Bab 19 - Api dalam Sekam

Sofia meneruskan rajutan baju sweater hangatnya. Gadis itu memperhatikan sekeliling stana. Dedaunan mulai terlihat berguguran, udara terasa semakin dingin dan rakyat Kota Villareal yang memadati pasar untuk mempersiapkan pasokan makanan.

"Nyonya muda ini coklat panasnya," ujar pelayan perempuan masuk ke kamarnya.

"Terima kasih Eloise ... omong-omong bagaimana keadaan Remie?" Sofia merasa bersalah karena sudah menamparnya.

"Orang seperti itu sudah pantas mendapatkan hukuman. Masih untung dia hanya ditampar."

Eloise dan para pelayan lain merasa senang karena Sofia sudah mau makan, meski tidak terlalu banyak. Tatapan gadis itu terkadang tampak sendu, sudah dua minggu berlalu Sofia masih memikirkan Dybala.

"Aku kasihan saja pada ibunya ... habis Remie memang seperti itu sejak kami masih kecil."

"Bukan alasan nyonya, kalau dia sudah bekerja di sini lebih lama seharusnya lebih paham lagi. Aku saja tidak berani."

"Eloise tidak perlu membawakanku makanan."

"Baik," ujar Eloise patuh.

Setelah menyelesaikan rajutannya, Sofia diam-diam ingin pergi. Siang ini adalah waktu yang tepat untuk menyelinap keluar. Galloway dan Sanchez sedang pergi ke La Araujo, Coutinho akan bertemu dengan para bawahannya dan Joaquin mungkin sedang kamarnya seperti biasa.

Sofia keluar melewati ruangan dapur kastil yang dihuni oleh para pelayan wanita. Gadis itu membantu untuk memasak jamuan makan siang tamu. Eloise membantunya dengan meminjamkan bajunya.

"Janji ya Nyonya tidak akan bertemu Dybala," ujar Eloise.

"Ah kau ini aku hanya ingin melihat Mercados del Villareal sebentar."

Sofia mengenakan baju hangat lengan panjang yang menutupi rambut. Gadis itu mendapati beberapa pengemis yang meminta-minta, badut yang menghibur tanpa ada yang mau melihat dan beberapa orang tua yang tampak terlantar.

"Pak aku ingin beli satu tusuk pollo (makanan khas Villareal)." ucap Sofia mengeluarkan satu sendok garam.

"Maaf nak tadi tusuk pollo yang terakhir." pria tua itu menolak untuk membuka kendi garamnya yang hampir penuh.

"Pak tua pasti di dalam itu sudah penuh kan? boleh aku pinjam garam!" sahut seorang pemuda datang menghampiri. Pakaian dan rambutnya lusuh.

"Sialan kemarin sudah pinjam sekarang aku harus memberi pinjaman lagi!?"

"Perutku ini lapar!"

Tiba-tiba seorang pemuda datang mendorongnya sampai terjatuh. Dia marah saat mendapati adiknya akan dikasari. Pemuda yang terjatuh itu menyemburkan api dari mulut. Serangan itu dapat ditahan dengan mudah menggunakan elemen.

"Kak Joaquin!" sejak awal Sofia merasa ada yang mengikutinya. Eloise atau pelayan lain pasti mengadu pada Joaquin.

"Hoho ayo berdiri, aku beri kau kesempatan melawan. Jangan hanya berani pada perempuan." Joaquin mengeluarkan pisau ingin menghabisinya.

"Ini hanya salah paham Tuan Joaquin, aku tidak berniat mengganggu Nyonya Muda Sofia. Aku belum makan dari kemarin ...," ucap pemuda itu menangis.

"Benar apa yang dikatakannya Sofia," tanya Joaquin mencengkram kerah bajunya.

"Iya dia tidak menggangguku tadi. Hanya membentak pedagang pollo," jawab Sofia.

"Benar Tuan maafkan aku ya, aku berjanji tidak akan membentak pedagang manapun."

"Sialan ... aku salah lagi." Joaquin tidak mendengarkan perkataannya.

Stab!

