Seperti yang diduga oleh Raffi kalau para penjahat saat ini sudah mengepung tempat itu, Raffi dengan cepat mengajak Madeline menuju lantai terakhir di mana atap hotel itu dijadikan landasan helikopter.
"Kita mau ke mana Raffi?" tanya Madeline saat melihat lift itu bergerak naik tanpa berhenti.
"Jangan tanyakan apapun padaku karena keselamatanmu saat ini lebih penting. Mau mengikuti semua perkataanku?" Raffi menatap manik biru Madeline yang sangat indah.
"Hmm!" Madeline mengangguk dan Raffi harus menyuntik obat bius putri kerajaan Yugoslavia itu agar Madeline tidak tahu bahwa dirinya adalah agen rahasia FBI walaupun kedua orangtuanya gadis ini sudah mengetahuinya.
"Maafkan aku Madeline...! belum saatnya kamu mengetahui tentangku sampai kamu aman dari incaran para penjahat yang ingin melenyapkan mu demi tahta," ucap Raffi menggendong tubuh Madeline menuju helikopter di mana Ghazali sudah menunggu mereka.
"Kamu apakan anak orang bro?" tanya Ghazali kembali terbang menuju bandara untuk memulangkan Madeline ke negara asalnya. Madeline tertidur pulas di belakang sana. Raffi terdiam sesaat dan malas menjawab pertanyaan Ghazali.
Raffi merubah rencana awal untuk kembali ke apartemen mereka namun mengetahui banyak para oknum FBI yang bekerjasama dengan mafia Remon yang membuatnya harus beralih ke rencana ke dua.
"Apakah dia harus dipulangkan sekarang bro?" tanya Ghazali yang melihat gesture tubuh Raffi tidak sesuai dengan perasaannya.
"Dia jauh lebih aman dalam pengawasan kedua orangtuanya. Aku hanya menjalankan tugasku dan urusan ini selesai karena mereka sudah bertemu setelah sekian lama terpisah," ucap Raffi menatap nanar di depan sana padahal hanya awan putih yang mereka lihat.
Madeline tertidur di bagian belakang sana dengan pakaian koki yang melekat di tubuhnya.
"Apakah kamu tidak menyesal bro saat melepaskannya pergi?" tanya Ghazali.
"Kau ini bicara apa? Apa yang aku sesalkan...? Aku hanya menjalankan tugasku melindunginya sampai akhir. Aku tidak punya perasaan apapun padanya apa lagi mencintai wanita yang tidak seiman denganku," ketus Raffi.
"Saya tidak menyinggung tentang perasaan cintamu, kenapa tiba-tiba bahas cinta? Apakah jangan-jangan kamu benar-benar mencintai nona Madeline?" ledek Ghazali yang memang menjebak Raffi dengan kalimat yang menggantung hanya untuk mengetahui perasaan saudara sepupunya ini pada gadis yang saat ini sedang mereka lindungi.
"Diamlah...! jangan coba-coba meledekku...! Ayo kita fokus pada tugas utama kita...!" tegas Raffi dan Ghazali mendaratkan helikopter di samping pesawat jet pribadi milik tuan Excel tersebut.
Kini mereka hanya sedang menunggu Ghaida karena gadis cantik itu membawa mobil. Ghaida dikejar oleh beberapa orang penjahat yang membawa mobil mereka dengan secara acak untuk mengecoh Ghaida.
Walaupun mereka belum tahu kalau putri bungsunya Nada ini memiliki kekuatan. Ghaida mencari jalan lain yang cukup sepi menuju bandara. Dengan cara ini ia ingin menyiksa musuhnya yang begitu bernafsu ingin melenyapkan mereka.
Ghaida pura-pura menghentikan mobilnya di tengah jalan seakan sedang kehabisan bensin. Beruntunglah ia sudah membuat nyonya Kellen tertidur tapi tidak dengan obat bius yang disuntikkan oleh Raffi pada Madeline.
Cukup dengan kekuatan yang dimilikinya, ia mampu membuat nyonya Madeline tertidur dengan sabuk pengaman yang cukup kencang membalut tubuhnya agar tidak terlempar saat Ghaida melakukan manuver yang dibutuhkan dalam aksi kejar-kejaran di jalan raya yang cukup sepi itu karena sudah mulai gelap kini.
"Ayolah sayang...! aku sedang menunggu kalian. Kita akan bertempur sekarang. Aku tidak akan menggunakan kekuatanku untuk menjatuhkan kalian," ucap Ghaida yang ingin menguji nyalinya bertempur dengan para penjahat itu tanpa terlihat curang.
Padahal bisa saja ia mendorong mobil para penjahat itu dengan kekuatannya namun kali ini ia tidak ingin menjadi pusat perhatian para pengguna jalan yang mungkin saja melintas di dekatnya.
"Apakah mobil gadis itu mogok?" tanya salah satu penjahat melihat mobil Ghaida tidak bergerak sama sekali dan lampu mobil itu kian meredup.
