Tuan Miko akhirnya menceritakan rahasianya Madeline pada Ghazali karena uang. Diam-diam Ghazali merekam pembicaraan mereka karena informasi sekecil apapun berguna bagi Raffi dan Ghazali untuk melacak keberadaan kedua orangtuanya Madeline.
"Dia hanya putri angkat ku. Aku menemukan dia saat aku pulang menarik taksi. Dia kedinginan dan kelaparan saat itu.
Aku membawanya pulang dan mendiang istri pertamaku begitu senang melihatnya karena kami belum dikaruniai anak selama 10 tahun pernikahan kami," tutur tuan Miko yang saat itu memang masih benar tujuannya merawat Madeline kecil.
"Lalu, apa kamu tidak memiliki petunjuk yang dijadikan bukti....?"
"Dia memiliki perhiasan komplit saat itu. Sejalannya waktu tidak muat lagi dan hanya antingnya masih ia kenakan. Namun ketika istriku sakit-sakitan, aku terpaksa menjual semua perhiasannya Madeline termasuk anting-antingnya.
Tapi, istriku masih menyimpan baju, sepatu dan mantelnya. Sepertinya Madeline putri orang kaya."
"Mengapa kamu tidak menyerahkannya kepada polisi supaya Madeline bisa bertemu dengan kedua orangtuanya?" tanya Ghazali.
"Madeline diculik oleh seseorang dan ....-" tuan Miko menggantung ucapannya sambil mengenang lagi malam ia menemukan Madeline kecil.
"Ada apa...? Teruskan ceritanya...! Aku sudah membayarmu mahal untuk informasi sekecil apapun."
"Justru yang menculik dia adalah oknum polisi sendiri. Saat aku ingin mengajaknya ke kantor polisi dan dia bercerita kalau dia diculik oleh polisi sendiri.
Memang malam itu saat aku membawa Madeline dengan taksiku, ada polisi yang melintas disamping mobilku.
Madeline begitu ketakutan saat melihat wajah polisi itu dari sinar mobil yang menyoroti wajahnya."
Ghazali akhirnya paham mengapa Madeline tidak mau dipertemukan dengan kedua orangtuanya melalui tangan polisi.
"Apakah kamu punya foto kecilnya Madeline?"
"Ada. Tunggu sebentar. Aku menyimpannya agar istri baruku ini tidak marah." Beranjak berdiri menaiki loteng tempat menyimpan barang tak terpakai.
Setelah ditunggu beberapa menit, tuan Miko kembali dengan album kecil dan menyerahkannya pada Ghazali.
"Aku ambil ini." Ghazali menyimpan album kecil itu dibalik jaketnya.
"Terimakasih tuan." Tuan Miko menyeringai licik.
"Tapi, aku akan mendatangimu lagi karena kamu harus menunjukkan siapa oknum polisi itu. Apakah kamu masih ingat wajah oknum polisi yang berani menculik Madeline?" tanya Ghazali.
"Jika aku melihatnya sekali lagi. Aku pasti masih mengenalnya walaupun usianya pasti sudah tua sama sepertiku," ucap tuan Miko.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mendatangimu lagi nanti. Jangan pernah kabur dariku atau uangmu yang ada di bank akan beralih ke tempat lain. Apakah kamu mengerti?" tegas Ghazali sambil menatap manik abu milik tuan Miko yang mengangguk paham.
Di dapur hotel, suasana terlihat sangat sibuk di mana para koki dan pelayan harus memasak dan melayani pesanan tamu mereka.
"Madeline. Apakah pastanya sudah siap untuk meja 10?" tanya nyonya Ilona selaku kepala chef di hotel itu.
"Sebentar lagi madam," ucap Madeline dengan tangan tidak berhenti memberikan bumbu pada pasta yang dimasak nya sambil see sesekali diaduk.
Madeline tidak tahu jika makan malam yang dimasaknya saat ini adalah milik Raffi. Setelah sudah siap, pelayan mengantarkan pesanan Raffi ke mejanya.
"Silahkan tuan...! maaf terlambat lima menit karena koki kami agak lamban memasaknya," seru pelayan itu.
"Siapa yang memasak pasta ini?" tanya Raffi yang sedang menikmati satu suapan pasta spaghettinya.
"Tidak penting tuan," acuh pelayan itu.
"Beritahu aku nama kokinya atau aku akan mengadukan mu pada manajer kamu..!" ancam Raffi
"Nona Madeline," sahut pelayan itu.
"Terimakasih. Kau boleh pergi sekarang...!" mengusir pelayan itu dari hadapannya.
"Baik tuan."
"Ternyata masakanmu benar-benar sangat lezat," puji Raffi pada Madeline sambil tersenyum.
Raffi sengaja makan malam di restoran hotel itu sekalian menjemput Madeline yang sebentar lagi akan pulang. Ia juga memesan makanan lain untuk Madeline yang mungkin saja belum makan malam karena karyawan dilarang makan makanan restoran.
Jangankan makanan, bahan makanan yang tidak habis dalam satu pekan tidak boleh diambil oleh karyawannya karena bahan makanan itu harus berakhir ditempat sampah. Karena itu sudah menjadi aturan manajemen restoran hotel.
