HAIKAL

Brian dan Ethan menjemput Jio di sekolah, ketika Jio melihat Ethan dan Brian datang Jio langsung tersenyum lebar.

"Halo my prince" Brian menggendong Jio dan menyapa Bu Anisa.

"Bu terimakasih sudah menjaga Jio, kami permisi pulang dulu" Ethan berpamitan dengan sopan.

"Iya hati hati di jalan sampai jumpa besok Jio" Bu Anisa melambaikan tangan pada Jio.

Brian mendudukkan Jio di kursi penumpang belakang dan memakaikannya sabuk pengaman. Brian juga memeriksa seluruh tubuh Jio khawatir jika sang adik terluka.

"Syukurlah tidak ada luka berarti tidak ada yang menyakiti Jio ku yang manis" Brian tersenyum.

Ethan duduk disamping Jio dan memeriksa kotak bekal makan siang milik Jio.

"Sayang kenapa tidak dihabiskan makannya?" Ethan khawatir saat melihat makanan Jio masih tersisa.

"Jio tidak habis karena tadi tidak nafsu makan, di kelas banyak orang Jio tidak suka makan sambil di lihat banyak orang" Jio berkata jujur.

"Tapi sayang kau harus menghabiskan makanan mu, jika tidak kau bisa sakit sayang" .

"Maaf..." Jio. terlihat sedih.

Ethan memegang kedua tangan mungil Jio dan tersenyum lembut penuh kasih sayang.

"besok kakak akan membuatkan makanan kesukaan mu sayang, sudah jangan sedih ya kakak tidak marah sayang...

Jio sekarang harus belajar bicara ya jangan selalu memakai bahasa isyarat sayang, karena Jio harus melatih lidah dan rahang Jio biar tidak kaku sayang" Ethan menasehati Jio dengan lembut.

"Eum" Jio mengangguk paham.

"Kakak" Jio mengucapkan satu kata dengan sempurna tanpa terbata bata.

"Iya sayang"

"Mau... Mam" Jio kembali merasa lapar.

"Jio mau makan lagi? Lapar ya sayang?" Pertanyaan Ethan di jawab dengan anggukan penuh semangat dari Jio.

"Jio kita makan seafood mau?" Brian menawarkan.

"Mau..." Jio sangat senang.

"Ya sudah kita ke restoran seafood yang ada didekat sini ya, disana ada menu makanan yang enak sekali...

Nanti Jio harus makan yang banyak ya biar tumbuh tinggi sayang, Jio juga harus makan yang banyak biar sehat" sahut Brian sembari fokus menyetir.

"Minum sayang" Ethan memberikan air putih untuk Jio.

"Brian aku minta maaf gara gara aku, kau dan Edo bertengkar" Ethan menyesal.

"Itu bukan salah mu Ethan manusia seperti Edo memang harus di lawan apa lagi mulutnya dengan enteng menghina mu, membuat aku geram! Jika saja tadi kau tidak menahan ku pasti sudah ku hajar dia" Brian kesal.

"Jangan lakukan hal seperti itu Brian ingat kita memiliki Jio, jika kita salah memberikan contoh nanti Jio bisa salah jalan juga

Lagi pula aku sudah terbiasa dengan perlakuan buruk orang orang seperti Edo, aku tidak mau kalian berkelahi apa lagi saling menyakiti hanya karena aku" Ethan kembali menasehati Brian.

"Mulai sekarang kau harus terbiasa untuk ku bela, karena aku tidak mau kau dan Jio terluka...

Kejadian hari ini akulah yang seharusnya meminta maaf karena tidak menjaga mu dengan baik"

"Jangan bicara seperti itu Brian, ini sama sekali bukan salah mu..."

Brian mengajak Ethan dan Jio makan di sebuah restoran seafood yang cukup terkenal. Brian menggendong Jio dan mereka duduk di meja VIP, Brian memesan banyak makanan untuk mereka.

Ethan hanya menurut saja karena sebenarnya Ethan sudah kehilangan selera makannya. Luka ditangannya membuat Ethan merasa tidak enak badan dan sedikit pusing.

"Ethan kau pucat apa kau tidak enak badan?"

"aku baik baik saja hanya sedikit pusing, sudahlah jangan di bahas kita kesini untuk makan malam bukan untuk membahas aku sakit" Ethan tersenyum lembut.