Pemuda itu berteriak kencang, berlari untuk menyelamatkan hidupnya dengan betis berlumuran darah. Sofia menggeleng-gelengkan kepala mendapati tingkah Abangnya.

"Kalau dia mati nanti bagaimana?" ucap Sofia.

"Aku hanya menusuk kakinya. Kita bangsawan harus tegas Sofia. Kau tidak dengar ya mereka itu di belakang meremehkan ayah kita." jawab Joaquin.

"Jadi itu juga alasan kakak ya mengikutiku dari belakang?"

"Aku disuruh Galloway dan Ayah untuk mengawasimu."

"Kak Joaquin ini kebiasaan tidak sopan pada yang lebih tua."

"Sofia sebenarnya aku ingin mengatakan di mana keberadaan Dybala sekarang. Mata-mata bawahanku sudah mengetahuinya."

"Eh bukannya kau tidak punya penjaga pribadi ya? mereka semua anak buah dari Kak Sanchez. Memang di mana Dybala sekarang," tanya Sofia. Ekspresinya langsung berubah menjadi bersemangat.

"Lebih jelasnya dia tidak ada di kuburan. Kau kan sebentar lagi menjadi Duchess menggantikan Ayah. Ikut aku ke pertemuan kalau mau aku beritahu."

Sofia merasa sangat kesal, Joaquin tersenyum kecil. Angin berhembus kencang, keduanya mengangkat penutup kepala. Udara dingin itu membuat para penduduk segera masuk ke dalam rumah atau menyalakan perapian.

Hujan yang deras hampir setiap hari sepanjang musim panas, membuat musim dingin kali ini sangat berat di beberapa wilayah benua Dorado. Musim dingin adalah musim paling aman dari serangan monster meski terjadi kelangkaan makanan.

Basilisk dan monster raksasa lain akan tertidur pulas pada saat udara semakin dingin, umumnya pada akhir musim gugur atau awal musim. Hanya ada beberapa jenis tertentu yang diketahui tidak melakukan hibernasi, contohnya adalah Venonoso yang masih berenang lincah di bawah air yang membeku.

Beberapa jenis hewan mulai menggali lubang atau membangun sarang untuk mempersiapkan hibernasi di musim dingin. Beberapa jenis hewan lain yang berukuran lebih besar seperti Kakapoo, laba-laba berbentuk seperti monyet dan Azurecobra, ular beracun yang takut manusia membentuk kawanan besar untuk menghangatkan diri.

Coutinho merasa kesal karena seorang pembesarnya belum kunjung datang. Pertemuan belum ia mulai karena keterlambatannya. Joaquin dan Sofia masuk ke dalam ruangan. Ketika Duke itu hendak bicara, dia tiba-tiba batuk dengan sangat keras.

"Ayah!" ucap Sofia, dia segera memapah Coutinho.

"Sudah ini penyakit dari 10 ta--, uhuk! kenapa kau ke sini. Aku sudah menyuruhmu istirahat kan?" balas Coutinho.

"Tidak apa Joaquin bilang kalau kehadiranku penting."

"Iya benar kau yang akan menggantikan kedudukanku nanti. Uhuk! ... baik apa kita sudah bisa mulai?"

Pada saat pembicaraan dengan pembesar Dukedom tengah berlangsung, Coutinho beberapa kali batuk. Dia menyembunyikan darah di telapak tangannya. Sofia sadar kalau sang ayah terlalu memaksakan diri. Beberapa hari sebelumnya dia telah mengadakan pertemuan.

"Kak Joaquin, Ayah!" sahut Sofia memegang bahunya.

"Eh apa ...," Joaquin setengah sadar.

"Kakak ini selalu saja tidur, gantikan posisi Ayah."

"Oh iya baik, besok giliranmu ya." Joaquin kemudian menyarankan agar Ayahnya itu untuk pergi beristirahat.

Para pembesar kerajaan dan perwakilan wilayah bawahan saling berbisik. Sakit lama yang dialami oleh Coutinho selama 10 tahun lamanya kembali kambuh. Joaquin duduk di tempat ayahnya memimpin.

