Bab 3 - Lautaro dari Urado

Asterix mulai geram dengan tingkah laku anak buahnya. Beberapa dari mereka sudah ada yang melarikan diri dari persembunyian di semak-semak puncak perbukitan.

"Mau sampai kapan kalian berdiam diri!?" bentak Asterix tidak dapat menahan lagi rasa kekesalannya.

"Apa bos besar tidak marah saat Lautaro mempermalukan anda tadi? kena--," tanya seorang bandit anak buahnya.

"Kalau kita lari maka si Margrave dari Kekaisaran yang akan memburu kita, sampai di sini paham?" tukas Asterix mengakhiri ucapannya. Dia duduk dengan posisi bersila sembari meneguk khamr.

"Bos besar tidak lihat pertarungan gila tadi? apa yang orang lemah seperti kita bisa lakukan dihadapan sebuah daya kekuatan yang dahsyat," sanggah seorang bandit lain.

"Benar lagipula bukankah anda sendiri yang menyuruh kita sembunyi di sini dan tidak ikut campur dengan pertarungan Lautaro?" timpal salah seorang bandit yang lain.

Asterix sangat marah mendengar ketiga ucapan anak buahnya barusan, tetapi dia tidak dapat menyangkal kata-kata mereka. Sembari menahan kegusarannya, pria berambut pirang dan bermata biru itu hanya dapat memandang ke arah pertarungan yang semakin liar.

Graum!

Sang penguasa hutan membuka tubuh aslinya, dari bulatan bola menjadi wujud raksasa yang 3 kali lebih besar daripada venenoso. Salah satu hewan terbesar di daerah itu.

El armadillo menampakan lapisan-lapisan kerangka di sekujur tubuhnya yang nemiliki pertahanan layaknya sebuah kastil. Monster itu telah menumbangkan pohon-pohon yang menghalangi serangan dalam bentuk bolanya dengan mudah.

Krak!

Salah satu pohon besar tumbang, terbelah menjadi dua. Dybala hampir tidak dapat menghindar, monster itu semakin ganas dan kembali melayangkan kedua cakar besinya secara membabi buta.

"Kalau cakar itu mengenaiku tadi ...," Dybala dalam hatinya. Dia sampai berkeringat dingin terbayang apabila serangan itu sampai mengenainya tadi.

Output aura Dybala telah mencapai batasnya. Dia hanya boleh mengeluarkan satu kuasa halilintar saja.

Teknik Bara: Asap Tungku Perapian!

Pufff!

Kepulan asap berhawa panas segera menyelimuti medan pertarungan. Dari balik asap muncul beberapa bola api kecil yang melesat ke arahnya.

"Kau mau lari ke mana pengecut!" Lautaro menusukan tombak dengan sangat kuat ke leher Dybala.

Brak!

Graum!

Dybala terhempas kuat setelah hampir tidak dapat menangkis permainan Lautaro. Dua monster dengan membabi buta mengayunkan cakar ke arah Lautaro, tidak peduli apakah serangannya mengenai spesiesnya sendiri. Perhatiannya teralih dari Dybala.

Saat Dybala kembali berdiri setelah meludahkan darah, salah satu El Armadillo menemukannya. Dybala meningkatkan konsentrasi dan memegang kuat gagang pedangnya.

Ting!

"Tangkisan sempurna!" teriak Dybala, berhasil membuat cakar monster itu tertancap kuat ke dalam batu. Dybala menunggu saat yang sempurna untuk dapat memantulkan serangan lawan, cara ini sungguh beresiko menghadapi musuh yang karena kemungkinan berhasilnya kecil.

Gruah!

Lidah monster yang tajam dan lentur itu menjulur mengincar Dybala. Serangan tersebut mengenai Kakapoo, sejenis hewan berbulu tebal menyerupai monyet dengan ciri-ciri seperti laba-laba.

Oaaakkk!

Hewan itu meronta dengan mengeluarkan jaring kuat dari tangannya tetapi lidah El Armadillo telah mencekiknya. Mangsa dari monster dihisap masuk ke dalam pencernaannya hidup-hidup.

Dybala memanfaatkan kesempatan itu dengan memanjat ekornya. Saat menyadari ada sesuatu, sang penguasa Hutan Villar Perosa segera menghantamkan ekornya dengan sangat kuat hingga tanah di sekitarnya bergetar.

Dybala sudah berada di bagian tengkuk monster itu. Dia menusuk ke bagian rongga lapisan yang berwarna hitam.

Srat!

Seketika darah berwarna hitam menyembur dengan derasnya. Dybala melepaskan pegangannya kemudian turun untuk mencoba dengan serangan ke perut. Bagian itu tampak lebih lunak.

