Baldwin mengerti, Sannan selalu mencari kesempatan untuk mendekati Athalla.
Baldwin sendiri bingung, dia ingin membantu Athalla. Setidaknya sampai Athalla mengerti perasaannya sendiri. Baldwin tahu, Athalla masih menyukai Chadfael.
🌸🌸🌸
Di ruang musik. Athalla terlihat sedang fokus dengan biolanya, begitupun yang lain. Jaya duduk disamping Athalla, Lintang ikut mendekat.
"Eh, kak Jaya, kak Lintang. Kalian ngapain disini?" tanya Athalla.
"Memangnya kami gak boleh ke sini?" tanya Jaya.
"Ya, bukan begitu maksudku. Kalian kan sudah kelas 12, jadi ku rasa kalian pasti akan jarang ke sini," jawab gadis itu.
"Iya, sebentar lagi akan diadakan pemilihan ketua ekskul," ucap Lintang.
"Sudah ada calonnya kak?" tanya Athalla.
"Sudah, kandidatnya kamu, Baldwin dan Rey," Jawab Jaya.
"HAH? APA? Gak, gak, gak.
Aku gak mau ya kak," Athalla langsung menolak.
"Ayolah, Thal. Disini kalian bertiga yang jago main alat musik," bujuk Jaya.
"Yang benar saja? Aku kan cewek?
Kenapa gak Sannan saja, kak? Dia jago main piano sama seperti Baldwin juga." Dia merekomendasikan Sannan.
"Dia anggota baru, Thal. Lagipula kan, nanti pemilihannya sesuai vote. Kalau kamu gak jadi ketua atau wakil, kamu bisa menjadi sekretaris," ucap Lintang.
Athalla menggeleng dan menjawab, "tetap saja, kak. Aku gak mau jadi anggota inti."
"Kenapa?" tanya Lintang.
"Aku merasa gak pantas saja. Aku gak cukup baik, masih banyak yang lebih baik daripada aku." Athalla menatap biolanya.
"Tuh kan minder lagi. Please ya, ini tu kami sudah seleksi dari beberapa orang. Akhirnya sisa kalian bertiga.
Kami kelas 12 dan juga alumni, sudah merundingkan ini baik-baik. Gak mungkin kami asal pilih, Thal.
Percaya deh ya?" Jaya meyakinkan.
"Baiklah kak, kalau ini keputusan dari kalian.
Aku siap." Gadis itu pasrah.
"Senyum dong, mana semangatnya?" ucap Lintang.
Akhirnya Athalla tersenyum.
"Lagipula kamu sangat menyukai bermain biola kan? Mungkin nanti kalau ada lomba, kamu bisa ikut menjadi perwakilan sekolah kita," ucap Jaya.
"Kita lihat saja nanti ya kak." Athalla tak terlihat bersemangat.
Sannan baru datang, dia melihat Athalla yang di kelilingi dua pria kakak kelas 12. Membuatnya terbakar api cemburu.
Sannan menuju tempat Athalla, dia langsung duduk di tengah, membuat Lintang bergeser dari tempatnya di samping Athalla.
"Kak Athalla, pulang latihan makan bareng di kafe yuk? Aku yang traktir," ucap Sannan.
"Gak sopan banget sih, Nan. Kakak kelasmu ini lagi bicara serius, kamu baru datang langsung nyelonong duduk di tengah," omel Jaya.
"Sudah Jay, gak apa-apa.
Lain kali jangan diulangi lagi ya Nan?" ucap Lintang.
Sannan hanya diam.
"Eh, bagaimana kalau kak Jaya dan kak Lintang ikut juga? Supaya seru kita, Nan.
Juga anggap sebagai permintaan ma'af dari kamu, Nan." Athalla mencoba menengahi.
Sannan menyerah, kalau sudah Athalla yang bicara, dia gak bisa menolak. Akhirnya dia mengangguk tanda setuju.
"Kalian berdua ikutan ya?" ajak Athalla.
"Iya, Thal. Kalau kami berdua gak sibuk, karena sebentar lagi kami ujian. Para Guru gencar banget memberi kami tugas," gerutu Jaya.
"Baiklah, kamu lanjutkan saja bermainnya. Akan kami kabari, kalau kami jadi ikut," jawab Lintang.
Mereka berdua pergi. Sannan cemberut, dia merasa gagal mengajak kencan Athalla.