"Hoahem ... aku mengantuk, kita kan sudah pertemuan kemarin. Kali ini percepat saja," ujar Joaquin.

"Bagaimana dengan tambahan uang untuk membangun irigasi baru di wilayahku?" ujar Vasco de Barcelona, salah satu Count yang memerintah di wilayah utara. Perbatasan dengan La Araujo.

"Fokuskan saja mengurus irigasi lama, semua petani di wilayah kita sedang kesulitan panen. Untuk tahun ini dan tahun depan kita harus lebih berhati-hati."

"Tidak bisa seperti itu bukankah ayahmu sudah berjanji akan membantu keuangan wilayahku. Kalau bisa sekarang kenapa ditunda tahun depan Tuan Joaquin?"

Perdebatan seru berlangsung antara Vasco dan Joaquin. Vasco yang masih sepupunya itu tetap mengeyel ingin tambahan dana untuk membuat irigasi dan beberapa bangunan lain. Agustin ditemani oleh Valverde baru datang ke pertemuan.

"Kau tidak punya malu ya datang terlambat," sahut Joaquin.

"Maaf Tuanku tadi kereta kudaku diserang monster. Mau pakai basilisk kami juga sudah susah dikendalikan," Agustin menunduk.

"Benar kami gagal datang tepat waktu," Valverde melanjutkan perkataan tuannya.

"Memangnya Las Flamas (sejenis burung monster yang dapat mengeluarkan api) berani menyerang rombongan kalian? atau jangan bilang kau takut pada venonoso."

Pada ruangan itu, hanya Sofia yang tidak tertawa. Gadis itu terus mengamati Agustin. Count itu menenangkan Valverde yang wajahnya telah merah padam. Dia berjalan santai duduk di tempatnya.

"Mohon maklumi keterlambatan Tuanku, Tuan Joaquin." Valverde menunduk.

"Aku bosan di sini berlama-lama. Orang-orang hanya bisa bilang maaf dan itu selalu diulang-ulang. Apa sudah bisa kita akhiri?" Joaquin berdiri dari tempat duduknya sembari mencari kotoran di telinganya.

"Kau mau ke mana Tuanku? pertemuan baru dimulai. Apa Tuan Galloway atau Tuan Coutinho sudah tahu kau duduk di tempat Duke?"

"Iya aku yang menyarankan Ayahku beristirahat."

"Hoho baiklah ... Tuan Joaquin. Aku tidak bisa mensejahterakan rakyat kalau keluargaku saja banyak yang tidak ada kejelasan. Pepatah mengatakan makmurkan dulu orang terdekat kita."

"Maksudmu? boleh kau katakan lagi," tatapan Joaquin tajam. Agustin tidak menyangka kalau Joaquin lebih cakap daripada dugaannya. Selama ini orang-orang hanya menganggapnya sebagai Putra Duke yang Pemalas.

"Aku tidak meminta semua Tuanku. Hanya beberapa orang saja."

"Kau tahu hanya ayahku yang boleh mengambil keputusan sangat penting. Aku hanya sekedar pengganti. Pertemuan ini akan diakhiri sekarang."

"Tunggu Tuanku, bagaimana persiapan kita melawan Ballena! Paloma bisa saja kembali, aku perlu mempersiapkan semua keponakan dan saudaraku. Hal itu yang terbaik untuk kemakmuran Villareal," tegas Agustin.

Joaquin berhenti melangkah, dia kembali dan berjalan ke arah Agustin. Tatapan tajam keduanya saling bertemu.

"Bukan hanya itu aku berjanji akan membayar upeti dua kali lipat kalau kau mengizinkannya Tuanku, aku bukan pengkhianat. Aku patriot Villareal. Kenapa yang lain diam saja?" lanjutnya.

Ruangan itu berubah hening, Joaquin berkeringat dingin. Dia menyadari kalau Keluarga Burgos akan sangat berbahaya apabila permintaan mereka sekarang tidak dituruti.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

kta suamiku, kyaknya nama" di novel ini sama dengan di La Liga 🇪🇸, Primera de Espanyola 😁.

2025-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!