Perhitungan Dybala salah, tak seharusnya dia turun dari monster itu. Salah satu pedangnya tidak dapat menembus ke dalam meskipun telah dialiri oleh aura dan tertancap masuk dengan kuat.

Tang!

Dybala hendak mencabut pedangnya tetapi monster itu membalas dengan serangan lidahnya.

Woosh!

"Ah sial! tubuhku semakin melemah ...," gumam Dybala.

Dia terpaksa harus bertarung menggunakan satu pedang dan menghadapi ketiga el armadillo lain yang mendekatinya. Salah satu dari monster itu merubah bentuknya menjadi bola yang menggelinding.

Brak!

Dybala meloncat ke antara pepohonan, serangan bola itu menghantam jenisnya sendiri sampai lapisan tubuh itu remuk. Tampak hewan itu memuntahkan darah hitam dan kakapoo yang baru saja ditelannya. Pemandangan yang sungguh menjijikan.

"Ini dia!" Dybala bergumam sembari memulai serangan balasannya.

Dia melompat tinggi dan mengincar salah satu bagian yang berwarna seperti cacing tanah. Ini adalah wujud El Armadillo apabila tidak terlindungi oleh lapisan besi mereka.

Srat!

Setelah salah satu tusukan menembus dengan dalam karena ia memanfaatkan momentum dari jatuhan, Dybala mengambil kuda-kuda pertahanan dengan kaki yang dilebarkan merendah.

Posisi pedang diarahkan dengan posisi gagang di atas dan mata di bawah, pengguna membuat sebuah pertahanan yang kokoh layaknya cangkang kura-kura.

Setiap lawan yang mendekat akan dicabik dengan tiga tebasan oleh teknik berpedang ini.

Aero Tortera!

Srat!

Graaaahhh!

Teriakan yang memekakan telinga menggema, salah satu kaki monster itu telah terpotong. Dybala tersenyum puas, akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena salah satu lidah dari El Armadillo telah melilit kakinya.

Dia kembali membuat perhitungan yang salah yang membuatnya terhisap masuk ke dalam lambung monster itu. Dybala bersiap untuk mengaliri pedangnya yang tertancap di bagian atas dengan seluruh auranya.

Blar!

Campuran antara aura api dan air menghantam El Armadillo yang menelan Dybala. Tubuh monster itu dapat menahan serangan kuat barusan, tetapi sebuah lubang menganga tiba-tiba muncul dari bagian tenggorokan.

"Dasar tuan putri bodoh!" Dybala segera keluar dan berlari untuk menyelamatkan Sofia dari monster-monster ganas.

"Ah kau saja hampir mati tadi," balas Sofia merasa lega. 

"Aku bisa keluar sendiri ... bukan masalah," Dybala memperhatikan pedang api kepunyaan Lorenzo yang sekarang dimiliki oleh Sofia. 

Pedang Vulkan berwarna hitam itu mampu merubah semua aura menjadi kuasa api tak peduli elemen dasar si penggunanya.

"Sofia mungkin aku terlalu lancang tapi satu-satunya cara agar kita bisa keluar dari sini adalah dengan menghabisi Lautaro!" ujar Dybala menurunkannya. 

Graum! 

"Maksudmu kau ingin meminjam kekuatanku untuk menghabisi semuanya. Tiada masalah, itu sudah tugasku agar dia tidak berbuat kecauan lagi di Villareal ... tapi berjanjilah padaku satu hal Dybala." ucap Sofia mengkonsentrasikan aura yang sangat besar dalam genggamannya. 

Belum sempat Dybala bertanya, aura dalam jumlah besar segera terserap ke dalam tubuhnya. 

"Outputmu kecil, mungkin lebih kecil dari orang kebanyakan." bisik Sofia.

"Memang seberapa besar punyamu?" 

Sofia kembali tidak menjawab, dia hanya menunjuk ke bola-bola api yang melesat cepat ke arah mereka. Mereka berdua mulai berpencar, Dybala segera mengincar Lautaro di bagian kanannya.

Tatapan Lautaro tajam hanya mengarah kepada Dybala. Dia tidak mempedulikan El Armadillo yang mengejarnya. Keduanya mulai mempersiapkan kuasa elemen mereka, tubuh Lautaro dipenuhi oleh percikan bara api sementara muncul kilatan-kilatan petir dari tangan Dybala. 

Teknik Halilintar: Riuh Gemuruh! 

Teknik Bara: Pematah Serangan! 

Blar! 

Kuasa itu beradu, teknik Lautaro lebih kuat tetapi Dybala mengelak dari serangannya. Pemuda itu melemparkan pedang yang dilapisi dengan aura kemudian melemparkan bebatuan yang telah dialiri listrik. 

