Saat Dybala samar-samar membuka matanya, dia mendapati bahwa ia dikurung dalam ruangan yang gelap. Tidak ada pencahayaan di dalam tempat itu kecuali sebuah obor yang berada di bagian ujung pintu keluar.
Pemuda itu tidak dapat mempercayai bahwa ia mempertaruhkan hidup, bahkan membuang harga dirinya hanya demi seorang gadis yang tidak tahu balas budi. Dybala menggigit kuat gerahamnya, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh luka yang belum mengering.
Amarahnya benar-benar membara, dengan keadaan tangan dan kaki yang telah dirantai dia susah payah bangkit berdiri.
"Sialan padahal sudah susah payah kuselamatkan! Sofia kenapa kau ... apa sal--," teriak Dybala.
Aaarggghhh!
Seketika aliran energi dari borgol tangan dan kakinya menusuk syaraf di kedua bagian tersebut yang membuatnya terbaring lumpuh tidak berdaya. Rantai yang saat ini membelenggu Dybala bukanlah sembarang rantai.
"Bocah bodoh ingin mati ya!" sahut tawanan yang lain.
"Hei ada apa ini ribut-ribut, bisakah kalian para sampah membiarkanku makan siang dengan tenang!" bentak seorang Prajurit Duchy yang ditugaskan sebagai sipir.
"Anak itu yang membuat keributan, seharusnya kau hukum dia," balas tawanan itu.
Brak!
Setelah gembok terbuka, pintu kerangka besi menghantam kepala Dybala. Penjaga itu membangunkan paksa pemuda itu dan memukulinya tanpa kenal kata ampun untuk meluapkan semua kekesalannya.
Tawanan lain yang satu ruangan hanya diam mengamatinya begitupun tawanan di ruangan lain menyaksikan dengan mulut terkunci.
Brak!
Setelah mendapat tendangan yang menghantam dadanya, tatapan Dybala masih tetap tajam mengarah ke penjaga itu meski terduduk lemas.
"Kenapa kau menatapku seperti itu hah! orang asing sepertimu beraninya mau menghancurkan wilayahku."
"Hey dengar aku, aku menyelamatkan Putri Sofia de Bar--"
Brak!
Belum sempat Dybala menyelesaikan ucapannya, penjaga itu kembali menerjangnya kali ini ia memuntahkan darah.
"Beraninya kau berbohong dengan membawa-bawa nama Nyonya Muda kami. Hehe pada akhirnya setiap orang yang ketakutan akan menampakan sifat aslinya." Penjaga itu tertawa kecil dengan sinis, sebelum menjambak rambut Dybala.
"Aku tidak berbohong, Lautaro membunuh Tuan Lorenzo untuk menyekap Puan dan hendak membawanya di Kekaisaran Italianica. Aku ada--,"
"Lama-lama mengenaskan juga kau ini, ya sudah aku biarkan kau masih bernafas. Tetapi ada tapi, besok hibur kami di arena tarung." ujar Penjaga itu.
Brak!
"Uhuk!" Dybala terkulai lemas setelah terkena pukulan lagi. Sejenak dia memandang ke bagian atas penjara.
"Ini akibatnya kau terlalu terbawa oleh emosimu anak muda, seperti gandum yang telah menguning kita harus menunduk. Terutama dalam situasi seperti ini," ucap seorang rekan satu kamar berdiri untuk membantunya duduk.
Sebagian rambut pria itu telah memutih. Pakainnya lusuh seperti Dybala saat ini dan hidungnya terpotong.
"Benar paman ... maaf atas sikapku. Namaku adalah Dybala. Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku prajurit yang disewa oleh Putri Sofia de Barcelona untuk mengawalnya. Entah ... mengapa."
Seketika ruangannya dipenuhi oleh gelak tawa kecil, mereka tidak menyangka bahwa dia masih mempertahankan hal yang dianggap sebagai kebohongan itu. Hanya si pria tua yang mengajaknya berbicara tadi yang mempercayainya.
"Kalau kau mau berbohong anak muda setidaknya pikirkan dulu matang-matang, bahkan anak umur 5 tahun lebih pandai menyampaikan kebohongan mereka," sahut Iaquinta, seorang pria tua yang rambutnya telah tanggal separuh karena usia.
"Hahaha ada benarnya, aku jadi susah mau bernafas. Coba jelaskan bagaimana mungkin penipu kelas teri sepertimu bisa dipenjara di tempat paling wah di Benua Dorado ini." ucap seorang laki-laki bermata hijau di samping Iaquinta.
"Aku bertarung melawan Lautaro, apa di antara bapak-bapak ada yang mengenalnya?"
"Hmm ... aku pernah mendengar namanya. Apa dia Lautaro dari Urado di benua tandus yang dingin di Utara?" sahut pria tua tadi.
"Hey sebentar ... kau benar-benar percaya dengan ucapan badut ini Arroyo?" balas seorang tawanan bermata hijau. Dilihat dari wajahnya, sepertinya dia masih muda.
"Aku berasal dari Urado, di sana hampir tidak ada yang tidak mengenali sosok Lautaro. Anak muda itu adalah pahlawan daerah kami semenjak dia masih remaja. Dia yang terkuat, Dybala coba kau ceritakan lebih banyak lagi," balas Arroyo.
"Haha pahlawan yang senang menyekap gadis muda. Baiklah sampai di mana ya ceritanya ...," ucap Dybala sambil mengangguk.
Dybala pun menceritakan awal mula ia menyelinap masuk ke Duchy of Villareal, menjadi orang suruhan dengan melakukan berbagai tugas sampai akhirnya ia mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menyelamatkan Putri Sofia dari serangan Lautaro.
