"Hei Nona, apa kamu tidak akan bertanggung jawab padaku?"
Luna nampak gelagapan saat ditanya seperti itu. Dia melihat sepatu miliknya yang dia lempar tadi sekarang tengah berada ditangan pria yang berdiri dihadapannya.
Luna melihat pada mobil yang dia kejar tadi, mobil itu sudah tidak terlihat lagi. Kemudian Luna kembali menatap pria dihadapannya.
"Maaf... Maaf... Aku pikir kamu tadi jambret jadi aku lempar kamu pakai sepatu." bohong Luna, dia tidak mungkin mengatakan sebentar jika tadi dia sedang mengejar pria yang tidak dia kenal.
Pria itu mengernyitkan keningnya, "Jambret? Memangnya kamu baru saja dijambret? Kenapa tidak berteriak minta tolong dan malah melempar sepatu?"
Luna nampak berfikir, dia harus mencari jawaban yang tepat. "Aku sampai lupa untuk berteriak karena aku sangat panik tadi. Syukurlah aku tidak jadi kerampokan."
Luna mengambil sepatu miliknya ditangan pria itu dengan cepat. Dia langsung memakainya kembali dikakinya.
"Maaf aku harus segera pergi, soalnya aku buru-buru sekali."
Luna tidak ingin berlama-lama disana, dia ingin segera pergi namun pergelangan tangannya ditahan oleh pria itu. Bahkan pria itu merebut tas Luna dengan paksa dan membukanya.
"Hei apa yang kamu lakukan? Cepat kembalikan tasku! Aku akan ganti rugi, kamu tinggal katakan saja berapa yang harus aku bayar sebagai ganti rugi." Luna berusaha mengambil tasnya kembali, namun pria itu menjauhkan tasnya dari Luna dan mengambil sesuatu dari dalam tas Luna.
Rupanya pria itu mengambil ponsel milik Luna dan segera memasukkan nomor kontaknya disana.
"Aku tidak butuh uangmu, aku hanya butuh nomor ponselmu untuk berjaga-jaga." jawab pria itu dengan santai. Lalu dia memberikan kembali tas dan ponsel Luna setelah berhasil mendapatkan nomor wanita itu.
"Memangnya untuk apa kamu meminta nomorku. Aku tidak ingin berurusan dengan pria seperti kamu!" Luna merasa sangat kesal karena pria itu mengambil paksa nomor telefon miliknya.
"Kamu tidak ingat jika tadi sepatumu itu mengenai kepalaku? Bagaimana jika aku sampai mengalami amnesia? Setidaknya kamu harus bertanggung jawab untuk itu, Nona."
"Memangnya sejak kapan ada orang bisa amnesia hanya karena ditimpuk dengan sepatu? Lagipula aku kan sudah bilang kalau aku tidak sengaja." Luna nampak sangat kesal sekali. Nafasnya sampai tidak beraturan karena menahan marah.
Luna menatap pria itu dengan tajam. "Jangan coba-coba untuk menghubungi aku. Karena aku adalah seorang wanita bersuami. Jika kamu macam-macam maka suamiku tidak akan tinggal diam."
Luna hanya menakut-nakuti pria itu saja. Padahal selama ini suaminya saja selalu mengabaikan dirinya. Mungkin saja Andra juga tidak akan perduli jika dirinya berhubungan dengan pria lain. Karena mereka tidak saling cinta.
Setelah berkata seperti itu Luna segera pergi meninggalkan pria itu. Dia kembali kearah mobilnya dan pak Toni, supir keluarga Harrison yang sedang menunggunya.
Sementara pria itu hanya tersenyum manis saat melihat kepergian Luna. Dia segera menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
"Non Luna tidak apa-apa?" tanya pak Toni saat melihat raut wajah kesal diwajah Luna.
"Gak apa-apa, pak. Kita pulang aja ya sekarang." jawab Luna lalu segera menaiki mobilnya.
