Bab 11 - Lahir dengan Tubuh yang Lemah

O Poqueno Porto adalah nama dari sebuah kampung kecil yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Kampung itu terletak di pesisir barat daya Benua El Dorado.

Setiap dua kali dalam setahun, kepala kampung akan mengantarkan upeti berupa hasil tangkapan mereka kepada Baron of Porto. Wilayah Baron itu adalah bagian dari Kerajaan Velasco.

Pada permulaan musim semi ke-8 dalam hidupnya, Dybala ikut menemani sang ibu menebarkan jala di tepi pantai yang berbatu. Anak itu baru dapat sembuh dari sakit parahnya.

"Nak kau pulang saja, beri makan kadal ternak kita. Ini pekerjaan berbahaya untukmu," ujar Benedetta. Dia perempuan yang cukup cantik, berumur 32 tahun. Wajah Dybala adalah perpaduan indah dari ayah dan ibunya.

"Ibu biarkan anakmu ini membantu, aku bosan hanya duduk. Di sini dan rumah sama saja." bantah Dybala tetap bersikeras ingin membantu ibunya.

"Nak kau itu masih belum siap. Nanti ketika sudah waktunya boleh temani ibu." ujar Benedetta.

Sebagai ibu dia sangat khawatir, fisik anaknya itu masih terlalu lemah untuk melakukan kegiatan mencari ikan. Mereka berada cukup jauh dari kampung, perairan itu bukan tempat yang aman.

Drah!

Tiba-tiba kepiting ganas yang lebih besar dari tinggi dua orang dewasa menyembur ke permukaan. Melihat ibunya berhadapan dengan monster yang mencapit-capit secara liar itu, Dybala tanpa pikir panjang mencoba untuk menyerang.

Anak itu melemparkan batu dan kerikil. Mencoba untuk mengalihkan perhatian, monster bernama 'lacerar' itu dapat menyemburkan air deras dari mulutnya. Sebelum lacerar dapat menyerang, Benedetta memukul mundurnya sampai masuk ke dalam air.

Kuasa Listrik: Setrum!

Aliran listrik terlihat jelas menyambar lacerar yang mencoba untuk kabur di dalam air. Penduduk dari kampung mereka ramai-ramai mendatangi mereka berdua. Tubuh lemas monster itu mengambang dengan cangkang memerah.

"Ada apa Benedetta!" ujar salah seorang dari mereka.

"Lacerar menyerang anakku, Untungnya aku sudah atasi sendiri."

"Bahaya sekali perairan ini ... padahal baru beberapa hari kita dan para ksatria Baron melakukan perburuan monster. Ya rabb lindungi anak-anak kami."

Hanya manusia yang dapat menggunakan aura, monster atau hewan lain tidak dapat menggunakannya. Seekor naga atau basilisk pun yang terkenal akan kekuatannya tidak dapat menggunakan kuasa aura. Fenomena ini seperti kepingan puzzle besar yang membingungkan semua orang.

Beberapa universitas di Benua El Dorado telah melakukan penelitian sejak 600 tahun lamanya. Pertama kali dimulai ketika Kaisar Italianica, Don Asencio de Gran Investigador memberi titah bagi penulis kerajaan untuk mencari tahu asal muasal monster dan tempat kemunculannya.

Pencapaian terbesar dalam penelitian itu adalah diterbitkannya ensiklopedico de completo animal. Buku tebal itu ditulis oleh peneliti dari Wyddfa, kerajaan kecil di ujung timur benua yang bernama Gwylym Amhlaigh hanya dua tahun sebelum Dybala lahir.

Secara rinci dalam bukunya dia menuliskan anatomi, reproduksi, siklus bertelur dan habitat setiap monster yang hidup di Benua Dorado. Secara terpisah dia memisahkan antara hewan dan monster.