"By the way, Baldwin kemana sih? Kok belum datang juga?" gumamnya.
Athalla menelepon Baldwin.
📞: "Halo, Win?"
📞: "Halo, Thal!
Ma'af gak sempat beritahu kamu, aku sekarang ngumpul dengan tim basket. Kami berencana makan bareng nih. Kamu pulang sama Sannan saja ya?"
📞: "Yah... padahal Sannan mau ngajakin makan bareng juga.
Tapi, aku sudah ngajakin kak Lintang sama kak Jaya juga sih." Gadis itu menatap ke arah pintu.
📞: "Oh, baguslah kalau begitu.
Aku gak perlu khawatir lagi sekarang."
📞: "Baiklah, selamat bersenang-senang Win."
📞: "Ok, Thal. Kamu juga," sahut Baldwin.
Athalla menutup teleponnya, dia berbicara pada Sannan, "Nan, ajarin aku main piano lagi ya? Sebentar saja, sepertinya teman-teman yang lain sudah pada istirahat."
Sannan terlihat sumringah, merasa Athalla memerlukan dirinya. Dia mengangguk cepat.
Athalla mulai menekan tuts, Sannan merangkul Athalla dari belakang jarinya menuntun jari Athalla untuk menekan tuts.
"Sudah, Nan. Sekarang aku belajar menekannya sendiri saja." Gadis itu fokus pada tuts piano.
Sannan melepaskan tangannya. Athalla sudah mulai bisa menekan tuts sesuai kunci. Dia merasa bahagia.
"Nan, aku bisa!" sorak Athalla bahagia.
Teman-teman mereka kembali ke ruangan. Mereka kembali latihan.
Setelah latihan mereka telah selesai, mereka bersiap merapikan peralatan masing-masing.
WhatsApp • Pesan Baru • Sekarang
Kakak Jayadarma Kusuma
"Ma'af, Thal. Kami gak bisa ikut, ada pelajaran tambahan dari Guru."
"Iya, gak apa-apa kak." Balas Athalla.
Athalla berbicara pada Sannan, "Nan, mereka gak jadi ikut."
Sannan bersorak gembira dalam hati, merasa rencananya mengajak kencan berdua berhasil.
Dia berusaha menyembunyikan rasa bahagianya, dia mengulum senyumnyam
"Eh, kak Baldwin gak ikut nih kak?" tanya Sannan.
"Gak, dia bilang berkumpul dengan tim basketnya. Mereka makan bareng," jawab Athalla.
Yes! Sorak Sannan dalam hati.
Mereka pun berangkat menuju kafe yang dimaksud.
Sampai di kafe, mereka segera memesan makanan dan minuman.
Tak disangka tim basket juga sedang makan di tempat yang sama. Baldwin melihat Athalla bersama Sannan dari kejauhan. Dia menyenggol Chadfael dan menunjuk ke arah tempat duduk Athalla.
"Fael, aku penasaran apa yang mereka bicarakan. Aku mau ke sana, kita dengarkan diam-diam, ikuti aku Fael," ajak Baldwin.
"Gak ah Win, ngapain juga?" Chadfael terlihat bad mood.
"Ayolah bung, kamu perlu tahu perasaannya juga." Desak Baldwin.
"Untuk apa lagi?" sahut Chadfael.
"Sudah ah, jangan banyak tanya. Ikuti saja.
Guys, kami ke sana dulu sebentar ya?"
"Yoi, Win," sahut mereka.
Baldwin begitu memaksa Chadfael, akhirnya dia pasrah mengikutinya.
Mereka duduk berbelakangan dengan Athalla. Sannan sedang memeriksa handphonenya.
Setelah makanan dan minuman sampai, mereka mulai menikmatinya.
Sannan memegang tangan Athalla, namun Athalla menarik tangannya. Sannan mengeluarkan kotak berwarna merah maroon.
"Ini buat kakak." Sannan menyerahkannya dengan Athalla.
"Apa ini, Nan? *By the w*ay, aku gak lagi ulang tahun. Jadi, dalam rangka apa kamu ngasih kado gini?" tanya Athalla.
"Buka saja, kak." Sannan mempersilahkan.
Athalla membukanya, sebuah kalung liontinnya bulan sabit.
"Cantik sekali, Nan." Mata Athalla berbinar, dia kagum.
"Kakak, mau gak jadi kekasihku?" ucap Sannan.
