Raffi sedang mengangkut semua bekas peralatan makanan yang ada di meja taman belakang di mana tuan Excel baru saja mengakhiri perjamuan makan malamnya dengan koleganya.
Hanya ada beberapa tamu wanita yang masih asyik ngobrol dengan nyonya Kellen karena suami mereka membahas bisnis penting di ruang kerjanya tuan Excel.
Sebenarnya tamu itu adalah seorang detektif yang ditugaskan oleh tuan Excel untuk mencari keberadaan putrinya yang menghilang lima belas tahun yang lalu di Amerika.
"Apa yang kamu dapatkan dari penyelidikanmu tuan Aldo?" tanya tuan Excel serius.
"Apakah tuan mengenali kalung bermata tetesan air ini?" tanya tuan Aldo seraya menyerahkan bungkusan plastik yang berisi kalung batu zamrud kuning itu pada tuan Excel yang langsung terenyuh.
"Ini...ini kalung putriku pemberian ibuku," lirih tuan Excel terbata-bata.
Tok....tok....
Ghazali masuk ke ruang kerjanya tuan Excel untuk membawa kudapan dan sebotol wine. Saat Ghazali meletakkan baki itu di atas meja kerjanya tuan Excel, ia melirik tuan Excel yang masih menggenggam kalung itu dan membukanya sambil memanggil nama putrinya Madeline.
Deggggg..
"Oh Madeline...! Di mana kamu nak?" lirih tuan Excel dengan mata berkaca-kaca.
Karena tuan Excel dan detektif Hendrik bicara dalam bahasa setempat membuat mereka tidak begitu peduli pada Ghazali karena mereka tahu kalau pelayan baru itu berasal dari Amerika dan hanya bisa mengusai bahasa Inggris semata.
Jika saja mereka tahu kalau keturunan Nabila dan Amran selalu mengusai berbagai bahasa karena berhubungan dengan profesi mereka yang menjalani setiap misi mereka di berbagai belahan negara.
Ghazali merekam semua yang ada di ruangan itu hingga matanya terpaku pada sebuah foto keluarga di mana Madeline kecil sedang duduk di pangkuan sang ibu dan ayahnya memeluk keduanya dari belakang.
"Sepertinya itu foto terakhir Madeline sebelum diculik di Amerika," batin Ghazali segera beranjak keluar dari tempat itu sebelum dirinya diusir oleh tuan Excel karena dianggap pengganggu.
Setibanya di luar, ia segera menghubungi Raffi untuk membahas tentang Madeline.
"Kamu di mana bro?" tanya Ghazali melalui alat penghubung.
"Aku di taman sedang membantu pelayan yang lain membersihkan sisa pesta," ucap Raffi.
"Aku sudah mendapatkan titik terang untuk mendapatkan informasi tentang Madeline."
"Apa yang kamu temukan, Al?"
"Foto Madeline kecil yang sama persis dengan foto yang ada bersama kita. Foto itu ada di ruang kerjanya tuan Excel," ujar Ghazali sambil matanya mewaspadai sekitarnya.
"Kita harus bergerak cepat untuk memberitahu keluarganya Madeline tentang keberadaan putri mereka. Aku cukup gelisah meninggalkan Madeline bersama Ghaida. Bagaimanapun mereka adalah perempuan walaupun aku tidak meragukan kemampuan Ghaida," cemas Raffi.
"Ok. Kita tuntaskan kasus ini tapi kita harus tahu akar permasalahannya mengapa mereka tega menculik Madeline," timpal Ghazali yang masih penasaran.
"Itu bisa diatur. Setidaknya kita harus mengembalikan Madeline pada kedua orangtuanya secepatnya," ucap Raffi.
"Siap bro." Ghazali mengakhiri obrolan mereka dan hendak menemui tuan Excel setelah melihat tamunya tuan Excel pulang.
"Permisi tuan...!" sapa Ghazali yang nekat masuk ke ruang kerjanya tuan Excel yang duduk termenung sambil melihat kalung milik putrinya.
"Ada apa..?" datar tuan Excel terlihat menakutkan namun Ghazali sudah terbiasa menghadapi manusia berkelas seperti tuan Excel.
"Begini Tuan. Saya tidak sengaja melihat foto keluarga tuan di meja itu. Siapa gadis kecil yang di dalam foto itu?" tanya Ghazali penasaran.
"Itu bukan urusanmu...! Keluar dari sini...!" usir tuan Excel namun Ghazali tidak langsung pergi.
"Aku juga punya foto yang sama seperti yang ada di...-"
"Tolonggggg...!" teriakan minta tolong menggema di istana itu membuat obrolan Ghazali dan tuan Excel terhenti.
Keduanya langsung melihat apa yang terjadi di luar sana. Raffi yang sudah ada di lokasi di mana para pelayan mendapati kakek Nick mati terbunuh di kamarnya.