"Pasti dia akan menggunakan langkah kilat kalau begitu ...," Lautaro membuat kuda-kuda bertarung untuk serangan balik.

Lautaro tidak menyadari kalau Sofia memancing keempat El Armadillo lain ke arahmya sementara Dybala terus mengeluarkan kuasa-kuasa listrik kecilnya. Tanpa diberi aba-aba atau arahan sekalipun, Sofia sudah bisa menebak taktik Lautaro. 

Kuasa Listrik: Batu Bertuah! 

"Dybala jangan paksakan diri! aku akan segera mengisi auramu," Sofia mulai khawatir karena dia terus menerus melancarkan kuasa listrik. 

"Sofia jangan sekarang," Dybala belum dapat membantu gadis itu karena serangan dua El Armadillo. 

Teknik Air: Memancar! 

"Aku perlu uangnya, untuk Urado!" Lautaro keluar dari serangan air seraya mengayunkan tombaknya dengan ganas ke arah Sofia. 

Pedang Vulkan! 

Psht! 

Mata pedang itu terbakar kemudian dihunuskan ke arah Lautaro bersamaan dengan air yang memancar dari dalam tanah. Akan tetapi mata tombak telah menembus bahu Sofia. 

Ting! 

"Jangan mengganggu monster!" Lautaro mengeluarkan gelombang api beruntun yang membakar beberapa bagian lapisan atau bagian tubuh yang telah remuk. Dia dapat membawa Sofia yang terbaring berlumuran darah.

Teknik A--

Brak! 

Arrrggghhh! 

Gadis itu mendapat tendangan keras ke arah tengkuk yang membuatnya hampir tidak berdaya. Lautaro mendapati ada kepulan asap dari arah perbukitan. Dia segera pergi untuk berkumpul kembali dengan Asterix dan bandit lainnya. 

"Dasar bodoh ... bahkan kau masih saja ... meremehkannya." ucap Sofia dengan tertatih-tatih. 

"Memang aku akui kemampuannya. Dia punya aura yang sedikit tapi mampu memaksimalkannya," puji Lautaro.

"Kau hanya memuji ... di mulutmu saja," balas Sofia.

Teknik Halilintar: Langkah Kilat!

Brak! 

Meskipun semua senjata miliknya sudah tidak ada lagi di tangan, dia terus menerjang dengan cepatnya dan mendaratkan setruman kuat yang membuat tubuhnya mengejang. 

Para El Armadillo kembali mendekat, Dybala hendak menjadikannya sebagai makanan mereka. 

"Dybala mari isi auramu terlebih dahulu! kalau kau mengeluarkan kuasa halilintarmu, kau bisa ...," Sofia terdiam saat mendapati darah keluar dari mata, telinga, hidung dan mulut. Aura Dybala sudah habis bahkan sebelum dia mengeluarkan langkah kilatnya. 

"Hey Lautaro aku tahu dirimu lebih kuat dariku. Aku sungguh tahu hal itu," ujar Dybala mengeluarkan riuh gemuruhnya. 

Ctar! 

Lautaro dapat menahan serangan paling kuat dari lawannya itu dengan salah satu teknik baranya miliknya, akan tetapi dia terhempas sampai membuat badannya terlilit oleh lidah salah satu monster. 

"Aku yang menang, kau pasti ... kelelahan juga kan, karena itu tidak bisa ... berpikir jernih. Woohoo menang!" teriak Dybala sebelum memuntahkan darah. 

"Sialan kau ... menyerang lagi dari belakang dasar pengecut. Di pertarungan yang selanjutnya aku akan menang! bahkan kau pasti merasa tidak puas ...." 

Glup! 

Sofia dengan cepat berlari untuk memapah Dybala ke tempat yang aman. Gadis itu terus mentransfer aura. Berharap dapat menyembuhkannya, tetapi kerusakan tubuhnya sudah sangat parah. 

"Emilia aku senang ...," ujar Dybala memegang wajah Sofia. 

"Iya ini Emilia, aku ... aku mencintaimu Dybala." Sofia merasa sedikit kecewa, tetapi dia ingin menyenangkan hati Dybala pada saat terakhirnya. 

"Aku ingin kita menikah dan pastinya hehe, melakukan ...."

Dybala memejamkan matanya, Sofia menangis tersedu-sedu memandang wajahnya yang berubah menjadi pucat.

Prologue: Cambiaso Dybala Arc Selesai

Terpopuler

Comments

Kakak Author

Kakak Author

sip deh ....

2025-03-09

1

Taurus girls

Taurus girls

/Sob/

2025-02-28

0

thor

thor

pertarungan yang sengit

2024-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!