Raffi yang curiga pada orang dalam istana yang mungkin saja memiliki trik tersembunyi agar bisa melacak keberadaan nyonya Kellen atau tuan Excel, mengehentikan kedua orangtuanya Madeline itu saat mereka hendak masuk ke dalam lift.
"Tunggu tuan, nyonya...!" pinta Raffi membuat langkah keluarga kecil itu terhenti. Mereka berbalik menatap heran wajah Raffi.
"Ada apa Raffi?" tanya tuan Excel.
"Aku harus memeriksa apa yang kalian kenakan untuk memastikan sesuatu yang aku curigai," ucap Raffi mengeluarkan alat pendeteksi GPS diantara aksesoris yang dipakai keduanya.
Mulai dari perhiasan yang dikenakan oleh nyonya Kellen dan juga jam tangan yang melingkar di tangan mereka.
Alat itu berbunyi bip berhenti pada anting yang dikenakan nyonya Kellen dan juga pada arloji tuan Excel.
"Copot anting itu dan arlojinya...! Ada sinyal GPS yang menjadi pantauan musuh," ucap Raffi memberitahukan alasannya.
Keduanya terkesiap mendengar ucapan Raffi. "Bagaimana bisa ada di dalam anting dan arloji ini?" tanya tuan Excel.
"Aku tidak tahu. Nyonya. Siapa yang bertanggungjawab dalam memiliki akses keluar masuk ruang ganti kalian untuk merapikan barang-barang berharga di dalam ruangan itu?" tanya Raffi.
"Pelayan Adele," sahut nyonya Kellen lalu menutup mulutnya sendiri karena syok. Wajah tuan Excel mengeras karena mereka tidak menyangka telah memelihara ular betina di rumah mereka.
"Sial...! Sudah aku duga wanita berengsek itu sebagai mata-mata musuh," umpat Raffi langsung menonaktifkan GPS yang ada di anting dan arloji kedua orangtuanya Madeline.
Keduanya hanya menuruti cara kerja Raffi yang sangat teliti dan jenius dalam menangani masalah. Ditambah lagi Raffi peka terhadap situasi yang tidak beres di sekitarnya.
Mungkin intuisinya sudah terlatih untuk membaca gerakan licik para penjahat dalam melakukan aksi mereka sebagai agen FBI.
Tuan Excel begitu kagum pada agen rahasia nomor satu itu. Awalnya tuan Excel merasa jatuh cinta pada Raffi dan ingin menikahkan putrinya dengan Raffi.
Namun keinginan itu berubah kala mengingat Raffi berasal dari kalangan biasa membuatnya mengurungkan niatnya itu.
Tidak mau mengambil resiko lebih parah, Raffi mengajak keluarga Madeline menyamar menjadi orang biasa dan mau menginap di apartemennya.
"Tuan. Sepertinya kalian tidak aman menginap di sini. Sebaiknya ikut saja ke apartemenku...!" ajak Raffi karena Raffi yakin cukup dia dan kedua saudaranya itu menjaga keluarga kerajaan itu.
"Baiklah. Tidak masalah. Untuk kembali ke negara kami sekarang resikonya sangat besar. Aku tidak mau kehilangan putriku lagi. Aku percaya padamu anak muda. Keselamatan kami ada di tanganmu sekarang ini," ucap tuan Excel namun tidak membuat Raffi pongah.
"Keselamatan kalian ada di tangan, Tuhan Allah." menunjuk di atas langit." Saya hanya menjaga kalian karena itu adalah bagian tugasku," ucap tuan Raffi yang tidak mau terlihat pahlawan di hadapan kedua orangtuanya Madeline.
Entah bagaimana caranya Ghaida dan Ghazali sudah berada di mobil milik Raffi yang siap membawa pulang tamu mereka. Ghazali yang membuka pintu mobil untuk tamunya. Sementara yang mengendarai mobil adalah Ghaida.
Ketiganya sudah berada di dalam mobil dan Raffi duduk di depan bersama Ghaida. Ghazali duduk di jok paling belakang karena jok ke-dua untuk tamu mereka.
Musuh mulai bingung karena tidak melihat pergerakan keluarga kerajaan Yugoslavia itu karena GPS yang terpasang sudah dinonaktifkan oleh Raffi.
"Bagaimana caranya kita melacak keberadaan mereka. Di sini tidak ada pergerakan mereka," ucap salah satu musuh saat melihat map GPS melalui ponselnya.
"Lebih baik kita serang kamar mereka. Menurut informasi mereka menginap di kamar 285. Sebaiknya kita ke sana," ucap sang penjahat benar-benar ingin menghabisi keluarga penjahat itu.
...----------------...
Tiba di apartemennya Raffi, pasukan FBI berpakaian lengkap tersebar di tempat itu. Pihak apartemen yang sudah tahu siapa Raffi dan si kembar menganggap hal itu sudah biasa karena ketiganya sering menyelamatkan orang-orang penting di unit kamar mereka karena lebih aman.
Unit itu di rancang sendiri dalam pembangunannya oleh Nabila. Kaca jendela anti peluru yang tak akan bisa ditembus dengan jenis peluru yang terbuat khusus untuk menembus kaca jendela anti peluru.
Hanya saja pintu unit kamar itu yang tidak sempat di buat oleh Nabilla karena yakin apartemen itu aman karena aksesnya yang sulit untuk masuk ke tempat itu. Itulah sebabnya anak buahnya Hansel bisa menjebol pintu unit kamar Raffi beberapa Minggu yang lalu.