Akhirnya Luna memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia mengirimkan pesan pada Felicia jika dia akan menemui kakaknya itu besok saja. Walaupun dia masih sangat penasaran dengan foto-foto Aleena dengan seorang pria. Apalagi tadi dia sempat melihat pria yang mirip dengan pria yang didalam foto kemarin.
Namun Luna merasakan perutnya sedikit sakit dan suasana hatinya juga sedang kesal gara-gara pria tadi meminta nomor telefonnya dengan paksa. Sehingga dia terpaksa menunda pertemuannya dengan Felicia.
...💖💖💖💖💖...
Sore ini Andra kembali kedatangan tamu. Itu adalah Marvel Ardiansyah, teman semasa kuliahnya dulu.
"Sorry Ndra, saat Aleena meninggal aku sedang ada diluar negeri untuk urusan pekerjaan. Jadi aku tidak sempat menghadiri pemakaman Aleena." ucap Marvel. Saat ini mereka sedang duduk dikursi sofa, diruangan kerja Andra.
"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak menyangka jika Aleena akan pergi secepat ini meninggalkanku." sampai saat ini Andra memang belum bisa melupakan Aleena. Bahkan dia belum memindahkan barang-barang milik Aleena dari dalam kamarnya. Sehingga
"Yang sabar ya Ndra. Aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan bisa menemukan pengganti Aleena." Marvel memang belum mengetahui jika Andra sudah menikah lagi.
Tiba-tiba Marvel teringat dengan wanita yang tadi dia temui didepan taman. Wanita yang sudah melemparkan sepatu hingga mengenai kepalanya.
"Ada apa? Aku lihat suasana hatimu sedang senang." tanya Andra saat melihat Marvel sedang senyum-senyum sendiri.
"Tadi aku ketemu sama seorang gadis. Gadis ini benar-benar berbeda dengan wanita-wanita yang biasa aku temui. Dia sangat unik dan menggemaskan." cerita Marvel mengingat pertemuannya dengan gadis tadi.
"Siapa gadis itu? Kamu pasti sudah tau namanya kan?" tanya Andra.
Marvel menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak tau namanya, tapi aku punya nomor telefonnya."
"Dia bilang dia sudah memiliki suami. Tapi aku tidak percaya, dia masih sangat muda. Itu pasti hanya akal-akalan dia supaya aku tidak menelfonnya. Karena tadi aku meminta nomor telefonnya dengan paksa." ucap Marvel sambil terkekeh.
Andra tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu masih tidak berubah. Selalu saja memaksakan keinginan kamu."
"Ayolah, Ndra. Wanita mana sih yang tidak bisa aku luluhkan hatinya."
Marvel memang terkenal playboy saat di kampus dulu. Dia sering gonta-ganti pacar. Dalam sebulan dia bisa ganti dua sampai tiga kali pacar. Marvel memang gampang bosan dengan wanita-wanita yang dia kencani.
"Lihat umurmu sekarang, harusnya kamu sudah menikah dan tidak memilih-milih pasangan lagi. Kapan kamu akan serius hanya dengan satu wanita?" Marvel memang seumuran dengan Andra, 28 tahun. Hingga Andra ingin jika sahabatnya itu bisa mencintai satu wanita saja.
Andra sangat tau sekali jika Marvel tidak pernah benar-benar cinta dengan wanita-wanita yang dia kencani selama ini. Marvel hanya merasa kesepian saja hingga dia mengencani wanita-wanita itu secara bergantian. Maklum saja, kedua orang tua Marvel sudah bercerai sejak Marvel berusia 10 tahun, hingga Marvel merasa sangat kesepian dan butuh kasih sayang dari seseorang. Mungkin Marvel belum mendapatkan wanita yang benar-benar dia cintai, hingga Marvel masih berkelana mencari cinta sejatinya.