"malam ini istirahat dengan baik tidak usah memasak, untuk bekal besok aku yang akan memasaknya"

"Kau mau memasak? Bangun saja susah apa lagi memasak?" Ethan tidak percaya.

"Dasar kau ini meragukan kemampuan memasak ku hm"

Mario dan Haikal sudah bersiap untuk pulang karena searah jadi seperti biasa Mario akan mengantarkan Haikal pulang. Saat sedang bersiap siap Edo masuk ke dalam ruangan kerja.

"Pak Mario ini laporannya saya bawa pulang ya?" Haikal mencoba membujuk Mario.

"Kal... Haikal tiap hari bawa laporan pulang sesekali kau itu harus selesaikan di kantor" Mario menggelengkan kepalanya.

"Iya pak, cerewet amat sih" Gumam Haikal kesal.

"Kal nanti kita mampir dulu ke toko buku ya soalnya saya mau beli buku yang kemarin kita lihat itu" Mario menyiapkan tas kerjanya.

"Iya pak, eh Do tidak pulang? Sudah hampir tengah malam" Haikal menghampiri Edo.

Edo tidak menjawab dan hanya sibuk dengan ponselnya. Haikal mengira jika Edo tidak mendengar ucapannya pun mendekati Edo dan memegang pundaknya.

"Do gak pulang" Haikal kembali bertanya.

"DIAM!" Edo.

*BRAKH!

Edo mendorong Haikal hingga membuat Haikal terjatuh dan kepalanya terkena ujung meja kaca hingga berdarah. Mario langsung menolong Haikal karena Haikal langsung pingsan.

"EDO! Kau sudah gila?! Apa apaan kau ini?! Dia hanya bertanya kenapa kau sampa melukainya?! Kal! Kal bangun kal! Haikal! Astaga!" Mario mengangkat tubuh ramping Haikal dan membawanya ke rumah sakit biro kepolisian mereka.

Rekha kaget ketika melihat Mario membawa Haikal yang pingsan dengan kepala yang berdarah. Haikal langsung dilarikan ke ruang IGD karena lukanya cukup parah.

Mario sangat marah pada Edo tapi dia juga sangat mengkhawatirkan Haikal. Awalnya Mario berniat ingin menghukum Edo saat itu juga tapi dia mengurungkan niatnya karena ingin mendengar kabar tentang Haikal lebih dulu.

Satu jam berlalu tapi Rekha masih menangani Haikal. Rekha sendiri khawatir pada kondisi Haikal saat ini karena ada pecahan kaca yang menancap di kepala Haikal.

*Ceklek!

"Rekha bagaimana keadaan Haikal?" Mario sangat khawatir.

"Dia harus di operasi ada pecahan kaca yang tertancap di kepalanya dan yang lebih buruknya adalah tengkorak kepalanya retak" Rekha menjelaskan keadaan Haikal.

"Ini semua gara gara Edo! Dasar sialan aku akan menghajar dia sampai mampus!" Mario sangat marah.

"Suruh anak buah mu untuk menangkap Edo dan menahannya, sekarang kau bantu aku hubungi orang tua Haikal karena kami membutuhkan izin orang tua Haikal untuk melakukan tindakan operasi segera"

"Rekha... Apa Haikal bisa sembuh? Aku tidak mau kehilangan dia, Selain karena dia adalah sahabat dan rekan kerja ku tapi Haikal adalah satu satunya orang yang selalu mendukung ku" Mario terlihat sangat khawatir.

"Kami pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa Haikal, aku hanya khawatir mungkin setelah operasi ini Haikal akan kehilangan sesuatu dari dirinya"

"Apa maksud mu Rekha? Apa yang akan hilang dari Haikal? Dia akan baik baik saja kan?" Mario.

"Ada dua kemungkinan Mario, yang pertama Haikal akan kehilangan kemampuan untuk melihat atau dia akan kehilangan ingatannya"

Mario mematung mendengar ucapan Rekha hatinya sakit mendengar hal itu. Selama ini Haikal adalah satu satunya orang yang sangat dekat dengan Mario bahkan lebih dekat dari pada orang tua Mario sendiri.

"Jangan sampai dia kehilangan matanya, Haikal suka membaca, dia suka melukis, dan dia suka sekali melihat matahari...

Aku lebih rela dia kehilangan ingatannya dan melupakan ku dari pada dia harus kehilangan matanya Rekha"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!