Madeline mempersiapkan diri untuk pulang. Ia menggantikan baju dinasnya dengan baju yang tadi pagi ia kenakan. Baru saja melangkah keluar, Madeline dicegat oleh tuan Van selaku manajer hotel itu.
"Apakah kamu mau pulang, Madeline?" tanya tuan Van sedikit menempelkan tubuhnya pada gadis cantik itu namun Madeline mundur beberapa langkah sambil tertunduk.
"Iya tuan."
"Kalau begitu biar aku mengantarkan kamu pulang."
"Tidak usah karena aku sudah dijemput." Tolak Madeline yang langsung menjauhi tuan Van.
"Madeline. Jika kamu tidak mau ikut denganku, akan aku pastikan kamu akan dipecat besok karena aku berkuasa di hotel ini," ancam tuan Van.
"Silahkan Tuan. Aku tidak peduli," ketus Madeline.
"Jadi kamu menentangku?!" geram tuan Van yang ingin meraih lengan Madeline namun Raffi langsung menangkap tangan tuan Van.
"Jangan coba-coba menyentuhnya...!" memelintir tangan Tuan Van yang menjerit kesakitan.
Madeline gelagapan sendiri karena ia juga tidak tega melihat tuan Van kesakitan.
"Jika kamu berani menganggunya, maka tanganmu akan terpisah dari lenganmu." Mendorong tangan tuan Van dengan kasar membuat pria yang sudah beristri itu terpental.
"Ayo kita pulang...!" menggandeng tangan Madeline menuju mobilnya.
Madeline sempat menengok ke belakang namun wajahnya dibalikin ke depan oleh Raffi.
"Apakah kamu iba dengan bajingan yang hampir melecehkan mu itu?" ketus Raffi tidak suka Madeline perhatian pada tuan Van.
"Tidak. Maafkan aku, tuan," ucap Madeline.
"Namaku Raffi. Panggil saja aku Raffi..!" pinta Raffi membuka pintu mobil untuk Madeline.
Mobil itu meninggalkan parkiran hotel dan langsung menuju apartemennya Raffi.
"Apakah kamu sudah makan malam?" tanya Raffi ketika tiba di apartemennya.
"Belum tuan. Maksudku Raffi," ucap Madeline meralatkan panggilannya.
"Sudah aku duga," batin Raffi memberikan tote bag pada Madeline yang berisi makanan.
"Makanlah. Setelah itu kita bicara. Ada saudaraku di dalam...!" membuka pintu kamarnya dan terlihat sudah ada Ghazali dan Ghaida yang sedang makan malam.
"Assalamualaikum...!" sapa Raffi di sambut Ghazali dengan mencium tangan kakaknya diikuti oleh Ghaida yang menyaksikan adegan hangat itu.
"Apakah seperti itu tradisi mereka saat bertemu dan berpisah?" batin Madeline.
"Madeline. Kamu belum makan malam bukan? Makanlah bersama kami...!" ajak Ghaida.
"Aku sudah punya makanan sendiri," ucap Madeline duduk di meja dan membuka kotak makanannya.
Mereka akhirnya makan bersama kecuali Raffi yang hanya menikmati kopi buatan Ghaida.
"Bro. Aku sudah menemukan sedikit petunjuk tentang gadis ini," ucap Ghazali dengan menggunakan bahasa Indonesia agar Madeline tidak mengerti apa yang sedang mereka bahas.
"Apa itu?" tanya Raffi.
"Sebaiknya kita bicarakan di kamar kamu," ucap Ghazali menyelesaikan makan malamnya.
"Baiklah. Aku tunggu di kamar," ucap Raffi menuju ke kamarnya.
Tidak lama, Ghazali sudah menyusulnya di balkon kamar itu dan keduanya duduk bersama dan mulai membahas tentang Madeline.
"Apa yang kamu temukan?" tanya Raffi.
"Lihatlah foto ini. Ini adalah Madeline kecil saat dia diculik dan ditemukan tuan Miko ayah angkatnya Madeline. Di leher Madeline ada kalung bermata batu zamrud kuning yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu. Sepertinya Madeline bukan wanita sembarangan jika dilihat dari kalung yang digunakannya."
"Apa maksudmu?"
"Kalung itu hanya dipakai oleh putri kerajaan Yugoslavia. Walaupun saat ini negara itu sudah berbentuk Republik," ucap Ghazali.
"Jadi maksudmu Madeline adalah seorang gadis berdarah biru?" tanya Raffi.
"Sepertinya begitu jika dilihat dari kalung yang ia gunakan adalah kalung nenek moyangnya yang diberikan kepada setiap putri mereka saat masih berusia balita," ucap Ghazali.
"Kita harus selidiki juga keluarga kerajaan dari Madeline. Jangan sampai kita salah mengambil langkah," ucap Raffi sangat waspada dengan urusan Madeline.
"Apakah kita akan ke Yugoslavia?" tanya Ghazali.
"Hmm."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
ada yg lagi jatuh cinta nih
2024-06-07
4
Merica Bubuk
Ehm... ehmm... jatuh cinta apapun suka ❤️❤️❤️
2024-05-31
2
Mr.VANO
sdh kyk nonton layar lebar,cerita novel ini
2024-04-27
2