Bab 14 - Loyalis Kerajaan Ballena

Lamh Laidr, Federasi Gaelik

Pada saat matahari mulai terbit. Daratan Lamh Laidr mulai terlihat dari kejauhan. Sang kapten yang sekaligus pedagang dari Villareal, Jhon dibantu oleh beberapa bosun memerintahkan para awak kapalnya untuk menutup beberapa tiang layar.

Dybala memperhatikan lautan luas. Burung-burung yang beterbangan, kawanan ikan yang berada dekat dengan permukaan dan kapal-kapal dari Federasi Gaelik. Mengingatkan Dybala akan suasana di ibukota Kerajaan Velasco 6 tahun yang lalu.

"Kira-kira dari Velasco ada kabar apa ya ...."

"Sedang rindu ibu ya. Kau orang Portu kan?" Joao berdiri di samping Dybala.

"Benar aku orang Portu, kampung halamanku dari Porto. Baron mengabdi pada Velasco. Kau keturunan bangsawan Portu kan? cerita saja aku tidak akan mengatakannya pada yang lain."

Joao terdiam sejenak, salah satu tangannya menggenggam erat. Ketika tangan itu ia buka, pada semua jarinya telah tampak kuasa dari setiap elemen dasar dalam ukuran yang kecil.

"Aku bukan ingin pamer ... ini rahasiaku. Selain dari lima elemen dasar, aku juga dapat menggunakan dua elemen langka." Joao membentuk kristal es di tangan kirinya.

"Hoho kalian berdua seperti adik kakak ya, Dybala ayo makan yang banyak. Kau sedang dalam masa pertumbuhan!" sahut Iaquinta.

"Dari kemarin Paman ini memperlakukanku seperti anak kecil." balasnya mendecakan lidah agak kesal.

Joao mengalihkan pembicaraannya, dia tidak menjawab apakah ia berasal dari etnis Portu atau siapakah orang tuannya. Dybala berpikir bahwa Joao bukan berasal dari daerah perbatasan Kekaisaran Italianica. Tempat beberapa keluarga aristokrat bangsa Portu memerintah.

Kaisar Assuncao, pemimpin Chavez yang telah wafat mungkin saja adalah ayah dari Joao. Kaisar itu terkenal dapat menguasai dua elemen. Dia memiliki kuasa tanah dan api.

Mereka telah sampai di dermaga. Joao dan Coentrao telah pergi berpisah, mencari jalannya sendiri-sendiri. Arroyo dan Iaquinta mengikuti Stefano, Jhon tepat berada di belakangnya dengan ditemani lima awak kapalnya.

Dybala memutuskan untuk sementara waktu mengikuti sang pria tua yang menutupi wajahnya. Mereka akan pergi ke kediaman Romero, salah satu pedagang besar di wilayah ini.

"Setelah ini mau ke mana Paman?" ucap Dybala. Pemuda itu belum menetapkan tujuan yang pasti.

"Haha kalau aku mungkin hanya jadi bandit lagi tapi tidak di sini. Penduduk di sekitar sini tidak terlalu suka dengan pendatang seperti kita, sebenarnya sama saja di Galatia. Akan tetapi di sana pasar lebih ramai," jelas Iaquinta.

"Apa tidak ada pemberontakan atau semacamnya? aku sedang perlu uang."

"Bekerja saja untuk Stefano, bela Ballena, Barcelona atau apalah itu. Mulai serius pada masa depan. Kau sudah punya orang yang disukai kan? jangan lupa terus berkirim surat."

Memikirkan perkataan Iaquinta, Dybala sedikit mengangguk. Senyuman manis Emilia tergambar jelas dalam benaknya. Mereka berdua belum pernah lagi bertemu semenjak 4 tahun lamanya.

"Mengirim surat dari Lamh Laidr ke Porto memerlukan banyak uang, hadiah belum boneka."

