Setelah berita mencuat atas tertangkapnya nyonya Dorothy dan tuan Miko yang pernah menjerumuskan putri Madeline, kini masalah kerajaan itu berlalu dengan aman. Walaupun Madeline sendiri tidak mengetahui atas penangkapan kedua orangtua angkatnya itu.
Namun ada hal yang membuat hatinya gundah kala Raffi berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk kembali ke Amerika karena tugas lain menantinya di negara Adi daya tersebut.
"Tuan, nyonya. Tugasku untuk mengembalikan Madeline kepada kalian telah usai. Tolong jaga Madeline dengan baik. Tetap seleksi para pelayan yang mungkin melayani kebutuhan Madeline.
Jangan terlalu percaya kepada orang yang terlihat lembut namun menipu. Tegas itu penting tapi egois jangan," pinta Raffi membuat kedua orangtuanya Madeline tersenyum.
"Kami tidak akan ceroboh lagi untuk menjaga Madeline. Jika ada urusan negara yang butuh tenaga kami, maka kami akan membawa Madeline ikut serta supaya dia juga belajar bagaimana cara menjalin hubungan kerjasama antara beberapa negara untuk kepentingan dalam negeri," ucap tuan Excel.
"Madeline harus kuliah lagi sebelum ia dipersunting oleh pangeran yang akan melamarnya nanti," ucap nyonya Kellen seakan memberikan warning untuk Raffi agar tidak berharap pada cinta putrinya.
"Mam...!" tegur Madeline yang tidak enak dengan Raffi yang tetap bersikap tenang walaupun hatinya sangat sakit.
"Baiklah. Kalau begitu aku permisi tuan Excel karena sebentar lagi helikopterku akan datang menjemputku. Aku minta ijin helikopternya mendarat di istana anda, tuan Excel," ucap Raffi tidak begitu peduli dengan ocehan nyonya Kellen karena tidak ingin melihat Madeline sedih.
"Daddy. Apakah aku boleh mengantar Raffi ke depan?" ijin Madeline dan tuan Excel setuju.
Madeline begitu senang mendapat kesempatan untuk bisa bersama Raffi untuk terakhir kalinya walaupun jujur saja ada perasaan yang hilang dalam dirinya yang berganti dengan gelembung kesedihan yang memaksanya untuk menangis.
"Titip salam ku kepada saudaramu Ghaida dan Ghazali. Terimakasih banyak sudah membantu memenuhi kebutuhan hidup putriku selama tinggal dengan kalian. Aku akan membayarnya untuk semua jasa baik adikmu Ghaida. Tolong kirimkan rekening Ghaida agar putriku Madeline tidak perlu berhutang pada kalian," ucap nyonya Kellen sebelum Raffi meninggalkan ruang utama istana itu.
"Tidak perlu nyonya. Semakin kami menolong orang yang membutuhkan uluran tangan kami, semakin bertambah harta kami setiap harinya.
Dengan beramal baik, Tuhan kami Allah menggantikannya 70 ribu kali lipat kebaikan yang kami lakukan tidak seberapa besar pada orang lain," jelas Raffi tetap santun.
"Sekaya apa keluargamu hingga kamu begitu angkuh tidak mau menerima balasan dari kami?" tanya nyonya Kellen.
"Kekayaan keluargaku mungkin bisa membeli kehormatan anda nyonya. Saking banyaknya harta yang kami dapatkan sehingga kami tidak tahu cara menghabiskannya," ucap Raffi untuk membungkam keangkuhan nyonya Kellen yang mulai menyinggung kehormatan keluarganya.
"Selamat jalan saudara Raffi...! Terimakasih banyak atas perjuanganmu untuk mempertemukan kami dengan putri kami yang selama ini menghilang dari hidup kami sebelum kami meninggal dunia," ucap tuan Excel agar Raffi cepat pergi dan tidak lagi berdebat dengan istrinya.
"Selamat tinggal tuan Excel. Semoga selalu sukses..!" ucap Raffi menyalami tuan Excel dan mengatupkan kedua tangannya ke arah nyonya Kellen.
Madeline berjalan disisi Raffi dengan sedikit menjaga jarak walaupun hatinya ingin sekali menggenggam tangan Raffi dan itu tidak akan pernah terjadi.
"Mengapa kamu buru-buru pulang? Padahal aku ingin sekali mengenal negara ini kalau kamu menemaniku berjalan berdua denganmu," ucap Madeline berusaha tersenyum ditengah kesedihannya.
"Madeline. Aku juga tahu banyak tentang negara ini. Kenapa tidak mengajak Daddy mu saja untuk menemanimu mengenal negara ini? Setahu saya seorang raja lebih mengenal wilayahnya daripada warganya sendiri karena dia sudah dibekali ilmu geografis yang mempuni. Dengan mengusai wilayahnya berarti seorang raja tahu luas daerah kekuasaannya sampai batas mana," ucap Raffi.
