Bab Extra 1# - Iaquinta si Bandit (1/3)

Dukedom of Sancho

Kediaman salah seorang bangsawan dirampok untuk kedua kalinya tadi malam. Kejadian ini bukan hanya satu atau dua kali, tetapi selalu berulang dan sasarannya pasti adalah pedagang besar atau bangsawan.

Awalnya sang Duke, Dante III hanya menganggap remeh masalah ini. Bawahannya pasti dapat dengan mudah mengurusnya, tetapi sudah hampir 2 tahun pemimpin para bandit itu belum juga ditangkap.

Kelompok bandit yang semakin merajalela di ibukota membuat Duke Dante kehilangan muka. Belum lagi dia mendapat undangan untuk menghadiri acara keluarga Barcelona. Mereka akan mempersiapkan perayaan 1 bulan kelahiran Anak ke-4 Coutinho.

Raja Muda itu merasa sangat malu ketika harus berhadapan dengan Coutinho dan Falcao nantinya. Dante juga merasa paranoid, pemuda berumur 25 tahun itu berpikir bahwa mungkin saja para bandit itu sebenarnya adalah gerakan pemberontakan.

Ada kemungkinan bahwa kelompok Iaquinta sebenarnya adalah sisa-sisa daripada loyalis Kerajaan Ballena.

Brak!

Dante bangkit dari singgasana untuk membanting lukisan di dekatnya. "Iaquinta!" teriaknya panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Bodoh semuanya! hanya menghadapi bandit lemah jelata itu saja kalian tidak bisa. Buang-buang uang kerajaan saja."

"Tolong tenang dulu Tuanku, aku dengar pemimpin mereka Iaquinta ...," ucap salah seorang mentrinya.

"Iaquinta lagi, kemarin dia, sekarang pun mau membahas orang itu! walau dia pewaris tahta Kerajaan Ballena aku tidak takut," balas Dante. Bagi para mentrinya, sang Duke terlihat sedang meracau.

"Hari ini akan kami pastikan para bandit itu akan binasa."

"Hahaha bodoh! sudah mau 2 tahun kalian tidak ada yang berguna. 1.000, 10.000 kerahkan semuanya!" teriak Dante. Tidak lama dia meninggalkan pertemuan dan kembali ke ruangannya untuk mabuk-mabukan.

"Lihat tadi marah sekarang tertawa, dia mau ke mana pagi ini. Apa orang itu mau minum minuman keras lagi!?" gumam para mentrinya hanya dapat menahan sebak di dada.

Para Mentri segera bergerak cepat, ujung telinga mereka tentu memerah karena diteriaki di depan khalayak. Separuh Tentara Dukedom Sancho telah dikerahkan untuk menyusuri setiap wilayah dan perbatasan.

Suasana di ibukota tiba-tiba berubah menjadi tegang. Para tentara mulai memadati benteng yang melindungi kota. Mereka sedang membangun sebuah kamp militer tidak jauh dari luar dinding.

"Hey ada apa ini? kita diserang Italianica kan tapi biarkan aku mengantarkan pajak ini. Aku sudah mendapat izin masuk 3 hari sebelumnya," ucap seorang petugas pajak dari daerah yang hendak masuk ke kota.

"Mau itu pajak atau apa, tidak boleh ada siapapun yang lewat kecuali pedagang air dan makanan."

"Hey ayolah tidak perlu harus pakai suap. Kita sama-sama sedang menjalankan perintah."

"Sama berarti, perintah adalah perintah. Hal yang mutlak. Berlindung saja dulu di daerahmu." penjaga itu mengakhiri pembicaraannya tanpa menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi.

Para penduduk ibukota merasa resah, mereka disuruh untuk tidak banyak bergerak oleh para penjaga tanpa sebarang penjelasan. Tidak ada kepastian apakah mereka saat ini sedang diserang Italianica atau kerajaan-kerajaan lain.

Unit kavaleri ringan berkuda Sancho terlihat keluar dari gerbang. Mulai bergabung dengan 5.000 tentara yang telah bergerak lebih dulu. Mereka akan melakukan gerakan penyapuan untuk menyusuri daerah yang terlihat rawan.

Salah satu regu infantri pejalan kaki yang berjumlah 200 orang mulai berpencar dari pasukan utama. Mereka masuk ke kampung di kaki bukit. Menurut kabar yang belum pasti, para penduduk di sana telah memberi makan dan menyembunyikan para bandit.

"Ampun ... jangan razia hewan ternak keluarga kami. Nanti kami makan apa ...," ujar salah seorang perempuan menangis ketika dijambak untuk keluar dari rumah.

"Kalau aku tidak kasihan, sudah aku bunuh kalian semua sekarang. Pengkhianat pendukung Ballena, razia semua!" balas sang kapten.

"Kami tidak tahu dan peduli apa itu Ballena ...."

Woosh!

Kapten itu melemparkan obor, api menjalar dengan sangat cepat. Dia tidak mempedulikan suara pilu dan tangis mereka. Kadal-kadal gemuk dan hasil tani mereka diangkat oleh para prajurit satu persatu.