Basilisk adalah monster bersisik yang dapat terbang seperti naga, tetapi berukuran lebih kecil yaitu sekitar 15-30 meter. Perbedaan utama dengan anak naga yang masih kecil adalah ukuran tanduk. Monster itu dapat dijumpai di beberapa wilayah benua.

Basilisk kadang dijadikan peliharaan atau monster tempur untuk suatu kerajaan karena sifatnya yang mudah menurut dan bertelur sangat banyak. Pada musim kawin 3 tahun sekali, mereka dapat mengeluarkan lebih dari 20 butir dan menjaga anak-anaknya selama 6 tahun. Basilisk mencapai umur dewasa pada 30 tahun.

Kuda adalah satu-satunya hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan di benua Dorado. Tikus terakhir kali terlihat 20 tahun yang lalu di ibukota Kekaisaran Chavez, Baja. Kota pelabuhan besar di ujung barat dari benua.

Serigala mengalami kepunahan 200 tahun yang lalu. Rusa sekitar 500 tahun lalu. Beberapa hewan melahirkan lain seperti Kucing dan Gajah punah dalam waktu yang hampir bersamaan dengan naga.

Buku Gwylym dengan cepat menyebar ke seluruh benua karena penggunaan alat cetak kertas. Beberapa orang menentangnya, mengaku kalau mereka pernah melihat serigala saat berburu.

Gwylym menutup mata setelah berusaha untuk mencari jawaban di balik rahasia aura selama 60 tahun lamanya. Ada banyak teori mengada-ada yang berhembus, mencoba untuk setidaknya memberi penjelasan alternatif.

Berbeda dari para monster atau hewan bertelur lain, setiap manusia yang dilahirkan di Benua El Dorado memiliki kemampuan untuk mengeluarkan aura tidak peduli seberapa lemahnya fisik tubuh mereka. Meski demikian, setiap orang dilahirkan dengan jumlah aura yang berbeda-beda sesuai bakat bawaan.

Terdapat lima elemen dasar. Api, air, angin, tanah dan listrik. Faktor pasti yang mempengaruhi kekuatan aura atau tipe elemental seseorang adalah keturunan. Mereka yang dilahirkan memiliki teknik aura yang sangat kuat adalah keturunan dari para bangsawan.

Penguasaan dua elemen sekaligus atau lebih adalah hal yang jarang terjadi bahkan di antara orang-orang berdarah biru. Selain dari kelima elemen dasar yang diketahui secara umum, ada dua elemen langka lain yaitu kuasa lava dan es.

Benedetta menyiapkan masakannya berupa ikan dan kepiting kecil yang tertangkap di jala. Dia tidak memasak lacerar dan hanya membawa pulang cangkangnya. Daging monster tabu untuk dimakan di seluruh wilayah benua. Bisa jadi makhluk itu telah memakan anak kecil atau menggali kuburan.

Menyantap daging dari monster tidak ada bedanya dengan memakan mayat manusia.

"Ingat sebelum makan jangan lupa berdoa." Benedetta mengatakan kepada tiga orang anaknya. Dybala adalah anak pertama. Enzo Dybala, berumur 5 tahun merupakan anak tengah. Tiago Dybala yang masih 3 tahun, anak terakhir dari pasangan Javier dan Benedetta.

"Ibu kapan pulang? Kenapa dia tidak pernah ke sini," Tiago menanyakan di mana keberadaan sang Ayah.

"Tutup mulutmu! Ayah hampir meninggal saat kau belum tahu apa-apa." bentak Enzo secara spontan.

"Enzo sudah! Tiago ayah kita sedang mencari penghidupan. Dia pasti akan segera pulang ya," ucap Dybala. Tatapannya sendu saat melihat salah satu pedang dari bangsawan yang dikalahkannya terpajang di dinding.

Dybala kecil tiba-tiba kehilangan nafsu makannya. Dia hanya menatapi sup kepiting hangat yang baru dilahapnya beberapa sendok. Kenapa ayahnya tidak ingin menjadi nelayan saja agar setiap hari dapat menemani mereka.