"Jadi aku telah salah menilai ... meskipun seperti itu, bagi kami Lautaro tetap orang yang baik. Mau Villareal binasa juga kami tidak peduli." ujar Arroyo tetap menghormatinya karena jasanya yang sangat besar bagi Urado.
"Kerajaan Italianica mungkin sedikit banyak telah menanamkan pengaruhnya di Villareal. Lautaro menurutku adalah agen suruhan mereka," ujar Dybala.
"Boleh jadi, sejak dahulu Ballena telah diincar karena mempunyai banyak tambang emas. Aku juga pernah mendengar ada salah seorang Marquess yang senang menculik beberapa gadis bangsawan dari kerajaan tetangga," sahut Stefano.
"Haha kalau benar seperti itu aku yakin Kekaisaran itu akan segera hancur. Rajanya pun bodoh apalagi bawahan-bawahannya. Jaya Ballena, haha semua orang akan berpesta meriah saat Italianica hancur!" balas Iaquinta.
Dybala tidak mengerti kerajaan manakah yang dimaksud oleh Stefano dan Iaquinta, tetapi dia mendapati ekspresi raut wajah Joao yang tiba-tiba berubah setelah mendengar perkataan itu. Tangan Joao mengepal ingin menghajar Iaquinta.
"Hey pak tua dan hidung bolong, Italianica bukan sekedar kerajaan yang boleh kalian anggap sebelah mata hanya karena seorang Marquess di sana. Ceritamu juga konyol anak kecil." balas Joao dengan tatapan sinis sembari menunjuk ke arah Dybala.
"Jangan lupa Joao, kita semua sama di kamar ini. Selain dia kau yang paling muda jadi jaga sopan santunmu." sahut Arroyo.
"Dia yang ingin menipu si Coutinho, dia yang malah tertipu bahkan sang pria tua pun ditipu oleh cerita bocah amatiran satu ini."
"Hey Abang Joao, aku bukanlah seorang penipu tapi tentara bayaran. Tidak ada untungnya bagiku menceritakan kebohongan dan ini bukan pertama kalinya aku dipenjara," timpal Dybala.
"Uhuk aku takut hehehe ibu ... mau susu di ketiakmu." ejek Joao dengan memicingkan salah satu matanya sembari menjulurkan lidah.
"Apa perlu aku ingatkan siapa pemimpin di seluruh ruangan kamar-kamar ini," Stefano mengusap jenggot panjangnya yang telah memutih.
"Mengantuk kalau mendengar cerita atuk-atuk!" seru Joao sembari merebahkan tubuhnya dengan membelakangi mereka. Selain Dybala, dia adalah tawanan yang paling muda dan pantas untuk disebut sebagai seorang pelaku kriminal.
"Bagaimana mungkin Lautaro bisa sekuat itu dan tidak ada seorangpun di benua ini yang mengetahui kekuatannya. Kalaupun dia mempunyai kekuatan sebesar itu, kenapa jadi seorang bandit?" ujar Coentrao, pria tua itu kehilangan lengan bagian kiri sampai ke sikut.
"Saat kami bertarung dia jarang menggunakan siasat dan terus menerjang ke depan dengan kekuatan yang besar. Hanya itu yang aku tahu."
"Dahulu Lorenzo adalah lulusan terbaik di Kingdom of Ballena, Tidak ada satupun dari kami yang mampu mengalahkannya saat pertarungan satu lawan satu. Mungkin dia sudah tua, tapi aura seseorang tetap sama ketika muda atau bahkan ada beberapa yang mampu menambah kekuatannya." jawab Stefano.
"Ah benar Kerajaan Ballena? Aku hampir lupa menanyakannya. Kalau Paman berasal di sana kenapa bisa masuk ke tempat seperti ini?" ujar Dybala.
"Duchy of Villareal ini sebenarnya adalah wilayah sah dan tidak dapat dipisahkan daripada Kerajaan Ballena. Akan tetapi di akhir peperangan, Lorenzo mengalahkanku dan aku mendekam seumur hidup di sini karena mencoba menggulingkan Joselu de Barcelona. Coutinho yang disebutkan Joao tadi adalah anak terakhir dari Joselu yang menjadi Duke saat ini."
"Jadi banyak dari tawanan di sini yang merupakan mantan tentara Kerajaan Ballena."
"Benar tapi pemberontakan itu terjadi hampir 30 tahun lamanya. Banyak dari kami yang dikuburkan dan sekarang diisi oleh para kriminal. Baik dari wilayah Ballena atau luar seperti Arroyo."
"Kalian kenapa menyebut namaku," Arroyo kembali terbangun.
"Kau sudah berumur 75 tahun pak tua," balas Iaquinta.
"Hehe belum tidur. Menurut kalian, apa aku ini seorang kriminal?"
"Betul!" serempak jawab ketiganya.
"Hey nak, andai gerakan menyatukan kembali Ballena apakah kau mau membantu kami?" tanya Stefano. Laki-laki berumur 65 tahun itu seakan ingin menurunkan impiannya pada Dybala.
"Aku bukan ras Spaniardo, asalku dari Porto. Kalau bayarannya sesuai, aku akan membawa kemenangan ...," Dybala tertidur karena lelahnya.
Sepertinya di luar ruangan sudah mendekati tengah malam, ketiga orang yang masih terjaga itu cukup kagum dengan Dybala yang menemani mereka bicara sampai selarut ini meski dengan luka yang sangat parah.
—>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
halo kak,maaf bru mampir lagi🤗
2025-04-07
1
anggita
ok👌moga novelnya sukses thor.
2024-06-17
1
Rdn Medy
semangat up ceritanya 👌
2024-06-17
1