MARAH.

Brian pergi ke ruangan Ethan untuk menjemputnya dan makan siang bersama. Tapi saat Brian sampai di ruangan itu Ethan tidak ada disana yang ada hanya ruangan kosong dan noda bercak darah di lantai.

"Ethan?! Ethan?!" Brian mencari Ethan diruangan itu tapi dia tidak menemukan siapapun.

"Brian? Kau mencari ku?"

"Kau dari mana? Ada darah di sini apa kau terluka?" Brian menghampiri Ethan dan memegang bahu Ethan.

"iya aku terluka tapi aku baik baik saja" Ethan tersenyum.

"Kenapa bisa terluka? Apa ada yang melukai mu?!" Brian khawatir.

"Parasit" Ethan menjawab dengan singkat tapi Brian langsung mengerti apa yang terjadi.

"Dimana yang terluka? Aku harus memeriksanya!"

Ethan tersenyum dan menunjukan luka dipergelangan tangannya pada Brian.

"Bagaimana bisa? Jelaskan pada ku"

"Aku ketiduran saat memeriksa berkas lama milik korban sebelumnya tapi tiba tiba ada orang dengan pakaian serba hitam tiba tiba melukai pergelangan tangan ku dengan pisau bedah di ruangan ini"

"Aku semakin yakin jika musuh kita sebenarnya adalah orang dalam, luka mu cukup parah ayo kita ke rumah sakit"

"Kau itu aneh Brian... Kita ini sudah berada di rumah sakit dan lihat tangan ku sudah di obati, sekarang kau tenang saja"

Ethan dan Brian makan siang bersama di kantin kantor. Brian terus menatap Ethan dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

"makanlah makanan mu jangan terus menatap ku seperti ini" Ethan tau sejak tadi Brian menatapnya.

"Gara gara aku sekarang kau jadi terluka, maafkan aku Ethan" Brian terlihat sangat menyesal.

"ini bukan salah mu Brian jadi kau tidak perlu merasa bersalah, luka ini aku anggap sebagai sambutan oleh lawan kita justru aku senang karena bisa disambut seperti ini

Sekarang aku semakin yakin untuk tetap bekerja disini karena aku tidak ingin kau sendirian menghadapi mereka" Ethan memegang tangan Brian.

"Aku akan mencarikan mu pekerjaan lain, pekerjaan yang lebih aman dan tidak berbahaya untuk mu"

"Tidak usah Brian... Biarkan aku tetap bekerja disini karena aku tidak ingin kau menghadapi musuh mu sendirian

Brian kau tidak perlu mengkhawatirkan aku karena yang paling penting adalah kita bisa menghadapi semua ini bersama, kita sahabat dan kita keluarga walaupun kita tidak memiliki ikatan darah

Tapi kita memiliki ikatan hati, dan kita harus selalu bersama dalam menghadapi masalah apapun. Kau sendiri yang bilang kita harus bersama sampai tua" Ethan tersenyum.

"tapi aku takut jika kau terlibat semakin jauh maka kau akan terluka semakin parah dan berada dalam bahaya" Brian khawatir.

"Jika aku keluar sekarang apakah masalah akan selesai? Apa kau yakin musuh itu tidak akan melukai ku lagi? Tidak kan?...

Brian aku bisa mengerti perasaan mu, aku bisa mengerti kekhawatiran mu tapi kau sendiri yang bilang jika aku tidak boleh takut

Selama masih ada diri mu disisi ku maka aku tidak perlu takut bukan? Brian... Aku sudah terlanjur terlibat dan aku tidak mau mundur"

Brian menggenggam tangan Ethan erat dan tersenyum penuh arti.

"Habiskan makanan mu sekarang karena sebentar lagi jam makan siang sudah habis, jangan khawatir aku akan baik baik saja Brian" Ethan tersenyum lembut.

Brian benar benar tidak nafsu makan dia khawatir pada Ethan tapi senyuman dan keyakinan Ethan membuat hati Brian sedikit tenang. Setelah selesai makan siang Brian mengantarkan Ethan kembali ke ruangannya, Brian enggan untuk meninggalkan Ethan sendiri disana.

"kembali ke ruangan mu Brian mereka pasti sudah menunggu mu"

"tapi aku takut orang itu akan datang lagi dan melukai mu, begini saja kau lebih baik ikut dengan ku saja"

"kita bekerja di divisi yang berbeda mana mungkin aku bisa ikut dengan mu, pergilah Brian kau jangan membuang waktu seperti ini" Ethan selalu di buat sibuk dengan sikap Brian kekanakan.

Brian mengangguk paham akhirnya Brian kembali ke ruangannya sendiri. Disana Haikal dan Mario sudah menunggu Brian dan mereka memulai meeting pentingnya hari ini.

Disekolah Jio sangat bersemangat belajar Bu Anisa mengajarkan Jio untuk mengucapkan beberapa nama hewan dan menghitung angka.

"Be... bek" Bu Anisa mengulang kembali pelajaran yang barusan dia ajarkan pada Jio.

"Be... bek, bebek?" setelah berulang kali mencoba Jio akhirnya bisa mengucapkan kata itu tanpa terbata bata.

"Jio hebat! Bagus Jio... Wah Jio memang pintar sekali" Bu Anisa senang melihat kemajuan Jio.

"Te... Rima-kasih... Bu" Jio semakin semangat dalam belajar.

"Jio memang anak pintar ibu yakin Jio akan bisa bicara dengan lancar, nanti kalau Jio sudah lancar bicaranya kita belajar berjalan ya? Supaya kaki Jio tidak kaku karena di pakai duduk terus

Ibu yakin nantinya Jio pasti bisa berjalan dan bicara dengan baik. Sekarang sudah waktunya makan siang Jio keluarkan bekalnya kita makan ya, Ibu juga bawa bekal loh ini..."

Jio tersenyum dan mereka makan siang bersama. Ethan terlihat melamun di ruangannya sembari menatap keluar jendela kaca.

"Jika ini yang harus terjadi maka biarkan saja, aku tidak akan melawan takdir mu lagi tuhan karena aku pasrah semoga semuanya akan baik baik saja" Ethan berucap dalam hati. Ethan tersenyum dan beranjak dari duduknya.

*tok tok tok

*Ceklek

"Ethan? Ada apa?" Mario bingung melihat Ethan yang baru saja datang.

"Maaf pak Mario jika saya mengganggu tapi saya ingin bertemu Brian"

Brian beranjak dari duduknya dan langsung menghampiri Ethan.

"Ada apa? orang itu datang lagi? Apa kau diserang lagi?"

"bukan itu... Aku datang untuk mengatakan pada mu jika aku sudah memeriksa semua profil korban korban sebelumnya dan mereka semua adalah anak anak dengan kebutuhan khusus

Ini ambilah aku mendapatkan informasi ini dari arsip berkas lama yang menyimpan data lengkap dan profil korban" Ethan menyerahkan map coklat yang berisi semua berkas itu tapi Brian tidak mengambilnya dan malah memeluk Ethan.

"kau membuat ku khawatir aku tidak bisa fokus bekerja dan selalu memikirkan mu" Brian.

"jangan khawatir Brian karena orang itu tidak akan bisa melukai ku lagi"

Brian melepaskan pelukannya dan menatap wajah Ethan.

"Bagaimana kau bisa yakin?" Brian penasaran.

"karena aku akan menjaga diri ku baik baik"

"Dokter Ethan kau masih baru disini tapi sudah ada yang menyerang mu jangan jangan kau punya musuh di luar sana

Mungkin karena kau mencuri atau jangan jangan kau membuka praktek ilegal?" Edo tiba tiba berucap sinis.

Brian menatap Edo dengan tatapan tajam dan dalam. Brian langsung melepaskan tangannya dari Ethan.

"Jaga mulut mu itu Edo! Ethan bukan orang yang akan melakukan pekerjaan kotor seperti itu! Jika kau ada masalah dengan ku ayo bangun dari duduk mu kita selesaikan di luar!" Brian Sangat marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!