"Bukan negara ini yang ingin aku kuasai Raffi, tapi wilayah hatimu yang ingin ku perdalam lagi sebelum wanita lain menduduki area hatimu," batin Madeline yang akhirnya menangis juga.
Melihat Madeline yang sedari tadi menyeka air matanya membuat Raffi tidak enak hati. Tanpa dijelaskan wanita cantik ini, Raffi tahu Madeline tidak ingin dia pergi.
"Jangan sedih Madeline ...! Jika kamu butuh teman ngobrol, kamu tahu caranya menghubungi aku, bukan?" ucap Raffi menenangkan Madeline yang makin sesenggukan.
Madeline berusaha meredakan tangisnya namun tidak bisa dikendalikan. Raffi ingin sekali merangkul gadis ini, tapi ia memikirkan keimanannya. Terpaksa Raffi hanya bisa diam dan terus melangkah menuju landasan pacu di istana tersebut yang memang disediakan oleh istana tersebut.
"Raffi. Apakah aku boleh memelukmu sebelum kita berpisah?" tanya Madeline sambil sesenggukan.
"Menatap wajahmu lebih lama saja tidak boleh apa lagi memelukmu Madeline, itu dilarang oleh agama kami," ucap Raffi agar Madeline mengerti dengan penolakannya.
"Kata Ghaida jika dia orang yang berlawanan jenis bisa disatukan dalam ikatan untuk menjadi mahramnya adalah dengan pernikahan. Apakah kamu tidak ingin menikahiku, Raffi?" tanya Madeline nekat membuat Raffi syok.
"Madeline. Perbedaan diantara kita terlalu banyak dan salah satunya keyakinan..._"
"Aku bersedia menjadi mualaf Raffi. Aku memang sudah tertarik dengan Islam sebelum aku jatuh cinta padamu," ucap Madeline keceplosan lalu buru-buru membekap mulutnya dengan menahan malu.
Raffi jadi salah tingkah sendiri mendengar ucapan frontal Madeline pada dirinya. Ia akhirnya menenangkan Madeline agar gadis ini tidak berharap banyak atas hubungan mereka.
"Madeline. Kamu punya segalanya yang ada di istana ini. Nikmatilah kehidupanmu sebagai seorang putri kerajaan. Belajarlah lebih banyak lagi tentang tata negara berserta hukum--hukumnya. Kuasai lah ilmu pengetahuan sebanyak yang kamu bisa, insya Allah kamu bisa menguasai dunia dengan ilmu pengetahuan yang kamu miliki. Dan aku yakin, kamu akan bertemu dengan pangeranmu suatu hari nanti," hibur Raffi namun tidak mempan pada Madeline.
Ditambah lagi kedatangan helikopter milik FBI yang menjemput Raffi sudah mendarat perlahan diatas landasan pacu tersebut.
"Aku pergi dulu Madeline. Aku akan menghubungimu kalau sudah tiba di New York. Jaga dirimu baik-baik....! Kau harus bahagia, ok!" nasehat Raffi yang juga tidak tega meninggalkan Madeline.
"Raffi. Tunggu sebentar...!" cegah Madeline ketika Raffi mulai melangkah menuju landasan.
"Ada apa Madeline?" tanya Raffi dengan polosnya.
"Apakah kamu tidak pernah mencintaiku sedikit saja?" tanya Madeline lirih.
Deggggg....
Raffi terdiam sesaat lalu tersenyum pada Madeline yang sudah tidak bisa menguasai dirinya karena tidak kuat berpisah dengan pria yang sudah membuatnya tidak tahu malu karena cinta.
"Madeline. Jika Allah menghendaki kita untuk bersatu, insya Allah pasti ada jalan untuk kita kembali bersama," ucap Raffi terdengar ambigu oleh Madeline yang tidak menginginkan jawaban tidak jelas dari Raffi.
"Apakah kamu mencintaiku, Raffi?" desak Madeline namun Raffi tetap pada pendiriannya karena takut memberikan harapan palsu pada Madeline.
"Selamat tinggal Madeline....! Sampai jumpa lagi...!" ucap Raffi lalu berlari cepat menuju helikopter yang sudah menunggunya cukup lama karena mesinnya tidak dimatikan oleh co-pilot.
"Raffiiiiii......!" pekik Madeline makin menjadi membuat hati Raffi sangat sakit.
Helikopter sudah siap meninggalkan istana itu dan Madeline berlari mengejar sambil berteriak memanggil nama Raffi.
"Good bye, Madeline. I love you...!" batin Raffi masih melihat lambaian tangan Madeline melepasnya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Erna
jadi sedih ya,,😭😭,cinta mereka terhalang oleh mahakota Ratu madeline,,
2024-04-28
2
Rianti Dumai
me too Raffi,,🫣😅🤣
2024-04-28
2
Sekar Sekar
😭😭😭
2024-04-12
2