"Untuk sementara kalian menginap di sini. Insya Allah kalian aman berada di tempatku," ucap Raffi.
Madeline memeluk ibunya karena sekarang ia bisa merasakan kenyamanan berada dalam pelukan seorang ibu yang tidak pernah ia dapatkan selama ibu angkatnya meninggal dunia saat usianya menginjak 16 tahun.
"Besok kita akan kembali ke negara kita sayang. Kamu jangan takut ya...!" desis tuan Excel membuat hati Madeline tersentak.
"Besok...? Kenapa cepat sekali, daddy?" sentak Madeline.
"Apakah kamu masih ada urusan di sini sayang?" tanya tuan Excel.
"Iya daddy. Aku sedang mengikuti kontes memasak internasional. Yang terbaik masakannya akan mendapatkan banyak hadiah dan di nobatkan menjadi chef istana kepresidenan Amerika. Memasak untuk presiden," ucap Madeline.
"Sayang. Statusmu bukan lagi orang biasa. Kamu adalah putriku, calon ratu Yugoslavia. Orang lain yang akan memasak untukmu," dalih tuan Excel.
"Daddy. Aku ingin menguji skill memasak aku sampai pada tingkat kepuasan yang dibutuhkan oleh negara ini dengan tim juri yang terbentuk dari berbagai negara Eropa dan Amerika. Aku mohon Daddy.
Hanya ini kesempatan aku menjadi orang biasa. Biarkan statusku yang baru dirahasiakan untuk sementara waktu sampai aku memenangkan kontes itu.
Ini adalah impianku. Aku mohon. Setelah menang, aku akan memberikan gelar itu pada runner-up. Boleh ya, daddy," rayu Madeline.
"Sayang. Ini adalah permintaan putrimu untuk pertama kalinya pada kita. Biarkan dia mengikuti kontes masak itu...!" pinta nyonya Kellen.
"Baiklah sayang tapi hanya kontes ini Daddy membebaskanmu tapi tidak untuk hal lainnya karena kamu harus mengikuti protokol istana. Hidup itu punya aturan sendiri dan kamu sudah dalam pengawasan Daddy dan mommy," ucap tuan Excel dengan berat hati.
Pertemuan kembali dengan kedua orangtuanya seakan menjadi bumerang bagi Madeline. Di satu sisi dia merindukan kebebasannya sebagai seorang gadis biasa yang tidak terkungkung dengan aturan istana.
Di sisi lainnya ia ingin menikmati menjadi seorang putri yang dimanjakan oleh apapun tanpa harus mengeluarkan keringat untuk mendapatkan tujuannya seperti Ghaida.
Ghaida menyiapkan makan malam untuk mereka semua. Satu-satunya yang paling praktis adalah pasta dan beberapa makanan instan lainnya yang Ghaida buat. Madeline juga membantunya.
Raffi menunjukkan kamar untuk tamunya yang selalu rapi. Biasanya kamar itu untuk kedua orangtuanya dan ada juga kamar lain untuk Oma dan Opanya baik dari pihak ibu maupun ayahnya kalau berkunjung ke tempatnya.
"Apakah kami aman menginap di tempatmu Raffi?" tanya nyonya Kellen.
"Aku jamin nyonya. Gedung apartemen ini sudah diamankan oleh pihak FBI. Andai saja FBI diperbolehkan menjaga sekitar hotel, mungkin keadaannya tidak seperti yang terjadi seperti di restoran tadi.
Untuk sementara jangan dulu menyiarkan Madeline sebagai putri kalian di media hingga kontes masak itu berakhir," pinta Raffi.
"Baiklah. Kami akan menunggu sendiri putri kami ikut lomba itu. Semoga saja impiannya terwujud sebagai pemenang pertama," ucap nyonya Kellen.
"Baiklah. Sebentar lagi kita akan makan malam. Persiapkan diri kalian karena Madeline sendiri yang memasak untuk kalian dibantu saudaraku. Aku tinggal dulu, nyonya," ucap Raffi.
"Terimakasih Raffi untuk semuanya," ucap tuan Excel.
"Dengan senang hati tuan." Raffi keluar dari kamar tamu itu dan langsung berpapasan dengan Madeline di koridor kamar lantai dua itu.
Keduanya saling menatap satu sama lain hingga tatapan keduanya terkunci. Keduanya saling memuji wajah mereka dalam hati. Entah mengapa Raffi sulit untuk berpaling dari kecantikan Madeline.
"Raffi."
"Madeline."
Keduanya saling memanggil nama dalam waktu bersamaan lalu tersenyum malu dengan membuang muka ke segala arah.
"Apa yang ingin kamu bicarakan Madeline?"
"Kamu saja duluan bicara Raffi."
"Kamu saja dulu Madeline..!" desak Raffi yang ingin mendengar ucapan apa yang keluar dari mulut Madeline untuknya.
"Bolehkah bila malam ini aku mengatakan kalau aku jatuh cinta padamu, Raffi?" batin Madeline yang tak sanggup mengucapkan kata itu pada Raffi yang menunggunya dengan sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
sama" hanya batin yg bicara
2024-06-07
2
Dewi Anggya
boleeeh kata raffi melalui jwbn batinnya jugaa🤭🤭
2024-02-25
2
jhon teyeng
kayak lagu era 90 an, salah satu liriknya aja ya.
salahkah aku bila jatuh cinta.... kepadamu....
ada yg tahu pastinya
2024-02-24
1