"Menurutku orang yang memiliki bakat sepertimu tidak tidak pantas untuk menjadi tentara bayaran. Bukan hanya aku yang berpikir demikian. Joao dan yang lainnya."

"Apa yang dikatakan Iaquinta benar ... Stefano selalu memujimu anak muda." Arroyo mengikuti pembicaraan dengan suara paraunya.

"Benar juga paman, aku akan memikirkannya." Dybala melihat sebuah rumah besar di hadapannya.

Stefano membunyikan lonceng di halaman kediaman besar itu. Awalnya dua penjaga datang, menatap mereka dengan sinis. Pandangan yang sinis itu perlahan berubah setelah menyadari siapa sebenarnya rombongan tersebut.

"Selamat datang Tuanku, maafkan kelancangan daripada hamba." ujar penjaga itu menunduk. Kakeknya pernah bekerja untuk Stefano.

"Hoho logat Albiol, bersiap sedia untuk pekerjaanmu."

"Baik Tuan!"

Stefano dan yang lain mulai memasuki ruang tamu. Para pelayan cepat-cepat menyambut kedatangan mereka.

"Jangan lambat! siapkan kopi dan kue untuk tamu." bentak kepala pelayan perempuan. Memarahi para bawahannya.

"Wah akhirnya kita makan kue lezat pak Jhon," sahut salah seorang awak kapal.

"Iya nikmati saja, tetapi ingat tata krama. Ini kediaman Tuan Stefano. Makan banyak tapi pelan-pelan." Jhon sangat senang. Ada kemungkinan dia akan diberi kapal tambahan jika membantu Stefano.

"Wah Tuan Stefano datang, Jhon apa yang kau lakukan di sini? hutangmu masih banyak." Romero mempersilahkan mereka untuk duduk.

"Biasa aku ingin memperluas jangkauan pelayaran kapalku. Ada hubungan apa kau dengan Tuan Stefano," tanya Jhon.

"Aku salah satu murid tuan dulu. Saat aku berumur 8 tahun, semua yang aku sayangi lenyap terbakar api. Kami adalah kelompok loyalis Ballena."

"Pantas kau lebih memilih daerah ini untuk berdagang. Ada banyak sekali orang di ibukota Federasi Gaelik yang kecewa kau tidak memusatkan bisnis di sana."

"Haha siapa yang peduli Jhon. Mengikuti ucapan orang itu tak akan ada habisnya ... maaf ya Tuan makanannya datang agak terlambat."

"Tidak apa nak Romero, bagaimana pendapatmu nak Dybala."

"Menurutku di wilayah yang dikuasai keluarga Barcelona saja ada banyak yang masih merindukan Ballena Tuan Stefano. Aku mengunjungi pasar di kota Villareal beberapa minggu yang lalu dan melihat ada pedagang yang menjual bendera merpati putih." jawab Dybala.

"Pengamatanmu kurang tepat nak, bendera Ballena tidak sama dengan Palomo. Selain Lamh Laidr, ada beberapa tempat lain bagi kita untuk mulai menghimpun kekuatan." Stefano meminum kopi di hadapannya.

Stefano mulai memberi penjelasan. Kerajaan Ballena, pewaris tahta terakhir yang diketahui dan langkah apa yang harus diambil untuk membangun kembali kekuatan politik yang telah tercerai berai.

Jhon akan membantu Stefano, tentu apabila dia diuntungkan oleh perang yang mungkin akan datang. Bukan hanya kemungkinan belaka, perang pasti terjadi apabila Kerajaan Ballena hendak dibangun kembali.

"Seandainya semua waris keluarga Paloma terbunuh, apa Tuan ak--," balas Jhon.

"Tutup mulutmu! belum ada kepastian," bentak Stefano. Jhon telah mengucapkan pertanyaan yang sangat lancang.

"Apa yang dikatakan Jhon ada benarnya sudah hampir 40 tahun Ballena runtuh dan pemberontakanmu gagal 28 tahun yang lalu." Romero memperhitungkan keadaan bisnisnya.

