BAIK BAIK SAJA

"Haikal! kenapa Brian tiba tiba pergi?" Mario bingung dan menghampiri Haikal.

"Aku dan Brian cuma berpikir mungkin pembunuh berantai sedang mengincar anak atau adik kita yang berusia dibawah lima belas tahun" Haikal menjawab dengan datar dan wajah polosnya.

"Haikal... Aku membenci mu! Aku sangat membenci mu!" Mario tiba tiba teringat pada keponakannya yang sendirian di rumah dan langsung pergi meninggalkan Haikal sendiri disana.

"Loh? Salah ku apa sih?" Haikal bingung dan mengedipkan matanya dengan polos.

Brian mengendarai mobilnya seperti di kejar hantu dia bahkan sudah menerobos lampu merah dua kali. Saat sampai di apartment Brian langsung masuk ke kamar dan melihat Jio yang sedang bermain dengan Ethan.

"Jio..." Brian memeluk Jio erat dan mencium kening Jio berulang kali.

"Brian ada apa? Kau tiba tiba pulang dan panik seperti ini?" Ethan penasaran.

"Ini semua gara gara si Haikal kurang ajar itu dia membuat aku berpikir bisa saja pembunuh gila itu sedang mengincar keluarga team penyidik dan polisi seperti kami" Brian duduk di karpet bulu sembari memangku Jio yang sedang sibuk bermain.

"Apa yang dikatakan Haikal juga bukan hal yang salah, itu memang bisa saja terjadi"

"iya aku tau makanya aku pulang karena aku khawatir pada Jio"

"Brian makan dulu aku sudah menyiapkan makanan kesukaan mu, aku panaskan dulu ya" Ethan beranjak dari duduknya.

Ethan memanaskan masakan yang tadi dia masak dan menyajikannya diatas meja makan. Ethan juga menyiapkan teh panas kesukaan Brian.

"Brian makan dulu sini biar aku yang menjaga Jio" Ethan menggendong Jio dan duduk di ruang makan menemani Brian.

"Kalian sudah makan?"

"su... dah" Jio menjawab pertanyaan Brian dengan tersenyum manis.

"Jio? Kau sudah bisa bicara sayang?"

"Bi-Bis... Sa" Jio berusaha meyakinkan Brian

"Dia sudah bicara dengan baik walaupun masih terbata bata tapi setidaknya sekarang dia sudah bicara, ya sayang?"

Ethan memeluk Jio yang ada di pangkuannya dan mencium pucuk kepala Jio. Ethan bahagia dan bangga karena akhirnya kini Jio sudah bisa bicara walupun mereka harus melalui masa yang sulit seperti ini.

"Wah Ethan masakan mu sangat enak" Brian memuji masakan Ethan.

"Brian besok aku akan mencari pekerjaan aku tidak bisa terus di rumah selain aku tidak ingin merepotkan mu, aku juga tidak bisa terus diam seperti ini

Jio butuh biaya untuk sekolah, untuk terapi, dan untuk obat obatannya"

"Dengar Ethan kau tidak perlu memikirkan semua itu aku sama sekali tidak merasa di repotkan oleh mu dan Jio, aku akan membiayai kalian"

"tidak Brian aku harus bekerja ini tanggung jawab ku"

"Ya sudah besok kau ikut aku ke kantor polisi pusat, disana kami membutuhkan ahli forensik dan aku yakin kau bisa mengisi posisi itu...

Gajinya besar lebih besar dari pekerjaan mu sebelumnya, dan yang paling penting disana aman"

"Terimakasih Brian kau sudah terlalu banyak membantu ku dan Jio" Ethan merasa tidak enak hati.

"Ethan aku sudah pernah bilang kan? Aku ini keluarga mu mulai sekarang aku adalah kakak kalian, dan kalian harus tetap tinggal disini ya?"

