"Teratur!" Arroyo memberi perintah dengan suara paraunya. Dia mengatur langkah para tahanan agar menyerang secara bersama. Tanpa adanya suatu keraguan, mereka menerimanya sebagai pemimpin.
Para penjaga yang berada di semua pintu keluar telah membentuk formasi kura-kura. Mereka memperkuat masing-masing perisai, membuatnya seakan menyatu dengan penghalang.
Mereka akan mencoba untuk bertahan sampai bantuan terdekat dari pos tentara di luar pulau datang.
"Habislah kita kalau terowongan itu lebih besar. Para tahanan akan habis dipanah," gumam Arroyo.
"Awas kena pak tua," sahut Coentrao menyuruh Arroyo untuk tidak mengganggunya. Dari kedua telapak tangannya dia mulai mengeluarkan asap panas.
Teknik Bara: Mawar Api!
Para tahanan yang tadinya menyerang langsung berlarian mencoba untuk menghindar. Dari tangannya muncul serangan api melingkar yang pecah menjadi lima cabang.
Semua penjaga berkeringat dingin, Coentrao tidak peduli kalau serangannya dapat membuat sekutunya terbakar.
"Panas!" teriak salah seorang tahanan. Perlahan teriakannya itu semakin melemah.
"Kau ini sudah gila ya, bagaimana kalau kita kehabisan nafas!" Arroyo mencekik leher Coentrao.
"Joao bantu aku!" sahut Dybala, ini bukan saatnya untuk bertengkar. Dia segera maju, tidak ingin memberikan celah bagi musuhnya untuk bernafas.
Eskrima!
Dybala menggunakan teknik itu untuk menguras stamina musuh, tangan kirinya yang tidak memegang senjata dipergunakan untuk membuat jala listrik. Mencari celah kecil dari tumpukan perisai yang dapat dijangkau untuk disambar.
Besi dapat dengan mudah dialiri oleh listrik, beberapa tangan penjaga melepuh. Dybala mengganti senjatanya menggunakan pisau. Pemuda itu menyelinap masuk ke barisan yang sedang kacau.
Srat!
"Siapa itu!" teriak penjaga histeris saat temannya tumbang.
"Perintah!" balas di belakangnya. Tidak lama suara darinya sudah tidak terdengar.
Golem-golem Joao maju dalam jumlah sangat banyak, tentara dari tanah itu sekali lagi memecahkan lapisan tebal yang menghalangi. Beberapa dari golem menahan lubang yang telah dibuat.
'Aura Summon' itu mengikuti apa yang diperintahkan sang tuan. Salah satu golem yang memiliki bentuk agak berbeda datang menghampiri Dybala. Summon itu langsung hancur, memberikannya aura dalam jumlah banyak.
"Lihat Dybala, bergerak sesuai rencana yang terarah. Kalau saja kau tidak mengacaukannya, mengeluarkan mawar atau kembang semacamnya." ucap Arroyo.
"Kau ini sudah pikun ya pak tua. Dybala tidak mungkin masuk kalau aku tidak melubangi lapisan aura itu. Astaga bahkan aku harus menjelaskannya panjang lebar."
Arroyo menghempaskan diri dengan angin agar dapat membantu Dybala lebih cepat. Orang tua itu sampai lebih dahulu, memberikan Dybala sebuah gada. Coentrao menyusul dari belakang, memimpin kawanan golem.
"Joao di mana!" sahut Dybala.
"Di belakang, aku melihatnya tadi sedang memasukan salah satu tangannya di punggung golem. Dia juga dapat menggunakan kuasa api ... tadi dia seperti melakukan gerakan aneh. Mengelus golemnya sendiri," jawab Coentrao, tidak henti-hentinya Joao membuat kejutan.
"Api, angin dan tanah. Dia mungkin dapat menggunakan air dan semua elemen lain," balas Arroyo.
"Apa Joao mungkin mempunyai kesukaan bermain boneka ya di dalam kamarnya kan," tanya Dybala.
"Haha anak kecil belum mengerti seni? bayangkan saja 300 golem. Perlu aura seb--," jawabnya, dipotong oleh sebuah anak panah yang dilesatkan oleh penjaga. Mengabaikan perintah untuk bertahan.
Woosh!
Banyak dari mereka mulai frustasi dan membuang perisai. Pedang dan tombak terhunus, maju menyerang untuk membalaskan rekan-rekan yang telah terbunuh.
"Beraninya kalian bicara santai seperti itu!"
Srat!
