Tanpa melakukan aksi apapun untuk menghentikan aksi penjahat yang menginginkan nyonya Kellen secara normal, Ghaida mengundang angin kencang untuk mendorong helikopter penjahat itu agar menjauhi mobilnya karena sebentar lagi mereka sudah memasuki bandara khusus untuk jet pribadi para konglomerat.
"Kenapa tiba-tiba ada angin kencang, bos?" ucap co-pilot yang sulit mengendalikan helikopternya dari angin kencang yang melingkupi di sekeliling helikopter itu seakan mereka tidak boleh terbang maupun mendarat.
"Ada apa?" tanya bos penjahat itu.
"Cuacanya lagi tidak kondusif. Sebaiknya kita mendarat saja daripada kita yang celaka," sahut co-pilot mencari aman.
"Siapa yang memintamu berhenti? Apakah kamu tidak lihat mobil itu makin menjauhi kita? apa kamu ingin kita mati di tangan tuan Remon, hah?!" bentak sang bos membuat co-pilot cukup sulit menentukan sikap.
"Tapi, helikopter ini tidak bisa terbang tuan. Kita seperti dikepung angin dan tidak bisa ke manapun," protes co-pilot terlihat serius.
Melihat wajah cemas co-pilot, si bos penjahat tidak bisa lagi protes. Ia begitu geram karena selalu saja gagal mengeksekusi targetnya. Ia akhirnya mengalah karena ia tidak begitu mengerti mesin helikopter. Ghaida tiba di bandara sedikit terlambat di mana kedua saudaranya sudah menunggu.
Ghaida membangunkan nyonya Kellen yang cukup limbung saat melihat disekitar mereka adalah pesawat jet miliknya.
"Nyonya. Madeline sudah berada di dalam pesawat. Selamat jalan dan sampai jumpa lagi...!" ucap Ghaida ketika nyonya Kellen sudah turun dari mobilnya dan merasa baru saja tidur sebentar.
"Terimakasih Ghaida...! Kamu adalah gadis baik dan pemberani. Putriku berhutang banyak padamu. Saya pulang dulu. Salam untuk keluargamu," ucap nyonya Kellen lalu memeluk erat Ghaida.
Diatas sana, Madeline sedang bicara dengan Raffi yang ikut mengantar dirinya ke negaranya.
Sementara itu Ghazali tidak ikut dengan Raffi karena ia yakin Raffi bisa menyelesaikan tugas akhirnya dengan menangkap tuan Remon yang merupakan otak mafia kejam yang selama ini ia cari.
Ghaida naik ke pesawat bersama dengan nyonya Kellen untuk melepaskan kepergian sahabat barunya itu. Begitu melihat Ghaida masuk, Madeline langsung berdiri dan menghampiri Ghaida.
"Ghaida. Aku harap ini bukan akhir dari semuanya. Sebenarnya aku tidak ingin pulang ke negaraku karena aku merasa rumahku disini.
Aku tidak tahu bagaimana caraku mengucapkan terimakasih kepadamu. Tapi, aku hanya mau mengatakan bahwa agamamu telah mengajarkan banyak hal padaku melalui akhlak mu. Aku ingin mendalaminya.
Tolong bantu aku untuk mengenal Islam karena selama ini aku tidak mengenal agama apapun," ucap Madeline menahan rasa sedihnya.
"Alhamdulillah. Semoga ini adalah tanda-tanda hidayah telah datang padamu. Keyakinan adalah urusan hati manusia dengan Tuhan penciptanya. Aku yakin kamu akan mendapatkan jalan untuk mengetahui keyakinan kami. Aku akan mengirim buku apa saja mengenai Islam untuk kamu," ucap Ghaida.
Keduanya berpelukan agak lama dan Ghaida segera turun dari pesawat karena pesawat segera berangkat ke Yugoslavia.
"Ghaida. Pastikan pesawat ini aman saat terbang nanti...!" pinta Raffi yang tahu si kembar akan menghadang musuh yang menghalangi mereka berangkat.
"Siap agen satu...!" Ghaida memberi hormat pada Raffi layaknya seorang perwira pada komandannya.
Tidak lama kemudian pesawat melakukan take-off membawa pergi Madeline meninggalkan kota New York yang pernah menjadi tempat tinggalnya. Madeline menangis karena berpisah dengan Ghaida.
Walaupun hatinya sangat lega karena Raffi masih mengantar dirinya sampai ke negaranya.
"Sayang. Suatu saat nanti kamu akan bertemu lagi dengan sahabatmu setelah kamu dinobatkan menjadi ratu untuk negara kita. Ghaida adalah gadis yang sangat baik. Mommy bersyukur kamu bertemu dengan orang-orang baik yang telah menyelamatkan kamu dari para penjahat.
Mommy akan menuntut ayah dan ibu angkatmu yang berani-beraninya menjual kamu pada pria hidung belang," geram nyonya Kellen yang sudah tahu cerita pertemuan Raffi dan Madeline.
...----------------...
Penyambutan kedatangan Madeline secara kerajaan di bandara setempat menjadi suasana yang mengharukan bagi sebagian orang yang sempat melupakan gadis kecil pewaris tahta kerajaan negara tersebut yang menghilang selama 15 tahun yang lalu.