"Apa yang terjadi...?" tanya tuan Excel saat melihat tukang kebunnya mati terbunuh di paviliun dalam istananya.
Pelayan langsung membentuk formasi berbaris merapat ke dinding dengan kepala tertunduk dan tubuh gemetar.
"Saya melihat kakek Nick sudah terbunuh. Awalnya saya ingin mengantarkan makanan untuk kakek karena dari sore tidak kunjung keluar dari kamarnya," ucap seorang pelayan dengan bibir gemetar.
"Jadi ada pembunuh yang bisa menyusup ke dalam istanaku? Penjaga....! Cari pembunuh itu sampai ketemu..! Pastikan dia masih berada di sekitar sini dan interogasi semua para pelayan...!
Mungkin saja ada keterlibatan mereka dengan pembunuh itu...!" titah tuan Excel yang tidak asing dengan kematian para pelayan sejak ia masih kecil.
Pelayan yang terlalu banyak tahu tentang keluarga istana pasti akan dibunuh. Tapi selama dua puluh tahun terakhir baru kali ini ada lagi pembunuhan di istananya.
Raffi melirik Ghazali untuk bertindak cepat menangkap pembunuh itu. Mereka ikut melacak keberadaan pembunuh namun sebelumnya mereka harus menyisiri tempat terjadinya pembunuhan.
"Tolong tinggalkan tempat ini agar polisi bisa mencari alat bukti yang ditinggalkan pelaku...!" titah Raffi yang kembali menjadi dirinya sendiri.
Semua pelayan menuruti perkataan Raffi. Sementara tuan Excel segera menghubungi polisi untuk datang ke kediamannya.
Wajah pucat nyonya Kellen yang baru mendengar ada pembunuhan di dalam istananya membuatnya syok. Ia dan suaminya segera diamankan karena bisa saja mereka berdua yang menjadi incaran.
Ghazali menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk mencari pelaku pembunuhan itu. Ia mendatangi kamar sopir pribadi tuan Excel. Kenneth yang serius tidak menyadari Ghazali yang masuk ke dalam kamarnya karena lelaki ini sudah dilumpuhkan penglihatannya oleh Ghazali.
"Apakah kamu berhasil membunuhnya?" tanya nyonya Adele pada orang suruhannya.
"Sudah. Kakek Nick sepertinya sudah tewas," ucap sopir pribadi tuan Excel yang membunuh kakek Nick.
"Bagus. Tuan Remon pasti akan memberimu uang yang banyak. Kita harus menjadikan Bella sebagai ratu di negeri ini. Kakek Nick terlalu banyak ikut campur dan sangat berani menceritakan tentang penculikan nona Madeline pada orang asing," ucap kepala pelayan Adele yang sengaja mengambil cuti saat acara perjamuan makan malam itu.
Sopir pribadi tuan Excel yaitu Kenneth bersikap biasa saja setelah melihat kanan kiri usai menghubungi pelayan Adele. Namun ia tidak menyangka kalau Ghazali sedang merekam obrolan mereka berdua. Mudah bagi Ghazali untuk melakukan itu karena dirinya mengusai IT. Ghazali yang duduk tenang di atas lemari Kenneth tersenyum melihat Kenneth merasa bebas dari tuduhannya.
"Apakah aku harus mencari tahu dulu motif penculikan itu atau aku harus menyerahkan Kenneth ke polisi? Lalu siapa Remon? Aku harus memberitahu brother Raffi untuk mencaritahu informasi silsilah keluarga tuan Excel.
Ini pasti ada hubungannya dengan tahta dan harta. Atau jangan-jangan tuan Remon adalah ayah kandungnya Bella?" tebak Ghazali.
Ghazali segera menghubungi Raffi melalui chating. Ia masih tiduran di atas lemari pakaian milik Kenneth walaupun pria itu sudah meninggalkan kamarnya untuk bergabung dengan pelayan yang lain.
"Apa yang harus aku lakukan pada tuan Kenneth?" tanya Ghazali.
"Biarkan saja dia menikmati keberhasilannya sampai kita menemukan benang merah dari masalah penculikan nona Madeline. Sekarang kamu harus ikut bergabung dengan para pelayan karena kita akan diperiksa oleh polisi," balas Raffi.
"Polisi setempat mengetahui siapa kita, bro karena Mr. M sudah memberitahu misi kita pada mereka," balas Ghazali.
"Hanya kepala polisinya saja yang tahu akan misi kita bukan anggotanya. Jadi cepat ke sini sekarang...!" geram Raffi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
sudah kuduga pasti kepala pelayan terlibat
2024-06-07
3
Tangsah Jagad
mantaapppp
2024-05-08
2
Mr.VANO
seru abis,misiny
2024-04-28
2