Dengan kendaraan super mewah dan canggih yang hanya bisa dimiliki oleh keluarga agen rahasia khususnya keluarga Nabila.
Kecepatan mobil yang bisa menyaingi kecepatan kereta ini dalam sekejap bisa menyusul mobil milik Hansel.
Wajah datar yang tidak berkurang pesonanya ini menembakkan panah yang menjulurkan talinya untuk menangkap mobil milik Hansel yang diarahkan ke besi bagian bawah mobil. Otomatis mobil itu tidak bisa lagi bergerak dan berganti seperti diderek oleh mobilnya Raffi.
"Lho kok mobilnya tidak bisa dikendalikan oleh saya, tuan," panik Leo sang sopir yang merasakan body mobilnya setengah melayang.
"Sialannnn....! apa yang dilakukan pria itu? Mengapa dia bisa menyusul kita secepat ini?" geram Hansel yang sudah mulai kehilangan nyalinya.
Ia mengeluarkan pistolnya yang ada di bagian belakang jok mobilnya dan mengarahkan ke kepala Madeline yang tidak takut sama sekali. Lebih baik dia mati daripada menjadi budak sek* pria arogan ini. Itu yang dipikirkan oleh Madeline.
"Tembaklah...! Karena aku lebih memilih mati. Jangan hanya menjadikan aku tamengmu untuk melindungi dirimu yang hanya seorang pria pengecut sepertimu," tantang Madeline.
"Nanti. Setelah aku bisa terlepas dari makhluk aneh dibelakang sana. Setelah itu kau tidak berguna lagi untukku," remeh Hansel walaupun hatinya masih menginginkan Medellin yang terlihat sangat cantik menurutnya.
"Kau ternyata tidak bisa apapun kecuali mengandalkan kemewahan dan benda mematikan ini. Kau sangat payah." Madeline sengaja menjatuhkan mental Hansel sambil menunggu Raffi menghampiri mereka.
Benar saja. Raffi mengetuk jendela mobil di bagian Hansel duduk berdampingan dengan Madeline. Namun Hansel tidak mau membukanya.
Tanpa mau membuang waktu, Raffi menekan tombol remote mobilnya yang mengeluarkan cahaya inframerah yang bisa memotong kaca mobil anti peluru itu membuat Hansel hanya bisa ternganga.
"Apaaaa....! Sialan...!!" makinya ketakutan membuat Madeline hampir meledakkan tawanya namun ia tidak mau membuat Hansel menjadikan dirinya sasaran empuk kemarahan pria arogan itu padanya.
Raffi memasukkan tangannya ke dalam mobil untuk membuka kunci jendela mobil itu agar ia bisa mengeluarkan Madeline.
"Jangan memaksaku untuk menembaknya...!" ancam Hansel seraya menekan moncong pistolnya ke pelipis Madeline untuk menakuti Raffi.
"Baiklah. Tembak saja gadis itu atau aku yang akan menembak mu?!" ancam balik Raffi pada Hansel yang cukup syok mendengarnya.
"A..aku....!" belum sempat Hansel menyelesaikan kalimatnya, Madeline langsung menggigit lengan tangan Hansel yang langsung menjerit kesakitan hingga pistolnya meletus dan menembak sopirnya sendiri.
Raffi menjulurkan badannya ke dalam mobil Hansel dengan posisi kaki berdiri diluar untuk menonjok wajah Hansel saat pria itu ingin memukul Madeline. Ia menarik lengan kanan Hansel agar keluar dari mobilnya. Dengan begitu Madeline bisa turun dari mobil itu.
"Sekarang lawan aku dengan tangan kosong tanpa pistol...!" ajak Raffi sambil menunggu serangan dari Hansel yang langsung menerjangnya secara brutal.
Raffi buru-buru mengelak dari serangan Hansel.
"Hei...kau...! Jangan berdiri saja. Masuk ke mobilku, cepattt...!" titah Raffi pada Madelin hanya menonton Raffi yang sedang berduel dengan Hansel.
"Ba-,baik tuan." Madeline menuruti permintaan Raffi dan buru-buru masuk ke dalam mobil itu.
Raffi menghajar Hansel beberapa kali agar pria manja ini kapok. Setelah terkapar di tanah dengan hidung mengeluarkan darah segar, Raffi meninggalkan Hansel di pinggir jalan dan berjalan menuju mobilnya. Rupanya Hansel tidak sekuat yang dipikirkan Raffi.
Baru saja ingin masuk ke dalam mobilnya, Raffi dikejar oleh anak buahnya Hansel yang sengaja datang menjemputnya dengan mobil dan motor besar yang mereka kendarai.
"Sialan....! Ternyata pria ini harus memanggil pasukannya untuk mengejarku. Dasar berengsek...!" masuk ke dalam mobilnya dengan santai sambil melirik Madeline yang duduk manis di sampingnya.
"Apakah kamu tidak apa-apa?" tanya Raffi seraya menjalankan mobilnya dengan mengambil jalan memutar ke arah lain untuk menghindari kejaran penjahat.
"Terimakasih tuan.Aku baik-baik saja karena tuan sudah menyelamatkanku."
"Baiklah. Sekarang kamu istirahat saja karena kita harus kembali ke kota. Ini sudah larut malam dan aku tidak bisa mengantarmu ke rumahmu," ucap Raffi setia dengan wajah datarnya.
Mungkin kalau lelaki lain yang menolong Madeline, gadis ini tidak ada bedanya dengan ja*Ng karena kecantikannya yang begitu memikat siapa saja yang menatapnya.