"Kami bisa pulang ke rumah kami sendiri jika kami selalu disini kami akan merepotkan mu"

"aku bahagia ada kalian disini dan jika kalian pergi dari sini aku akan sangat kesepian, orang tua ku tidak perduli pada ku hanya kalian yang selalu ada untuk ku"

Ethan terdiam dia ingin sekali pulang tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Brian sendirian. Ethan ingat dulu Brian pernah sakit dan tidak ada yang merawatnya karena Brian tidak suka jika ada orang asing di dekatnya.

Brian adalah orang yang pemilih dan memiliki gengsi yang tinggi. Hanya Ethan yang dia percaya untuk melihat semua sisi lemahnya, Brian bahkan tidak menunjukan sisi lemah dan baiknya di hadapan keluarganya sendiri.

"Baiklah aku dan Jio akan tetap disini sudahlah lanjutkan saja makannya, Jio sayang setelah ini kita belajar lagi ya"

"Kakak juga akan menemani mu belajar sayang"

Setelah makan Brian mengajari Jio menulis sedangkan Ethan hanya melihat dan memperhatikan. Jio sangat suka menulis walaupun tulisannya masih sulit dibaca.

"Jio sayang kalau menulis pensilnya itu harus harus dipegang seperti ini, jangan miring sayang"

"Brian kenapa orang tua mu tidak pernah datang kesini?"

"Mungkin mereka sudah lupa pada ku"

"Mereka itu tidak pernah menganggap aku ada Karena aku hanyalah anak yang tidak di inginkan"

"Brian harusnya kau bersyukur karena kau masih memiliki orang tua, setidaknya kau punya tempat untuk pulang"

"pulang? kau dan Jio adalah rumah tempat ku pulang bukan mereka" Brian meninggalkan kamar Ethan dengan raut wajah sedih.

Ethan mengikuti Brian hingga ke balkon apartemennya. Brian menatap pemandangan malam kota jakarta dengan tatapan kosong, Ethan berdiri disamping Brian dan memegang pundak Brian.

"kenapa kau selalu bersikap dingin jika aku bertanya soal orang tua mu?"

"Karena memang aku tidak memiliki apapun yang bisa ku ceritakan pada mu tentang mereka"

"Maaf... Tapi apa kau punya masalah dengan mereka?"

"Orang tua ku melahirkan aku di dunia ini hanya karena mereka menginginkan aku melanjutkan bisnis mereka

Mereka tidak pernah benar benar menyayangi ku yang mereka inginkan adalah otak ku bukan diri ku"

"Tapi kenapa kau tidak mau melanjutkan bisnis mereka? Kenapa kau malah memilih menjadi pengacara bahkan sekarang ku akan menjadi seorang jaksa muda"

"Kau ingin aku jadi mafia?"

Ethan terkejut dan menatap Brian tidak percaya.

"Jadi?"

"Orang tua ku dan juga kakak ku, mereka ada mafia yang terlibat dengan perdagangan ilegal bahkan perdagangan manusia, aku tidak mau mengikuti langkah mereka karena itu bertentangan dengan hati nurani ku

Aku senang bisa menjadi seorang pengacara dan jaksa. Aku ingin hidup dengan normal memiliki sahabat, dan saudara...

Aku tidak mau hidup dalam ketakutan dan lari kesana kemari hanya karena di kejar musuh, dan yang paling penting aku tidak mau hidup dengan rasa bersalah" Brian tersenyum dan menatap kedua mata Ethan.

"Jangan menatap aku seperti itu Ethan, Aku tidak sama seperti ayah, ibu, dan kakak ku... Aku tidak sama seperti mereka dan aku tidak pernah membunuh siapapun" Brian berusaha meyakinkan Ethan.

"Bukan itu yang aku pikirkan... Aku hanya bingung bagaimana kau bisa bertahan selama ini? Kau punya keluarga tapi seperti tidak memiliki siapa siapa, apa kau baik baik saja?" Ethan memegang wajah Brian dengan lembut.

"aku baik baik saja Ethan aku masih hidup hingga detik ini bukankah berarti aku baik baik saja?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!