Hansel mengumpulkan anak buahnya untuk menyusun rencana untuk menyerang apartemen milik Raffi. Hansel sudah menemukan titik lokasi di mana saat ini Raffi sedang menyembunyikan Madeline yaitu wanita bayarannya.
"Kita akan ke apartemen itu setelah malam hari. Aku sudah menyewa salah satu unit apartemen itu di mana kamarnya dekat dengan kamar wanitaku yang diculik oleh bajingan itu."
"Kira-kira jam berapa kita akan bergerak, bos?"
"Pukul satu pagi ketika mereka terlelap," ucap Hansel.
"Baik bos. Kami akan membawa wanita milik bos itu kepada bos."
"Bagus. Tapi jangan coba-coba menyakitinya atau kaki tangan kalian yang akan aku patahkan...!" ancam Hansel.
Kelima orang anak buahnya menggeleng dengan cepat.
"Jangan lupa, ajak yang lainnya juga untuk bergabung dalam misi kita dan kalau bisa tembak pria yang membawa wanitaku itu...!" titah Hansel sambil menggeram.
"Baik bos."
Anak buahnya Hansel menyusun strategi penyerangan untuk nanti malam.
Ketika masuk waktu siang, Madeline baru bisa mengerjapkan matanya karena merasa lapar lagi. Iapun sempat heran berada di tempat yang terasa asing baginya. Namun sesaat kemudian, ingatannya kembali berputar mengingat dia berada di rumahnya Raffi.
Madeline beringsut duduk sesaat lalu mencari ponselnya yang ada di tasnya. Ia bahkan lupa mengisi daya ponselnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Astaga...! Siapa nama pria itu. Kenapa aku sampai lupa menanyakan namanya," kesal Madeline merutuki kebodohannya.
Madeline mengisi daya ponselnya di atas nakas yang sudah disiapkan stopkontak nya. Ia beranjak keluar untuk memasak sesuatu. Baru saja mau membuka pintu kulkas, ada suara bel pintu dan ia mengurungkan niatnya untuk membuka kulkas beralih ke arah pintu.
"Bukankah ini rumahnya? Kenapa dia harus memencet bel segala?" heran Madeline yang mengira tamunya adalah Raffi.
Ketika pintu dibuka, ternyata yang datang adalah Ghaida. Gadis berjilbab itu terlihat sangat cantik sambil menenteng ransum makanan yang sengaja ia masak untuk Madeline.
"Selamat siang kak ..!" sapa gadis yang berusia 16 tahun itu.
"Siang. Mau cari siapa?" tanya Madeline sambil mengamati wajah Ghaida yang sedikit mirip dengan ibunya Raffi.
"Perkenalkan namaku Ghaida. Aku sepupunya kak Raffi. Katanya kakak menginap di sini. Aku bawakan makan siang untuk kakak. Boleh aku masuk?" santun Ghaida menunggu Madeline memberinya ijin untuk masuk. Keduanya saling berkenalan sebentar di depan pintu.
Padahal itu adalah rumah saudaranya sendiri namun Ghaida tetap menjaga etika menghargai tamu kakak sepupunya itu. Madeline merasa sangat heran dan sekaligus kagum pada Ghaida yang tetap menjaga moralnya didepannya.
"Silahkan masuk Ghaida...!" ucapnya sedikit canggung.
Keduanya duduk di meja makan dan Ghaida melayani Madeline dengan menuangkan nasi ke piring Madeline.
"Aku memasak makanan khas negaraku. Silahkan mencobanya dan semoga kamu menyukainya," ucap Ghaida menggeser lauk daging semur pada Madeline dan lauk pelengkap lainnya.
"Ini apa?" tanya Madeline.
"Daging sapi yang diolah dengan rempah-rempah khas Indonesia dan menambahkan kecap manis di dalamnya. Dan ada juga potongan kentang sebagai pelengkap," jelas Ghaida.
Madeline mengigit daging semurnya. Walaupun ia sudah banyak belajar menu masakan negara tertentu namun baru kali ini ia baru mencobanya secara langsung.
"Ini sangat enak. Apakah aku boleh belajar masak makanan ini padamu?" ucap Madeline malu-malu karena usianya dengan Ghaida tidak jauh beda.
"Boleh. Dengan senang hati. Aku akan menginap disini untuk menemanimu karena kak Raffi ada urusan dengan pekerjaannya," jelas Ghaida.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Madeline terlihat cepat akrab dengan Ghaida.
"Satu lantai diatas lantai ini."
"Kamu kelas berapa?"
"Aku sudah kuliah. Aku dan saudara kembarku mengambil S2 di sini. Kami kuliah S1 di negara kami," jelas Ghaida membuat Madeline hampir tersedak.
"Berapa usiamu dan bagaimana mungkin kamu sudah mencapai pendidikan setinggi itu?"
"Hampir semua keluargaku memiliki otak jenius. Ini adalah berkah dari Tuhanku Allah yang harus kami syukuri dan kami manfaatkan dengan sebaik mungkin agar berguna untuk kami sendiri, keluarga dan banyak orang," imbuh Ghaida apa adanya.
"Sepertinya mereka bukan hanya berasal dari keluarga konglomerat tapi otak mereka sama kayanya dengan apa yang mereka miliki tapi, mereka tetap menjaga sopan santun pada orang sepertiku.