"Sepertinya dia kehabisan bensin. Dia tidak lebih dari seorang anak kecil yang bisa kita kerjain. Kita bisa melecehkannya dan juga ratu cantik itu sebelum kita bunuh," ucap salah satu anak buahnya Remon ini penuh minat pada gadis muda yaitu Ghaida dan wanita dewasa matang namun tetap mempesona diusianya yang mencapai 42 tahun yang tidak lain adalah nyonya Kellen.
Pikiran mesum mendominasi otak mereka kini. Itulah sebabnya mereka ingin mendapatkan keuntungan dengan cara menangkap keduanya dalam keadaan hidup-hidup.
Ghaida cukup sabar menunggu kelima mobil penjahat yang akan mengepungnya dengan berjalan berjalan perlahan mendekati mobilnya.
Setelah mobil mereka membentuk formasi dua di samping kiri dan kanan. Dua mobil lainnya ada depan mobilnya dan satu lagi berada di belakangnya.
Kedua orang penjahat turun bersamaan dari mobil mereka yang ada diantara kiri dan kanan mobil milik Ghaida untuk menanyakan apa yang terjadi. Mereka menggedor kaca mobil Ghaida dan Ghaida santai menurunkan kaca jendela mobilnya setengahnya saja.
"Apa ada masalah nona?" tanya mereka pada gadis berjilbab itu.
"Iya tuan. Sepertinya saya kehabisan bensin," ujar Ghaida dengan sikap waspada.
"Siapa yang ada di belakang itu?" tanya mereka pura-pura tidak mengenal nyonya Kellen.
"Ahh...! itu Tante saya," Jawab Ghaida asal.
"Benarkah? Apakah dia sakit?"
"Tidak. Dia hanya kelelahan. Kami mau pulang," ucap Ghaida bersiap-siap menyalakan lagi mesin mobilnya.
"Apakah kamu butuh tumpangan, nona? Mobil kami banyak. Kamu bisa memilih mobil mana yang kamu ingin tumpangi." Menyeringai licik sambil mengamati wajah cantik Ghaida.
"Tidak usah. Aku sedang menunggu saudaraku menjemput ku di sini. Silahkan kalian melanjutkan perjalanan kalian...! Maaf sudah membuat kalian....-"
"Buka pintu mobilnya dan keluar dari mobilmu....!" titah penjahat yang berada di sebelah Ghaida dengan menodongkan senjatanya karena sudah tidak sabar berbasa-basi dengan Ghaida yang harus terdiam menuruti permintaan penjahat.
"A... ampun tuan...! Jangan bunuh saya dan Tante saya," ujar Ghaida pura-pura ketakutan.
"Makanya turun dari mobil ini atau kepalamu akan aku ledakkan...!" ancam penjahat itu.
"Baiklah. Saya akan turun tuan. Tolong mundur lah supaya saya bisa membuka pintunya," pinta Ghaida dituruti oleh keduanya.
Saat tubuh mereka menjauh dari badan mobil Ghaida, gadis ini menginjak pedal gas dengan cepat dan menabrak dua mobil yang ada di depannya karena menghalanginya.
Otomatis dua mobil itu terdorong ke depan dan Ghaida tidak peduli dengan teriakan mereka yang panik. Bahkan ia menikmati pertempuran itu menjadi bagian dari permainan.
"Gadis sialan...! Hampir saja kakiku terlindas. Bunuh dia ...!" teriak penjahat yang tadi menodongkan senjata ke kepala Ghaida.
Keduanya buru-buru masuk lagi ke mobil mereka untuk mengejar Ghaida. Tentu saja mobil mereka akan ketinggalan jauh karena mobil milik Ghaida menggunakan mesin turbo yang melaju kencang saat ini membuat kedua mobil yang terdorong di depannya terpental jauh.
Sang sopir dan penjahat di dalamnya berteriak histeris saat mobil mereka kehilangan kendali berputar-putar di jalanan sepi itu dan akhirnya meluncur ke bawah keluar jalur jalan raya hingga menabrak pohon dan mesin mobil mereka langsung mengeluarkan asap yang mengepul.
Tanpa membuang banyak waktu, Ghaida menambah kecepatan mobilnya karena Madeline dan kedua saudaranya sudah menunggu kedatangan mereka, Ghaida segera menuju bandara. Namun ada saja halangannya ketika helikopter milik penjahat mengikuti mobil Ghaida dari atas sana.
"Sial...! Apakah aku harus mendorong helikopter itu menjauh dari mobilku?" batin Ghaida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
pake kekuatan saja drpd banyak rintangan 😁
2024-06-08
2
jhon teyeng
hhmmm sdh pake saja kekuatanmu toh msh banyak yg hrs ditumpas
2024-02-29
2
suti markonah
klo si remon beserta komplotan blm ketangkep ya madeline blm aman walau sudah di tangan orang tua nya..raffi jangan lepaskan madeline begitu saja..klo urusan hati kan bs saja madeline ikut mualaf seperti syakira..
2024-02-29
3