"Nan, aku.... "
Chadfael sudah tak tahan lagi, dia mengepalkan tangannya dan berdiri.
"Fael, tunggu belum selesai," bisik Baldwin.
"Sudah cukup, aku mau pulang saja Win."
Chadfael beranjak meninggalkan tempatnya, sedangkan Baldwin masih diam menunggu lanjutan kalimat dari Athalla.
"Ma'af Nan, aku gak bisa.
Aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri," ucap Athalla.
Gotcha! Menohok sekali, tepat sasaran ke hati. Batin Baldwin.
"Tapi, kenapa kak?
Tolong beri aku kesempatan untuk membuatmu menyukaiku juga."
"Nan, aku mohon.
Jangan lakukan ini lagi, aku benar-benar gak bisa. Aku minta ma'af sama kamu. Simpan ini untuk kekasihmu nanti." Athalla mengembalikan liontin tersebut.
"Apa ini ada hubungannya dengan mantan kakak itu?
Apa kakak masih mencintainya?
Sehingga kau tak mengizinkanku masuk ke hatimu?" Sannan terlihat emosi, dia menyerbu Athalla pertanyaan.
Aku sangat mengenal Athalla. And see? Chadfael bodoh itu, dia tak tahu Athalla masih menyimpan perasaan untuknya dan menolak Sannan. Aku yakin, anak itu sedang galau di rumahnya. Batin Baldwin.
Akhirnya Baldwin merasa harus menyudahi percakapan mereka, dia berdiri dan berpindah tempat. Dia duduk di hadapan mereka berdua. Mereka kaget melihat kedatangan Baldwin yang tiba-tiba. Namun, Athalla merasa terselamatkan dari pertanyaan Sannan.
"Kenapa kalian? Kelihatan kaget seperti itu? Memangnya kalian melihat hantu?" ucap Baldwin santai.
"Kau ini, Win. Kenapa tiba-tiba ada disini?" tanya Athalla.
Baldwin menunjuk dengan dagunya ke arah tempat tim basket.
"Oh, ternyata kalian disini juga," jawab Athalla mengerti.
"Kenapa kalian berduaan saja? Gak ngajak-ngajak lagi," gerutu Baldwin.
"Kak Jaya dan kak Lintang sedang ada pelajaran tambahan, mereka tidak jadi ikut.
Apanya yang gak ngajak? Aku kan sudah menelepon kamu, mau ngajakin kamu. Tapi, kamu yang menolak." Protes Athalla.
Baldwin cengengesan, "oh iya, ya. Aku lupa, Thal.
Habisnya kalian berduaan saja sih, mana kelihatan mesra banget lagi."
"Apa sih, Win? Sannan itu hanya adik untukku," jawab Athalla.
Baldwin tersenyum lebar. Sannan terlihat bad mood.
"Aku mau gabung sama mereka lagi.
Nan, jagain Princess ya? Minta tolong anterin pulang juga. Aku khawatir kalau dia pulang sendiri.
Aku masih belum bisa pulang sekarang," ucap Baldwin.
"Apa sih, Win? Aku bisa pulang sendiri kok," Athalla protes.
Sannan mengangguk, "baik, kak. Akan aku antar kak Athalla, kok."
"Ok, thanks Nan." Baldwin menjauh. Athalla merasa tak nyaman dengan Sannan.
"Gak apa-apa kok, Nan. Aku bisa pulang sendiri.
Aku gak mau merepotkan kamu." Tolak Athalla.
"Aku gak merasa direpotkan sama sekali. Justru aku merasa harus mengantarkan kakak pulang ke rumah dengan selamat, aku khawatir dengan kakak." Sannan terlihat sendu.
"Nan, ma'afin aku ya?" Athalla merasa bersalah.
"Sudah kak, lebih baik kakak gak usah mikirin ini lagi." Sannan mencoba tersenyum.
"Kita tetap berteman kan, Nan?" tanya Athalla.
Sannan mengangguk lemah, "bukannya kakak menganggap aku sebagai adikmu?"
Athalla tersenyum, "terima kasih karena sudah mau mengerti."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
FauLia
aku hadir, rate lima dan like sudah mendarat
2020-09-14
1
Mei Shin Manalu
Dibnding cuma nulis di ruang musik bgitu, lebih baik dijelasin Thor... Spya nambahin jmlah katanya...
2020-09-08
1
Ita Yulfiana
like
2020-09-04
1