"Inilah kenapa aku tidak suka dengan para pedagang. Kalian hanya memikirkan untung dan rugi saja. Apa pelajaranku dulu tidak berguna lagi Romero? justru kalau negara-negara itu terpecah, maka laju pergerakan penduduk akan sulit. Perbatasan dan tarif."

"Benar tapi kita hanya sekedar berpikir realistis, mereka 3 de Gran Casa adalah pemenangnya. Paloma adalah pecundangnya dalam perang itu. Sekarang mereka yang merasakan hidup di bawah Ballena, hampir semuanya punya cucu. Kita dapat melakukan apa? mendirikan Republik Ballena?"

"Memang tidak ada perbedaan yang ketara antara raja dan seorang princep, tetapi kalau masih memungkinkan aku tetap ingin silsilah dari Paloma memerintah."

Dybala menyimak perkataan mereka bertiga dengan seksama. Stefano tetap berada pada pendiriannya. Dia berjanji akan mendanai perdagangan milik Jhon jika mau membantunya untuk membangun jaringan mata-mata di Dukedom of Villareal, Sancho dan La Araujo.

Princep adalah sebutan untuk seorang diktator yang berkuasa di benua Dorado. Para princep kebanyakan bukan keturunan para bangsawan, tetapi tetap cukup kuat untuk mempertahankan kedudukan mereka.

"Jadi bagaimana dengan kalian bertiga? jangan sampai Lamh Laidr atau anggota Federasi Gaelik lainnya tahu. Coutinho memiliki ikatan pernikahan yang kuat dengan bangsawan di sini," ujar Stefano.

"Berikan aku waktu Tuan Stefano, akan aku kirimkan jawabanku." ucap Iaquinta dia pergi meninggalkan kediaman Romero.

"Bagaimana denganmu bang Arroyo?"

"Haha aku sudah tua Stefano. Aku sebenarnya ingin bertarung bersamamu lagi, tetapi aku tidak sabar ingin melihat cicitku di Urado. Mungkin kalau tubuh ini masih sanggup, aku akan menyusulmu ke sini. Sampai jumpa dik Stefano," Arroyo tersenyum dan memberikan salam perpisahannya.

"Jangan bilang kau masih ingin berpetualang seperti mereka berdua nak Dybala," sahut Jhon.

"Bukan berpetualang Jhon ... Arroyo ingin pulang kampung," ujar Romero.

"Hal kecil tidak perlu dikoreksi ...."

"Tujuanku yang paling utama sekarang adalah mencari uang," balas Dybala.

"Hoho benarkah Dybala, umpama aku atau Sofia menawarkan uang yang sama-sama besarnya, pekerjaan dari siapa yang akan kau pilih?"

Dybala tertegun mendengar pertanyaan dari Stefano. "Sebelum itu Kakek Stefano, mana imbalanku karena telah menyelamatkan nyawamu?"

Tik!

Sebelum Dybala dapat berkata-kata lebih banyak, seorang pelayan segera mengantarkannya bungkusan dari kain kulit hewan. Di dalamnya berisi 100 kepingan koin perak.

"98, 99 dan 100, mana koin emasnya?"

"Aku sedang berhutang pada Romero, semua bisnisku di Sancho sudah aku wariskan pada anakku. Aku belum memulai perdagangan baru di Lamh Laidr."

"Haduh pak tua jangan terlalu banyak berjanji kalau tidak dapat menepati. Kau membawa-bawa nama Sofia ... sudah aku pergi dulu, permisi." ketus Dybala, kesal karena diberi bayaran yang tidak sesuai.

"Haha belajar cara menaklukan hati perempuan nak!'

Tidak menghiraukan sahutan dari Stefano, Dybala segera pergi dari kediaman yang terbilang cukup megah itu. Dia sedang mencari tempat tinggal sementara di daerah yang agak masuk ke pedalaman.

–>

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like iklan👍☝

2025-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!