : WCTR
48
Bab 48 : WCTR
49
Bab 49 : WCTR
50
Bab 50 : WCTR
51
Bab 51 : WCTR
52
Bab 52 : WCTR
53
Bab 53 : WCTR
54
Bab 54 : WCTR
55
Bab 55 : WCTR
56
Bab 56 : WCTR
57
Bab 57 : WCTR
58
Bab 58 : WCTR
59
Bab 59 : WCTR
60
Bab 60 : WCTR
61
Bab 61 : WCTR
62
Bab 62 : WCTR
63
Bab 63 : WCTR
64
Bab 64 : WCTR
65
Bab 65 : WCTR
66
Bab 66 : WCTR
67
Bab 67 : WCTR
68
Bab 68 : WCTR
69
Bab 69 : WCTR
70
Bab 70 : WCTR
71
Bab 71 : WCTR
72
Bab 72 : WCTR
73
Bab 73 : WCTR
74
Bab 74 : WCTR
75
Bab 75 : WCTR
76
Bab 76 : WCTR
77
Bab 77 : WCTR
78
Bab 78 : WCTR
79
Bab 79 : WCTR
80
Bab 80 : WCTR
81
Bab 81 : WCTR (FINAL)
82
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!