Sofia, anak dari seorang Duke sedang termangu dari balik jendela kastil. Beberapa bagian tubuhnya ditutupi oleh perban. Beberapa kali sang ayah mencoba untuk menghiburnya, tetapi dia tetap tidak mau makan.
Di luar antara pepohonan, seekor burung berwarna ungu menyambar serangga berkaki 10 yang hinggap di sebuah batang pohon. Serangga tersebut berukuran besar bagi paruh burung, hingga dipatuk beberapa kali.
"Hihi tidak biasanya kau memperhatikan alam Nyonya Muda. Sama seperti hewan itu, kau harus makan. Sudah hampir 2 hari makanan anda dibiarkan dingin." ujar Remie, salah satu pelayan yang dekat dengannya.
"Sudah aku katakan kan!? tidak mungkin Dybala mati semudah itu." bentak Sofia, Remie tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Dia belum pernah melihat Sofia memarahi pelayan sebelumnya.
"Nyonya dia itu lebih lemah daripada orang kebanyakan. Bahkan pelayan lain di kastil ini memiliki aura yang lebih be--,"
Plek!
"Sekali lagi kau mengatakan hal bodoh, aku akan memotong lidahmu. Perkataanmu ini murni dari dirimu sendiri atau diperintahkan ayahku."
"Am-- ampun Nyonya Sofia, ini perkataanku sendiri. Tidak ada orang lain yang menyuruhku, itu pendapatku sendiri." ucap Remie sambil menitikkan air mata. Pipinya tampak memerah karena tamparan keras yang diterimanya.
"Kalau kau memang punya potensi lebih besar dari Dybala, mulai besok jadilah petarung saja." Sofia lantas pergi meninggalkannya di ruangan.
"Berikan aku keringanan ... tolong jangan pecat aku. Ibuku sakit keras."
Mata sendu berwarna biru dari gadis tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Sofia tidak mempedulikan orang yang sudah menjadi teman baiknya itu. Hal yang lebih penting baginya saat ini adalah memastikan keberadaan Dybala.
Sofia menemui sang ayah yang sedang asyik berburu di kebun pribadi miliknya. Tempat itu lebih cocok disebut sebagai hutan. Sang Duke menarik senar busur, memberinya aura kemudian melesatkan anak panah.
Tuk!
"Lihat Galloway, Joaquin, Sanchez. Dari tadi kalian ini belum berhasil mendapatkan apa-apa," ketus Coutinho. Dia menembakan panah sekitar 350 meter jauhnya.
"Kami ini petarung jarak dekat, bukan pemanah." kilah Sanchez, pangeran Duchy yang berusia 16 tahun.
"300-an meter itu belum seberapa, kalau aku menggunakan teknik mata Aguila dan seluruh auraku jarak terjauhku 3 km, mungkin lebih." Coutinho tidak mempedulikan ucapan anak ketiganya. Dia mengambil lagarto yang tertancap oleh panahnya.
Hewan itu adalah hewan melata berukuran sedang yang hanya memakan rerumputan dan buah. Para pelayan yang berada di sana dengan sigap membawanya untuk persiapan makan siang.
"Ah sudahlah ayo kita kembali. Ini waktunya tidur siang tahu!" bentak Joaquin. Anak tengah yang berusia 19 tahun, dia yang paling manja di antara empat bersaudara.
"Hey Joaquin, kalau mau tidur ya di sini saja!" Galloway mencengkram kerah baju Joaquin. Dia adalah pemuda berumur 25 tahun. Anak tertua dan anggota dari Keluarga Bangsawan Barcelona yang penting.
Keluarga bangsawan Barcelona bukan hanya menguasai Duchy of Villareal, mereka tersebar merata di beberapa pecahan Kerajaan Ballena, daerah selatan Kekaisaran Italianica dan barat Federasi Gaelik. Banyak dari ahli waris keluarga yang mendapatkan posisi penting di pemerintahan.
Aristokrat yang tidak suka dengan trah Keluarga Barcelona, menganggap kalau mereka diam-diam sedang merencanakan penyatuan Benua Dorado melalui ikatan perkawinan.
Coutinho sendiri menikahi salah seorang putri dari ketua Federasi Gaelik bernama Eithne Mag Uidhir. Keempat anaknya dilahirkan oleh Eithne. Sejak kematiannya 10 tahun yang lalu akibat wabah penyakit, Coutinho tidak menikah lagi.
Joaquin yang tidak terima kemudian meludah ke tanah lalu pergi. Galloway ingin mencegahnya, tetapi Sanchez menahan kakaknya. Joaquin tidak mengerti kenapa mata Sofia tampak berkaca saat berpapasan dengannya.
"Ayah di mana Dybala!" ucap Sofia.
"Dybala lagi, kau sadar tidak kau pewaris Duchy ini sialan! bertindak dengan akalmu." bentak Galloway.
"Galloway cukup, kita laki-laki harusnya paham. Sofia dengar, aku lupa memberitahumu bahwa Dybala saat ini masih hidup. Dia sudah pulang ke kampung halamannya, kami sudah memberinya hadiah. Saat sudah sampai nanti dia akan melamar gadis disukainya dengan uang yang sudah diberikan." balas Coutinho pura-pura tahu keadaan Dybala.
"Apa yang dikatakan Abang dan Ayah benar. Kau jangan bersedih, pelayan sedang masak sup kesukaanmu." ucap Sanchez mengusap kepala adiknya.
"Aku sudah muak, hey Sanchez kau terlalu berlebihan. Hey dengar saat pertengahan tahun nanti, ketika Ayah kita sudah pensiun dan kau jadi Duchess ikuti semua perkataanku." balas Galloway pergi.
"Abang Galloway tidak bermaksud jahat. Kau ikut saja perkataan kami ya."
Sofia tidak mengucap sepatah kata pun. Dia hanya berjalan ke sebuah pohon kemudian berbaring. Gadis itu sebenarnya tidak ingin menjadi pemimpin atau masuk ke dalam politik. Jumlah aura yang dimiliki yang memaksanya.
Semua bekas Kerajaan Ballena menentukan pewaris tahta lewat jumlah aura keseluruhan yang dimiliki. Sofia tidak ingin semua itu, dia merasa bahwa kehidupan sebagai rakyat jelata lebih cocok baginya.
Membersihkan rumah yang sederhana, mengurus kebun kemudian menyiapkan makanan untuk suami dan melahirkan bayi-bayi yang imut menggemaskan. Waktu itu sudah tidak lama lagi.
–>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments