TERIDENTIFIKASI

"Ethan... Kau mau ikut dengan ku?" Brian bertanya pada Ethan.

"ikut kemana?" Ethan bingung.

"Mario menelepon dia bilang kalau Nea sudah ditemukan, dan kau harus melihatnya untuk melakukan identifikasi"

Ethan menatap Brian dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Bagaimana keadaan Nea?" Ethan bertanya dengan suara berat karena menahan air matanya.

"Aku juga belum tau pasti karena itu kita harus kesana, Jio aman disini kau tidak perlu mengkhawatirkannya..."

"Brian... Apa Nea selamat?" Ethan berusaha memastikan.

"Aku sungguh tidak tau, tapi apapun keadaannya kau tidak boleh putus asa,"

Ethan menangis dia teringat kepada Nea sahabatnya yang sudah lama menemani dirinya. Air mata dan kesedihan Ethan tidak bisa ditahan lagi karena untuk kesekian kalinya dia kehilangan orang yang sangat dekat dengannya.

Brian memeluk Ethan tapi dia tidak mengatakan apapun. Brian hanya memeluk Ethan sembari mengusap lembut kepala Ethan.

"Menangislah... Lebih baik kau menangis hingga hati mu lega dari pada berpura pura kuat disaat seperti ini, aku tidak akan membohongi mu dengan mengatakan jika semuanya akan baik baik saja

Karena pada kenyataannya kita semua sedang dalam keadaan yang tidak baik baik saja" Brian.

"Brian... Aku harus bagaimana?! Hiks hiks hiks aku tidak mau kehilangan hiks hiks hiks" Ethan.

"Aku juga tidak mau Ethan... Tapi kita bisa apa? Kita harus bisa menerima semua kenyataan ini, ayo kita kesana jika benar Nea sudah meninggal kita hubungi keluarganya agar dia di makamkan dengan layak

Tapi jika Nea masih hidup kita harus tetap menemuinya apapun keadaannya, Ethan... Aku tau kau bisa melalui semua ini"

Brian membawa Ethan ke lokasi rumah sakit yang runtuh, disana ada banyak keluarga korban yang menunggu kepastian tentang nasib anggota keluarga mereka. Para polisi dan team evakuasi juga ada disana, Ethan masih ingat jelas bagaimana kejadian mengerikan itu terjadi.

"Brian, Ethan silahkan" Mario menghampiri Ethan.

"Bagaimana keadaannya?"

"Ibunya tadi kesini tapi dia sudah pingsan, kami butuh bantuan Ethan untuk mengidentifikasi apakah jasad itu benar benar Nea atau bukan"

Ethan yang mendengar itu terhuyung lemas dan air matanya kembali jatuh. Brian menahan tubuh Ethan dan mendudukkannya di kursi plastik yang di sediakan untuk para keluarga korban yang menunggu kabar.

"Mario beri kami waktu Ethan masih sakit dan dia syok, beri kami sepuluh menit"

"Baiklah" Mario bisa mengerti.

"Brian... Aku tidak bisa hiks hiks aku tidak bisa melihat itu hiks hiks aku tidak mau melihat jasad itu hiks hiks"

"Kau harus mau... Kasihan mayat itu Ethan jika dia memang Nea maka kau harus tegar, tapi bagaimana jika seandainya dia bukan Nea?"

Brian memberikan minum untuk Ethan dan setelah sepuluh menit mereka menuju ke tempat para jenazah korban di kumpulkan. Disana ada puluhan jenazah yang di masukan ke dalam kantung Jenazah berjajar dengan cukup rapi.

Mario membuka sebuah kantung Jenazah dan untuk menunjukkan isinya pada Brian dan Ethan. Begitu kantung Jenazah di buka terlihat adalah sebuah jasad dengan keadaan tulang remuk, kepala hancur tak berbentuk, organ dalamnya terburai keluar dari tubuhnya dan tangan yang terpisah dari tubuhnya. Brian yang melihat itu seketika langsung mual tapi dia mencoba menahan diri untuk tidak muntah.

"Boleh aku memeriksanya?" Ethan meminta izin pada Brian.

"Ethan apa kau yakin?" Brian ragu jika Ethan sanggup untuk melakukannya.