Didikan orangtuanya seperti apa hingga mendapatkan anak-anak hebat seperti ini. Sementara orang yang ku anggap sebagai orangtuaku tega menjualku demi kepuasan batin mereka," batin Madeline terlihat sedih dengan nasib hidupnya.
Keduanya melanjutkan nonton film bersama di ruang keluarga dan sambil ngemil.
...----------------...
Malam mulai larut, Hansen dan anak buahnya mempersiapkan diri sesempurna mungkin untuk bisa menyerang Raffi dan membawa pergi Madeline bersamanya.
Mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk melakukan misi mereka. Mereka sudah mengusai cctv di beberapa lantai yang terhubung dengan lantai 21 di mana Raffi tempati.
"Usahakan jangan sampai terendus oleh petugas keamanan apartemen ini. Serang pria itu dari dalam, bukan dari luar...!" titah Hansel yang sudah mengetahui unit kamar Raffi berdasarkan petunjuk GPS di ponselnya Madeline.
Sekitar pukul satu pagi, aktivitas di apartemen itu mulai berkurang. Bahkan penghuninya ada yang sudah tidur maupun ada yang pergi clubbing dan mungkin akan pulang dini hari.
Sementara Ghazali dan Raffi sudah terlelap di kamarnya Ghazali. Begitu juga Madeline dan Ghaida.
"Ayo kita beraksi...!" titah salah satu bos dari para penjahat keluar dari unit kamar Hansel menuju unit kamar Raffi.
Pakaian yang digunakan keduanya serba hitam di lengkapi dengan topi dan masker hitam.
"Sepertinya ini unit kamar apartemennya yang ditempati wanitanya bos." Memastikan lagi letak lokasi GPS ponselnya Madeline.
Ada juga anggota penjahat yang lain yang melakukan penyerangan melalui setiap balkon di unit kamarnya Raffi dengan menggunakan tali penyelamat yang diikatkan ke pinggang mereka masing-masing dan bertumpu pada atap apartemen yang berlantai tiga puluh itu.
Ghaida, Ghazali dan Raffi yang memiliki feeling kuat hingga indra mereka bisa menangkap sesuatu yang berbahaya sedang mengintai mereka saat ini. Ghazali terbangun lebih dulu dan langsung menuju jendela kamarnya.
Karena kamarnya terletak persis di bawah kamar yang ditempati Madeline membuat ia bisa melihat pergerakan musuh yang meluncur dengan seutas tali penyelamat itu.
Sinyal cctv di ponsel Raffi berbunyi membuat Raffi langsung membukanya.
"Ghazali...! Ada musuh di kamarku."
"Iya kak. Aku juga baru memberitahu mu," ucap Ghazali sambil mengintip musuh yang sudah berpijak pada balkon kamarnya Madeline dan Ghaida karena keduanya tidur satu kamar.
"Ayo kita turun ke bawah...!" ucap Raffi segera mengambil pistolnya di bawah bantal.
"Jangan terburu-buru...! Aku rasa Ghaida bisa mengatasinya. Aku bisa merasakannya," ucap Ghazali menenangkan saudaranya.
"Terus. Apa yang harus kita lakukan?" cemas Raffi karena Madeline adalah tanggungjawabnya.
"Biar aku yang akan mengerjai mereka terlebih dahulu. Sekarang ambil tali penyelamat kita dan kita akan turun melalui kamar balkon ku...!" titah Ghazali.
Raffi mengambil peralatan perang mereka yang standar yang ada di laci lemari Ghazali. Secepat kilat mereka berpakaian seperti para penjahat tadi agar penjahat tidak mengenali wajah mereka.
Sementara itu Ghaida yang mendengar suara yang tidak lazim segera mengambil pistolnya dan Madeline dibiarkan tidur lelap agar tidak menganggunya saat dirinya sedang melumpuhkan musuh.
Kini mereka ingin membuka pintu kamar Madeline dari dalam unit kamar itu maupun dari arah balkon kamarnya.
Ghaida mengerjai musuh itu agar tidak bisa membuka kunci kamar itu.
"Kuncinya tidak bisa dibuka," keluh salah satu penjahat.
"Tembak saja...! Pistol kita menggunakan peredam. Jadi, tidak kedengaran oleh tetangga."
Baru saja ingin menembak kunci pintu itu, tiba-tiba saja kedua penjahat itu terpental dengan sendirinya dengan punggung menghantam tembok.
"Ahhhhkkkkkk....! sakit...!" keluh keduanya sambil memegang bokong dan punggung mereka yang terasa nyeri.
"Kenapa kita bisa terpental? Apakah apartemen ini ada hantunya?" heran mereka saling menatap satu sama lain dengan tubuh meremang.
Sementara Ghazali dan Raffi menarik kerah baju kedua orang penjahat yang ada di balkon kamarnya Madeline dan melemparnya ke bawah hingga ke duanya terjun bebas dari atas lantai 21 itu.
"Aaaaaaaa....! Brukkkk...!" jatuh di taman tak terlihat oleh orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
anak cucu oma Nabilla 👍❤💪
2024-12-21
0
Qaisaa Nazarudin
Wwwwooowww umur 16 tahun udah kuliah S2 aja..🤔🤔
2024-07-06
1
Ramlah Kuku
hahaha cari mati kalian
2024-06-06
2