"Kapten kami berhasil menangkap beberapa bandit yang bersembunyi di gudang bahan pangan. Tetapi sepertinya mereka bukan berasal dari kelompok Iaquinta." seorang prajurit melaporkan temuannya.

"Hoho kerja bagus bawa mereka ke mari."

Kelompok bandit itu dibawa ke hadapan sang kapten. Tanpa berbicara dia langsung menebas telinga salah seorang bandit.

"Singkat saja, aku juga muak mendengar orang-orang ini menangis. Mana Iaquinta, kami mencarinya bukan kalian."

"Ampun kami ha-- nya menuruti per--," sahut salah seorang bandit perempuan ketakutan. Dia mengatakannya sambil menangis.

"Aku juga tidak tahu ... tidak kami dikhianati. Tolong lepaskan kami! sialan kau Iaquinta," balas sang pemimpin meronta-ronta.

Mereka dibawa ke ibukota untuk dihukum mati karena terlibat dalam perampokan bangsawan. Iaquinta dan rekan-rekannya menyaksikan penangkapan sekutu mereka dari atas pohon. Tampak rasa bersalah pada raut wajahnya.

Iaquinta memiliki rambut berwarna hitam agak panjang dan mata hijau delima. Kumisnya tipis, dia memiliki perawakan yang tinggi. Sebelum mendirikan kelompok bandit yang sebagian besar adalah remaja pelarian, pemuda itu hanya seorang pencuri kecil.

Kelompok yang dia pimpin hanya menyerang para pedagang kaya dan bangsawan. Kadang Iaquinta akan membagikan hasil rampokannya pada orang yang sedang membutuhkan.

Pemuda berumur 17 tahun itu merasa bersalah menjadikan kelompok Camino dan penduduk kampung itu sebagai umpan untuk mereka.

Hal yang tidak terduga telah terjadi, membuat mereka langsung berlari tanpa disuruh. Lebih banyak regu pasukan yang telah berdatangan.

"Haha Pak Ketua aku jadi kagum. Kau sangat terkenal," ucap Alma. Seorang gadis berumur 15 tahun, dia memiliki rambut merah panjang.

"Ini bukan waktunya untuk pujian Alma," balas Iaquinta.

Tanpa memanjat pohon anggota-anggota kelompoknya dapat menyaksikan asap yang membumbung tinggi dari berbagai arah. Pertanda kalau kampung-kampung yang berada dekat dengan hutan dibakar atau mereka telah dikepung.

Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya. Iaquinta menggunakan teknik tsunami untuk mengangkat tubuhnya. "Angkat senjata!" teriaknya dari atas. Para penjaga melepaskan monster-monster ganas yang mengejar mereka dari belakang.

"Tolong!" anggota kelompoknya diseret dengan gigi kadal berjanggut itu. Monster tersebut berjalan dengan dua kaki, cakar di tangannya tidak terlalu besar. Mereka memiliki tinggi sekitar 1,7 meter.

Kawanan monster yang mencabik-cabik teman Iaquinta dengan gigitannya adalah 'Barba'. Mereka adalah kadal ganas yang hidup di Pegunungan Vulpes, Kekaisaran Italianica sampai Dataran Tinggi Garaia, Dukedom La Araujo pada daerah bagian tengah benua.

"Mereka bisa tahu posisi kita saat ini karena di antara kalian ada yang menggunakan aura kan!?" teriak Alma.

"Bukan waktunya untuk bertengkar sesama kita Alma," balas Iaquinta. Dia berada paling depan menghadapi kawanan Barba, mencari celah untuk kabur.

"Percaya saja padanya!" wajah Rollo memerah. Dia mengeluarkan teknik api miliknya.

Gwash!

"Itu mereka!" sahut seorang prajurit kavaleri ringan dari kejauhan.

"Naik ke pohon!" Iaquinta berkonsentrasi. Aura dari dalam tubuhnya memancar sangat deras. Para prajurit kavaleri ringan dapat merasakan kekuatannya.

"Apa benar yang dikatakan Duke Dante ... auranya cukup kuat," gumam salah seorang prajurit.

Teknik Tsunami: Ombak Tinggi!

Iaquinta mengeluarkan teknik terkuatnya. Air memancar dari tanah membentuk gulungan ombak yang menyebar ke segala arah. Serangan itu ikut menyasar pada teman-temannya.

"Untung kita sudah terbiasa saat latihan, kalau tidak wah kacau teman sendiri dibunuh." ucap Andre dari atas pohon.

Byur!

"Wuih berenang, sayang airnya kurang." sahut Pimienta. Dia yang pertama kali turun, genangan air tidak sampai sedalam mata kaki.

"Bukan waktunya melawak Pimienta," ucap Iaquinta kembali menempati posisi depan.

Monster-monster kebanyakan telah tersapu air bah. Sisanya dapat dengan mudah dikalahkan. Mereka dapat menggunakan peluang itu untuk memanjat ke daerah yang lebih tinggi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!