Madeline cukup kikuk melihat orang-orang yang mengelukan dirinya dan tidak sedikit dari mereka menatap tak percaya kehadiran sosok Madeline yang mirip sekali dengan ibu kandungnya nyonya Kellen.
"Astaga. Aku mengira gadis itu tidak akan bisa ditemukan dan ternyata dia bisa ditemukan," ucap salah satu wanita bangsawan lainnya sambil melihat Madeline sedang merima kalungan bunga dari ibu negara itu karena negara mereka sudah berubah republik. Namun kerajaannya mereka masih diakui oleh negara.
"Selamat datang tuan putri...!" ucap mereka bersamaan.
"Ayo sayang...! Kita pulang...!" ucap nyonya Kellen begitu acara penyambutan yang berlangsung sebentar itu selesai dan mengingat Madeline masih kelelahan menempuh perjalanan, nyonya Kellen ingin mereka bisa istirahat di istana.
Raffi yang menjadi pengawal sementara untuk putri Madeline tetap bersiaga di belakang gadis itu saat menuju mobil. Iring-iringan mobil mewah membaur dengan para warga yang ingin melihat putri Madeline. Namun sayang sekali kaca mobilnya terlalu gelap hingga mereka hanya melihat rombongan mobil istana yang melintas di depan mereka.
"Ya Tuhan. Ini seperti mimpi bagiku mom. Dalam sekejap aku sudah menjadi putri raja. Dulu aku selalu bermimpi seandainya aku adalah putri raja saat aku getol membaca buku dongeng tentang putri raja yang tinggal di dalam istana," ucap Madeline sambil melihat rakyatnya yang antusias menyambutnya.
"Sayang. Kamu tidak lagi mengalami saat-saat sulit karena kekurangan uang untuk membeli sesuatu. Kamu akan memiliki semua itu. Semoga kamu tidak salah pilih pendamping hidupmu kelak," nasehat nyonya Kellen sekaligus menyindir Raffi yang duduk sebelah sopir.
"Mommy. Andai saja mommy tahu kalau hatiku sudah dicuri oleh Raffi, mungkin mommy akan segera menikahkan kami. Apakah Raffi juga menyukaiku? Sepertinya dia tidak memberikan sinyal cinta padaku. Berarti hatiku telah terpenjara oleh cinta yang aku bangun sendiri," keluh Madeline membatin.
Tiba di istana, Madeline turun dari mobil dan melihat ayahnya tuan Excel atau raja Excel dengan baju kebesarannya menyambutnya. Namun langkah Madeline terhenti saat melihat wajah seorang gadis yang menatapnya sinis namun pandai bersandiwara dengan melebarkan bibirnya.
"Apakah aku punya seorang adik mommy? Kenapa mommy tidak bilang?" bingung Madeline.
"Tidak. Dia hanya adik sepupumu. Putri dari tantemu Sarah," jawab nyonya Kellen.
"Apakah dia tinggal di rumah kita?" cecar Madeline.
"Dia hanya hadir di rumah ini tidak lebih menggantikan mu untuk sementara waktu sayang,"ucap nyonya Kellen.
"Kalau begitu, usir dia mommy...! kembalikan dia pada kedua orangtuanya karena aku tidak suka wajah menjengkelkan itu," geram Madeline yang sudah menunjukkan taringnya sebagai putri sebenarnya kerajaan itu.
Raffi tersenyum mendengar ucapan tegas seorang Madeline yang dikiranya hanya seorang gadis lemah.
"Itu akan terjadi sayang. Tunggu tanggal mainnya," timpal nyonya Kellen yang juga muak dengan sikap Bella yang selalu manja pada mereka dengan permintaan sejibun dan sok perintah.
"Itu baru seorang ratu Madeline. Aku yakin kamu bisa memimpin rakyatmu dengan adil walaupun kekuasaanmu tidak penuh karena adanya pemerintahan," batin Raffi.
Raffi mengedarkan pandangannya dan terhenti pada sosok Remon yang ikut menghampiri Madeline.
"Mau apa Mafia sialan itu ke sini?" batin Raffi mengawasi gerak gerik Remon. Ingin rasanya ia membongkar kedok kejahatan Remon berwajah bangsawan namun berhati iblis itu namun suasananya masih dalam keadaan suka. Raffi tidak ingin merusak acara penyambutan Madeline oleh keluarganya.
"Tunggu tanggal mainnya, Remon. Aku akan menangkapmu dan mengirimmu ke penjara terkejam di dunia," batin Raffi penuh rencana.
"Oh putriku. Selamat datang sayang...!" tuan Excel memeluk putrinya penuh cinta.
Sementara itu pelayan memberikan satu buket bunga pada Bella yang akan gadis itu serahkan pada Madeline. Namun melihat sikap Bella yang tidak wajar, membuat Raffi curiga dengan bunga itu seperti ada aroma racunnya jika Madeline menghirupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
jangan ambil bunga itu
2024-06-08
2
Mr.VANO
Raffi pengawal cinta sejati,untk Madeline sang Ratu baru..
2024-04-28
2
suti markonah
nyonya kellen sombong amat..putri nya dah di tlg juga msh nyindir raffi..kamu blm tau siapa raffi..bahkan opa ny selain milyader juga mantan presiden idaman..
2024-02-29
3