Aaarrrggghhh!
"Itulah hak kami, yang lebih kuat daripada kalian para serangga." ujar Joao setelah menghujamkan pedang pada penjaga itu.
Di belakangnya ada seekor golem yang sangat berbeda. Tubuh summon itu padat dan tidak berapi, tetapi memancarkan panas yang sangat luar biasa. Kilauan merahnya membuat pemimpin dari para penjaga itu memilih mundur.
"Mundur!" ucap letnan dari para penjaga. Dia tidak peduli lagi dengan perintah.
Ada suara bergemuruh di depan, mereka sangat gembira karena riuh gemuruh itu adalah bala bantuan. Rasa takut yang mereka tidak mau akui menumpulkan insting, mereka segera hanyut oleh derasnya air.
"Penjara ini di pulau, pasti suara itu air laut yang masuk lewat terowongan. Apa yang harus kita lakukan Arroyo," ucap Joao.
"Kita ke ruangan bangsawan. Tempat mereka biasa menonton, di sana pasti ada semacam pintu khusus atau sebagainya." jawab Arroyo, dia tidak pernah masuk ke dalam ruangan itu. Akan tetapi dia sangat yakin pada intuisinya.
"Hehe ternyata kau belum pikun, beda dari Kakekku saat seumuranmu." balas Coentrao.
"Kenapa kita tidak lewat jalan itu dari tadi?" Dybala merasa bahwa beberapa pertarungan dapat dihindari.
"Ingat lapisan aura, kita tadi seperti terkurung dalam bola raksasa. Tadi," Joao menjawabnya, dengan berat hati dia mengubah golem yang telah diprosesnya selama 45 menit. Dia perlu waktu yang lama untuk mengolah bentuk summon terkuatnya, 'Golem Lava'.
Buk!
Monster bersirip empat dengan penglihatannya yang tajam sempat melihat keberadaan mereka berempat. Monster itu tidak peduli dengan penghalang tanah membara yang menghalangi pergerakan air.
Monster bermoncong panjang itu disebut oleh penduduk sekitar Pulau sebagai 'Puru' atau 'Kadal Animal'. Ukurannya hanya 3 meter, meskipun lebih kecil dari monster-monster lain, hewan buas bersisik seperti nama lainnya tidak takut untuk menyerang hewan paling besar sekalipun.
Guuuaaahhh!
"Ah ini dia jalannya, akhirnya setelah sekian lama kita bebas." ucap Arroyo setelah mendorong sebuah lemari. Jalan itu tidak terlalu besar, mereka harus merangkak.
Pada jalan kecil itu disediakan tangga. Mereka berempat dapat melihat sinar matahari dengan terangnya. Arroyo bersimpuh, air matanya tak kuasa terbendung.
"Terima kasih ya tuhan kami atas kesempatan kedua."
Coentrao dan Joao sudah naik ke tangga, tidak mempedulikan Arroyo. Dybala ikut bersimpuh, berdoa kepada tuhan yang menciptakan alam semesta. Ayah dan ibunya, mengajarkannya untuk berdoa.
"Hey nak kau tidak apa-apa kan," Arroyo menepuk pundak Dybala.
"Sudah belum berdoanya pak tua?" sahut Joao.
"Iya aku mau minum High Ale dan meregangkan kakiku sejenak," jawab Dybala sembari beristirahat.
"Ayo minumnya di luar saja," sahut Coentrao.
"Aku akan mencari Paman Stefano dan Iaquinta. Naik saja tidak apa-apa," ujar Dybala.
"Mau melambatkan kami juga ... ya sudah kami tunggu di permukaan," sahut Coentrao.
Dybala berbalik arah, kembali ke ruangan bangsawan. Dia mengambil barang yang sekiranya penting seperti tali tambah. Saat berada di dekat air, seekor puru dengan mata hijau tajamnya melompat dan mencoba menerkamnya.
Srat!
Dybala hanya perlu satu tebasan saja dari pedangnya untuk membunuh monster. Beberapa puru lain meloncat, hendak melakukan hal serupa. Dia menebas monster itu semua dan membiarkan puru lain yang baru loncat meliuk-liuk di daratan.
Dia memperhatikan pedangnya, pertarungannya dengan monster ini lebih mudah jika dibandingkan melawan venonoso, sejenis lele raksasa di Hutan Villar Perosa. Dybala tidak tahu secara pasti, apa yang membuatnya bertambah kuat.
–>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
anggita
venonoso... ikan lele monster 🤔?
2025-02-22
1