"Dimakan abang jangan hanya dilihat," sahut Enzo.

"Iya kau juga nanti makananmu dingin Enzo," balas Dybala langsung melahapnya dengan cepat.

Benedetta tersenyum kecil melihat Dybala dan Enzo sebagai abang dan adik yang bersaudara saling perhatian. Tiago yang memperhatikan mereka semua hanya terdiam, masih kurang mengerti.

Tiago disuapi makan oleh Benedetta dan diberi beberapa beri. Enzo tampak ingin merajuk karena iri akan perhatian yang hilang karena kehadiran sang adik. Dybala mengambil inisiatif dengan meniru apa yang dilakukan.

"Akh buka mulutmu," ujar Dybala dengan sendok berisi potongan kaki kepiting.

"Tidak ini berle--" balas Enzo tidak mau disuapi.

Langsung saja Dybala memasukan sendok ke mulutnya. Enzo sedikit marah, sementara dia tertawa dengan puasnya. Dybala menyendok makanan di piring Enzo untuk menyuapi makan si anak kedua lagi.

"Mau lagi? masih banyak. Jangan malu-malu," ujar Dybala.

"Aduh tidak mau!" meskipun mengeluh, dia tetap melahap suapan dari sendok dari Dybala.

Brak!

"Ini sudah lewat 2 minggu! Jangan buat kesabaranku. Di mana uangnya?" bentak Nicolo setelah menendang pintu rumah sampai penutup dari kayu patah. Dia adalah paman Dybala sekaligus adik Javier.

"Maaf aku belum menjual lacerar ke pasar kampung sebelah. Beberapa hari kedepan mungkin tutup, 1 minggu lagi akan aku bayar."

"Kau itu selalu meminta uang untuk apa? ini kampung kecil Benedetta. Memang siapa yang peduli kalau ibumu ...."

Pertengkaran yang seperti tidak ada ujung. Dybala tidak terlalu mengerti kenapa Paman dan Ibunya bisa bertengkar dengan hebatnya. Anak itu pergi ke kamarnya, dia mengeluarkan pedang kayu dari batang pohon kecil.

Sejak berumur 5 tahun, Dybala sudah memiliki kebiasaan mengayun-ayunkan ranting dan sekarang batang pohon. Dia begitu terkesima melihat permainan senjata Javier, perisai di kiri dan pedang di kanan.

Dybala terus mengayunkan batang pohon kecil itu. Seakan benda yang digenggamnya adalah pedang sungguhan, dia melakukan gerakan tebasan. Dia mengingat pertarungan singkatnya dengan lacerar tadi dan membayangkan kalau ia berhasil menembus cangkangnya yang keras.

Dybala yang kelelahan bermain sendirian itu berbaring di atas tanah. Dia hanya dapat bertahan sebentar saja. Tubuhnya basah oleh keringat dan merinding kelelahan. Sepertinya mengkhayal kalau dia berhasil memburu lacerar itu terlalu berlebihan.

"Bau ... sudah mandi belum," ujar gadis yang seumuran dengannya. Namanya adalah Emilia, berparas cukup cantik.

"Aku sedang berlatih ... kau tahu, kalau aku kuat maka aku bisa menghentikan pertengkaran mereka." balas Dybala segera bangkit. Melihat wajahnya, dia menjadi bersemangat.

"Kau ini selalu suka main sendiri. Sudah bertemu Torres dan Mateo belum? mereka bilang sedang mencari serangga langka di arah sana tadi."

"Lain waktu kalau dengan mereka, mungkin besok. Hari ini kita main berdua saja."

"Hihi ayo, kita lanjutkan permainan kelereng kemarin. Aku membeli bola baru dari pedagang lewat."

Emilia adalah teman paling dekat Dybala. Sehari-harinya mereka sering bermain kelereng atau permainan lain bersama.

–>

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

iklan,,,☝

2025-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!