"Saat aku menemukan wanita yang bisa membuat hatiku ini bergetar. Jantungku seakan berhenti. Dan mataku seolah tidak mau lepas dari pandangan wajahnya." Marvel berkata seperti itu sambil membayangkan wajah Luna. Saat melihat Luna tadi, Marvel memang merasakan semua itu, hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya pada seorang wanita.
"Pasti gadis yang kamu temui tadi yang kamu maksud kan?" tebak Andra.
"Kok kamu bisa tau Ndra?" tanya Marvel merasa heran.
"Kita kenal sudah lama. Aku tidak pernah melihat kamu membicarakan seorang wanita dengan sorot mata seperti sekarang. Kamu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita tadi bukan?"
Marvel menganggukkan kepalanya sembari tersenyum malu. Andra memang sahabat yang paling bisa mengerti dirinya.
Drdrdttt...
Drdrdttt...
Ponsel Andra bergetar, rupanya ada pesan masuk dari mamanya. Andra segera mengambil ponselnya dari atas meja dan membaca pesan itu.
[ Andra, hari ini mama sama papa berangkat ke Singapura. Papa kamu mendapatkan undangan dari Tuan Michael Janson. Kamu baik-baik sama Luna ya dirumah. Tiga pelayan dirumah kita, Lala, Lili dan Lulu juga sedang mengambil cuti mendadak. Dan jangan lupa untuk pulang lebih awal karena tadi Luna bilang jika dia sedang tidak enak badan. Tolong jaga Luna baik-baik ya, sayang. ]
Andra mengernyitkan keningnya begitu membaca pesan dari mamanya itu. Papanya tidak memberi tau apapun padanya jika Tuan Michael Janson mengundang papanya ke Singapura. Pantas saja Andra tidak melihat papanya hari ini dikantor. Papanya memang biasanya berangkat ke kantor agak siangan.
Andra jadi teringat dengan Luna, istrinya itu pasti sedang sendirian dirumah. Apalagi tadi mamanya bilang jika Luna sedang tidak enak badan.
Andra mencoba untuk menelfon Luna, namun Luna tidak mengangkat telefon darinya. Bahkan Andra mencobanya sampai beberapa kali. Kemudian Andra segera bangun dari duduknya, dia menatap Marvel yang masih duduk di sofa.
"Kenapa Ndra?" tanya Marvel.
"Sepertinya aku harus pulang ke rumah sekarang. Ada sedikit urusan dirumah."
Marvel melihat jam ditangannya. "Ini baru jam 5 sore. Memangnya ada hal penting apa yang bisa membuat seorang Rafandra Harrison ingin pulang lebih awal kerumah? Kecuali Aleena masih hidup, mungkin aku akan percaya jika kamu ingin pulang lebih awal."
Kemudian Marvel ikut bangun dan merangkul pundak Andra.
"Mending kita nongkrong dulu sebentar dicafe sama anak-anak. Ada Amanda juga lho disana." ajak Marvel. Amanda adalah mantan kekasih Andra semasa kuliah dulu.
"Maaf, tapi urusanku ini jauh lebih penting dari apapun. Aku tetap harus pulang sekarang." Andra segera pergi meninggalkan ruangannya dengan diikuti Marvel dibelakangnya.
Dua pria itu turun ke lantai bawah bersama, sebelum akhirnya mereka pergi dengan menaiki mobil mereka masing-masing. Selama didalam mobil Andra mencoba menghubungi Luna kembali, namun Luna tetap tidak menjawab telefonnya.
"Luna, ayo angkat telefonnya." gumam Andra mulai merasa khawatir.
...💐💐💐💐💐...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewa Rana
Thor, sengaja ya pakai nama yg bikin ketawa lala Lili lulu Michael Jackson eh janson 🤣🤣
2024-08-21
2
Wandi Fajar Ekoprasetyo
panik ya bang.......
2024-08-19
1
Ayu Song
mulai ada bau² perhatian ni
2024-07-20
1