Bab 6 - Joao, Apa yang Dia Lakukan!

Satu tebasan kuat dari Dybala segera mengincar lehernya. Arroyo sebagai petarung yang telah berpengalaman dalam pertempuran dapat membaca serangannya. Dybala sedikit mundur saat Arroyo hampir saja menusuk matanya dengan kedua jarinya.

Dybala menghela nafas panjang. Gerakan Arroyo sangat cepat hingga hanya ada beberapa orang di ruangan itu yang mampu melihatnya.

"Sial aku hanya beruntung saja tadi. gerakan apa itu tapi yang lebih penting rasa kegetiran ini...," batin Dybala. Tangannya sedikit bergetar setelah melancarkan serangan itu.

Rapido!

"Hidup atau mati!" teriak Dybala berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri sembari melesatkan puluhan tusukan cepat. Sorak sorai penonton semakin meriah saat ia melancarkan teknik itu lebih cepat lagi.

Arroyo tetap mampu untuk mengelak dari tusukan-tusukan sangat cepat yang mengarah pada dirinya. Saat posisinya semakin dekat dari jeruji-jeruji sangkar, salah satu daripada puluhan tusukan itu sempat menggores lehernya.

"Teknik berpedang Ordo Ksatria Italianica dan ketepatan serangan di umur yang masih muda. Kau sungguh berbakat. Akan tetapi sayang sekali," gumam Arroyo.

Ting!

Arroyo mematahkan teknik berpedang Dybala dengan satu tangkisan sempurna. Pria itu segera membalas dengan tendangan keras yang mengarah pada ulu hati. Dybala masih sempat untuk menahannya menggunakan tempurung kakinya.

Buk!

"Andai aku bisa menggunakan teknik halilintar milikku, rapido tadi belum seberapa Paman." Dybala melemaskan persendiannya.

"Hoho sesuai ekspektasiku dari orang yang mengaku telah membunuh Lautaro. Kau pandai juga membuat panas hati orang lain. Tetapi tampak betul ada keraguan di tatapanmu nak." ucap Arroyo setelah menghentikan tebasannya dengan pedang lengkungnya.

"Kenapa Paman baik sekali?" lidah Dybala silap menyampaikan apa yang ada dalam benaknya saat ini. Mengapa pria paruh baya ini malah menasihati musuhnya di tengah pertarungan.

Kuasa Angin: Hempas!

Angin kencang yang menyasar ke perutnya membuat Dybala terhempas. Andai dia tidak menahan serangan itu dengan teknik jala miliknya, Dybala sudah dapat dipastikan terpanggang oleh jeruji halilintar di belakangnya.

"Sederhana saja aku hanya rindu pada putraku," balas Arroyo tersenyum sinis.

"Paman pun suka memancing-mancing!" Dybala segera mengayunkan pedangnya.

"Oh ya!?" balas Arroyo membalas dengan tangan kosong.

Huu!

"Payah membosankan! kalian berdua asyik mengobrol sendiri," seru seorang Penjaga kecewa karena Arroyo belum mau menunjukan kemampuan berpedangnya.

"Ayo Rapido atau Tortera orang tua! tidak punya malu kalah dari anak kecil," balas penjaga di sampingnya.

"Hey kalian berdua bisa lepaskan kedua belenggu ini tidak?" Joao memberanikan diri untuk bertanya.

"Beraninya tawanan rendah seperti kalian!"

"Diamlah ... bukan kalian tapi aku Joao. Setelah pertarungan ini aku yang akan maju. Aku jamin kalian akan lebih terhibur dengan permainanku di atas lapangan dibandingkan dengan Dybala."

—

Dybala tetap harus berhati-hati karena pemuda itu tidak tahu kapan Arroyo akan menunjukan permainan berpedangnya.

"Jangan kasih ampun! tunjukan kami permainan berpedang yang indah," seru salah satu penonton. Baik tawanan maupun penjaga merasa tidak puas karena Arroyo belum sekalipun mengayunkan pedangnya.

Kuasa Listrik: Jala!

Beberapa lesatan angin segera terarah kepada Dybala. Saat salah satu serangan aura itu hampir mengenainya, percikan-percikan listrik membentuk jala yang melindungi penggunanya. Dia mendekati Arroyo dengan teknik itu.

Teknik Taufan: Langkah Sayap

Dengan teknik itu penggunanya dapat melayang sesaat dengan aura angin yang menghempas keluar dari kaki. Begitu cepatnya Arroyo melakukan gerakan berputar secara horizontal-diagonal mengelilingi Dybala.

"Pasti ada suatu cara," gumam Dybala.

–＞

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***