"Aku harus tau... Apakah dia Nea atau bukan, aku ingin memastikan"

"aku akan ambilkan sarung tangan medis kau tunggu sebentar" Mario berlalu pergi.

Ethan menatap jasad yang hancur itu dengan tatapan penuh kesedihan. Sementara Brian sibuk menahan diri agar tidak muntah, jasad itu bukan hanya hancur tapi mengeluarkan bau busuk, amis dan anyir yang sangat menyengat.

Mario kembali dan memberikan sarung tangan medis pada Ethan. Setelah Ethan memakai sarung tangan medis tersebut dia berjongkok disamping jasad itu dan mulai mencari petunjuk dengan memilah dan memeriksa satu persatu bagian tubuh jenazah yang remuk itu.

Ethan menemukan bagian telinga yang masih lengkap dengan anting antingnya. Seketika itu juga Ethan lemas dan terduduk ditanah, Brian merangkul Ethan karena khawatir.

"Brian... Dia bukan Nea"

"benarkah? Syukurlah" Bria tersenyum gembira.

"Tapi dia Vina... Dia Vina hiks hiks hiks aku yang membelikan anting anting itu untuk hadiah ulang tahunnya tiga bulan lalu hiks hiks dia Vina!" Ethan menangis sejadi jadinya.

"Mario... Hubungi keluarganya katakan jasad Vina sudah ditemukan" Brian berucap dengan mata yang berkaca kaca.

"Baiklah" Mario pergi untuk menghubungi keluarga Vina.

"Vina hiks hiks Vina maafkan aku hiks hiks Vina!" Ethan semakin histeris dia sangat terpukul atas kematian sahabat dekatnya.

Brian membawa Ethan untuk menjauh dan mendudukan Ethan dimobil mereka. Ethan tidak bisa berhenti menangis bahkan minum air putih pun Ethan tidak bisa.

"Ethan! Ethan itu bukan Nea kan?!" Ibu Nea datang dan langsung menanyakan hal itu pada Ethan.

Ethan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menangis, kini tangannya gemetar dia tidak bisa mendengar suara keras atau teriakan seseorang itu membuat Ethan takut.

"nyonya jasad itu bukan Nea tapi itu jasad Vina, tolong jangan ganggu Ethan dia masih syok " Brian kesal.

"Syok?! Dia selamat dan masih hidup sedangkan anakku Nea nasibnya masih tidak jelas! Dia hanya syok tapi tidak bisu kan?!" Ibu Nea juga terlihat kesal.

"Nyonya kami juga tidak ingin kejadian seperti ini terjadi, tapi tolong lihatlah situasi saat ini... Kita semua sedih dan khawatir tapi jangan menyudutkan Ethan"

"Nea itu anak kami satu satunya! Dia adalah harapan keluarga kami, seharusnya Ethan yang mati bukan Nea! Ethan tidak punya keluarga sekalipun dia mati tidak akan ada yang perduli!

Tapi Nea?! Nea punya orang tua! Aku menyayangi anakku! Dia tidak boleh mati!" Ibu Nea semakin marah.

"Siapa bilang Ethan tidak punya keluarga?! Aku adalah keluarganya dan aku tidak akan membiarkan Ethan dalam bahaya, aku akan melindungi dia! Hidup dan mati seseorang itu takdir tuhan nyonya kau jangan menyalahkan Ethan atas apa yang bukan kesalahannya " Brian membela Ethan.

Ethan memegang tangan Brian dan menjatuhkan botol air minum yang dia pegang. Brian yang melihat itu langsung menahan tubuh Ethan.

"Brian... Jangan berdebat lagi aku tidak mau mendengarkan pertengkaran... Kepala ku sakit" Ethan lemas dan pusing.

"Baiklah... Maaf aku hanya terbawa emosi sudahlah kau berbaring saja, aku akan turunkan posisi kursinya agar kau bisa berbaring" Brian segera menurunkan posisi kursi mobilnya agar Ethan bisa berbaring.

"Kau harus istirahat, aku akan membawa mu pulang ke apartment"

"Aku tidak mau pulang sebelum Nea ditemukan, aku ingin tau bagaimana keadaan Nea saat ini hiks hiks aku tidak mau pergi"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!