Tapi beda dengan Raffi yang begitu menjaga matanya saat bicara dengan lawan jenis agar setan tidak mudah menghasut imannya.
Tembakan dari jarak jauh oleh rombongan anak buahnya Hansel mengenai mobil milik Raffi yang tidak terlalu menggubris keadaan mobilnya yang terlindung dari cahaya penangkal peluru.
Hal ini membuat lawan kewalahan untuk melumpuhkan mobilnya Raffi.
"Sial...! mobil merk apa yang ia miliki? Kenapa tidak mempan dengan tembakan kita?" geram anak buahnya Hansel yang tidak mau menyerah begitu saja.
Madeline yang ada disebelah Raffi hanya memperhatikan komputer mobil yang melakukan tugasnya untuk melindungi mobilnya Raffi dengan menembak balik mobil lawan.
Jenis peluru yang berasal dari mobilnya Raffi seperti cakram bergerigi pisau yang langsung menancap ke setiap ban mobil lawan bahkan memecahkan kaca mobil bagian depan.
Dalam sekejap, mobil lawan yang tidak ada pelindung sama sekali langsung meledak seketika karena menabrak pembatas jalan dan langsung terguling hingga tangki bensinnya bocor.
Madeline tersenyum puas karena ia ditolong oleh orang yang tepat. Iapun tidak mau banyak bicara atau bertanya pada Raffi yang terlihat serius menyetir mobilnya.
Hansel sangat kecewa saat melihat anak buahnya gagal menghancurkan Raffi atau menangkap lagi wanitanya.
"Di mana wanitaku?" tanya Hansel begitu tiba di lokasi kejadian tempat mobil anak buahnya banyak yang hancur. Namun diantara mereka masih ada yang bisa selamat dari kobaran api yang berasal dari mobil itu.
"Wanita itu dibawa pergi oleh musuh tuan. Dia memiliki mobil yang super canggih hingga kami tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan mobilnya," ungkap salah satu anak buahnya.
"Sialan kalian semua. Kalian tidak bisa aku andalkan. Kalau begitu pergilah kalian ke neraka...!" menembak anak buahnya yang terluka secara membabi-buta.
Ia masuk ke kamarnya lalu menghubungi orang kepercayaannya yang akan mencari keberadaan Raffi karena ia sudah merekam nomor kendaraan Raffi.
Setelah bisa bebas dari kejaran para anak buahnya Hansel, kini Raffi menanyakan alamat tempat tinggalnya Madeline yang sedari tadi curi-curi pandang padanya.
"Di mana tempat tinggal mu?" tanya Raffi tanpa menatap wajah cantik Madeline yang terlihat lebam.
"Di kawasan apartemen kumuh," ucap Madeline tertunduk malu.
"Bagaimana kamu bisa berada di club malam? Seharusnya usia kamu kuliah bukan gentayangan seperti setan di tempat itu. Apakah kamu adalah pacarnya bajingan tadi?" tanya Raffi.
"Aku dijual oleh ibu tiri ku untuk pengobatan ayahku yang sekarang ada di rumah sakit," sahut Madeline.
"Kamu mau kita ke rumah sakit untuk melihat ayahmu?"
"Tidak. Aku tidak mau bertemu dengan ibu tiri ku. Aku sangat membencinya. Aku sudah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami, namun mereka selalu merasa kurang dan terus saja menyuruhku untuk menjual diri agar cepat dapat uang yang besar.
"Baiklah. Kita ke apartemenmu sekarang. Sekarang kamu pakai mantel milikku yang ada di belakang. Dengan begitu tidak ada yang menggodamu," pinta Raffi.
Tiba di apartemennya Madeline, banyak sekali pria yang pemakai narkoba, pemabuk bahkan melakukan hal gila dengan ciuman panas seenaknya di setiap tangga yang mereka naiki.
"Hei Madeline...! Ternyata kamu sudah dapat mangsa kaya," goda gadis menor dengan pakaian minim yang terlihat lebih dewasa dari Madeline.
Madeline berusaha menghindar karena mulut wanita itu bau alkohol.
Raffi menggenggam tangannya agar Madeline tidak diganggu oleh para remaja setress yang sedang menikmati barang-barang haram.
Setibanya di depan pintu apartemen Madeline terdengar suara tawa ibu tirinya dan juga ayahnya.
"Kau tahu, kita bisa kaya jika setiap hari kita menjual Madeline pada bos-bos konglomerat," ucap nyonya Dorothy.
"Dia itu bukan putriku. Dia hanya gadis malang yang aku pungut dari seorang penculik yang ingin membunuhnya," ucap tuan Philips membuat Madeline terperanjat.
"Astaga...! Jadi aku hanya anak angkatnya ayah...?" sentak Madeline begitu kecewa dengan ayahnya yang selama ini telah menipunya.
Raffi melihat wajah sendu Madeline ikut syok mendengar ucapan kedua orang dewasa di dalam unit apartemen Madeline.
Madeline terpaku ditempatnya berdiri dan Raffi langsung mengajaknya untuk minggat.
"Kau lebih baik ikut denganku. Keluargamu itu bukan orang baik." Menarik tangan Madeline kembali menuruni tangga besi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Madelin nyimak kisahmu
2024-12-21
0
Ramlah Kuku
malang benar nasibmu Madeline
2024-06-06
3
Tangsah Jagad
keren banget cerdas alur ceritanya
2024-05-08
3